Hans Jacobus Wosparkik, Ahli Fisika Asal Papua yang Mendunia

Hans Jacobus Wosparkik, Ahli Fisika Asal Papua yang Mendunia
info gambar utama

Papua merupakan pulau besar yang kaya dan penuh keindahan alam. Masyarakatnya masih berpegang teguh dengan nilai-nilai adat yang luhur. Dari semua itu lahirlah ilmuwan yang terkenal di kalangan fisikawan dunia. Kawan, mari berkenalan dengan Hans J Wosparkik dengan seluruh kepandaian dan kesederhanaannya.

Hans Jacobus Wosparkik lahir pada tanggal 10 September 1951 di Serui, Papua. Ia berasal dari keluarga berlatar belakang pendidik. Putra Papua ini merupakan anak dari pasangan Tom Wospakrik dan Lidya Boekorsjom. Tom sendiri adalah seorang guru sekolah yang juga memimpin Yayasan Pendidikan Kristen (YPK). Di kemudian hari, Wosparkik menikah dengan Regina Sorentou dan diberkahi dengan dua orang anak bernama Willem Wospakrik dan Marianette Octovina Wospakrik.

Wospakrik merupakan lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat cum laude di jurusan Fisika pada tahun 1976. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke Belanda untuk studi pascasarjana di bidang fisika teoritik pada akhir 1970-an.

Bersamaan dengan studinya, ia pernah melakukan riset dengan Gerardus t'Hooft di Belanda pada tahun 1980-1981, dilanjutkan dengan Martinus JG Veltman di Amerika Serikat pada tahun 1981-1982. Hasil studi mandiri Wosparkik berhasil terbit di salah satu jurnal fisika internasional bergengsi Physical Review D di tahun 1982 serta Hooft dan Veltman pun mendapatkan hadiah nobel fisika di tahun 1999.Pada tahun 1999, ia juga mendapat beasiswa studi doktoral di Universitas Durham, jurusan matematika, bidang studi fisika matematika dan mendalami teori partikel elementer.

Wosparkik menghasilkan dua artikel ilmiah tentang model Skyrme dalam dua edisi Journal of Mathematical Physics yaitu volume 42 (2001) dan volume 43 (2002). Kedua artikel itu ditulis bersama Prof. Dr. Wojtek Zakrzewski dan diakui sebagai orang indonesia pertama yang mempublikasikan tulisan di jurnal ternama tersebut. Selain itu, Wosparkik juga menerbitkan artikel di jurnal fisika bergengsi lainnya seperti Modern Physics Letters A (1986 dan 1989) serta International Journal of Modern Physics (1991).

Selain jurnal ilmiah, Hans juga menerbitkan beberapa karya lainnya. Selama mengajar di ITB beliau membantu menerjemahkan buku-buku teks mahasiswa untuk jurusan MIPA dan teknik bersama Prof. Dr. Pantur Silaban.

Hans juga menulis dua buku sains populer yang bisa dinikamti oleh kalangan awam. Beliau menulis buku Berkenalan denganTeori Kerelatifan Umum Einstein dan Biografi Albert Einstein pada tahun 1987 yang berisi teori-teori dasar dengan bahasa yang mudah dimengerti. Buku populer yang kedua berjudul Dari Atomos Hingga Quark terbit pada tahun 2005 setelah Hans meninggal. Buku ini yang mengenalkan penulis terhadap ketokohannya yang sederhana.

Buku Atomos berisi sejarah perkembangan sains materi dari Yunani yang mengenal atomos hingga zaman modern dengan elektron, proton, neutron, serta kuark yang ada di dalamnya. Buku ini memiliki penulisan yang ringan dan tidak kaku namun masih banyak rumus-rumus yang sulit untuk dijelaskan.

Dalam kata pengantar editor di buku tersebut disampaikan bahwa buku Atomos berisi naskah asli yang belum sempat direvisi oleh Wosparkik karena sakit yang dideritanya. Ia terkena penyakit kanker darah yang parah dan meninggal di usia 53 tahun di Rumah Sakit Dharmais Jakarta.

Dibalik semua itu, Wosparkik merupakan pengajar dan peneliti dengan semangat yang sangat tinggi. Bidang fisika teoritik yang diampu olehnya termasuk mata kuliah yang sulit. Namun, semua dapat dianggap mudah oleh mahasiswa yang diampunya.

Hans juga merupakan dosen yang ramah dan sederhana. Uniknya, ia pulang pergi dari kampus menuju rumah kontrakannya hanya menggunakan angkutan umum. Bahkan, ia juga rela untuk menemani mahasiswa yang mau berkonsultasi hingga larut malam.

Dilansir dari laman ITB, Wosparkik banyak ditawari oleh proyek-proyek di luar negeri. Namun, ia lebih memilih untuk menolah tawaran tersebut. Ia tidak pernah melupakan tanggung jawab untuk mengajar dan menilai tugas mahasiswanya bahkan sebelum dirawat di rumah sakit. Aspek-aspek ini menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang ramah, bertanggung jawab, dan sederhana.

Dilansir dari pengatar editor buku Atomos, Fisikawan asal Jepang Prof. Dr. Ryu Sasaki dari Institut Fisika Teori Yukawan heran mengapa Hans belum dinaikkan menjadi profesor. “Hans mungkin satu dari sedikit ilmuwan di Indonesia yang pantas mendapat gelar professor,” ungkap Sasaki yang berkaca dengan standar Negara Jepang.

Wosparkik adalah contoh nyata putra Papua yang berhasil mengharumkan nama bangsa secara internasional. Bahkan beliau berhasil menghantarkan nama Indonesia dijajaran keilmuan fisika yang cukup sulit untuk diraih. Ia adalah contoh perpaduan keteladanan dari kepandaian dan kesederhanaan, bagai padi yang makin merunduk makin berisi. Wosparkik adalah salah satu model terbaik yang bisa dicontoh generasi penerus bangsa untuk terus menggaungkan Bangsa Indonesia ke seluruh penjuru dunia!

Referensi

https://www.itb.ac.id/news/409.xhtml

https://arsip.jubi.id/hans-jacobus-wospakrik-si-jenius-dari-papua/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hans_Wospakrik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini