Yang Muda yang Banyak Pertimbangan: Pernikahan Usia Muda di Indonesia Semakin Menurun

Yang Muda yang Banyak Pertimbangan: Pernikahan Usia Muda di Indonesia Semakin Menurun
info gambar utama

“Orang tuaku di umur 20 tahun sudah bisa bangun rumah dan mulai punya anak. Aku di umur 20? Bangun dari kasur dan kasih makan anabul.” Ungkapan-ungkapan seperti ini sering kali berseliweran di dunia maya. Berseliwran pula meme-meme soal betapa berbedanya generasi di zaman dahulu dan sekarang.

Ungkapan dan meme di atas menggambarkan menurunnya pernikahan usia muda di Indonesia. Generasi muda saat ini tak secepat generasi terdahulu dalam mengambil keputusan untuk menikah. Dalam data yang dirangkum oleh GoodStats, persentase pemuda yang belum menikah terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada 2011, sejumlah 52% pemuda di Indonesia berstatus belum menikah. Angka ini meningkat tajam satu dekade kemudian. Pada 2021, sejumlah 61,1% pemuda Indonesia masih belum menikah. Jumlah masyarakat yang tergolong dalam kategori pemuda berjumlah 64,92 juta jiwa yang berarti hampir seperempat dari jumlah keseluruhan masyarakat Indonesia. Maka dari itu ada hampir 40 juta penduduk berusia 16-30 tahun yang belum menikah.

Melihat jumlah pemuda Indonesia yang belum menikah terus meningkat dari tahun ke tahun, tak mengherankan ini berkaitan dengan tren pernikahan di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, tren pernikahan Indonesia menunjukkan penurunan sejak tahun 2011. Jika pada 2011 terjadi 2,31 juta pernikahan, pada 2021 hanya terjadi 1,7 juta pernikahan saja.

Faktor ekonomi digadang-gadang menjadi faktor yang menyebabkan pernikahan di usia muda semakin dihindari. Survei yang dilakukan Populix pada Maret 2023 lalu menunjukkan bahwa alasan terbatasnya biaya pernikahan adalah penghambat paling besar untuk melangsungkan pernikahan. Selaras dengan hal tersebut, anak muda (dalam penelitian tersebut adalah gen-Z dan milenial) memilih untuk fokus membangun karier terlebih dahulu daripada terburu-buru menikah.

Meski terkesan menyedihkan, menunda menikah karena biaya, hal ini justru menunjukkan adanya perkembangan pemikiran masyarakat Indonesia. Jika masyarakat terdahulu cenderung menikah tanpa banyak pertimbangan, saat ini sudah mulai banyak masyarakat yang berpikir panjang sebelum memutuskan untuk menikah. Penelitian yang dilakukan oleh Nurviana dan Hendriani (2021) menemukan hal menarik. Anak muda kini mayoritas memandang bahwa pernikahan adalah sesuatu yang hanya boleh dilakukan jika ada kesiapan fisik, mental, dan finansial serta sudah dipikirkan dengan benar-benar matang.

Pertimbangan panjang ini menunjukkan adanya perkembangan pemikiran yang drastis. Perkembangan pemikiran ini tak lepas dari peningkatan pendidikan yang ditempuh mayoritas masyarakat Indonesia. Terkhusus bagi perempuan, pendidikan membuka wawasan tentang kesetaraan gender. Wawasan ini mendorong mereka sadar bahwa mereka bisa menjadi mandiri. Mereka memiliki kemampuan untuk menopang diri sendiri sehingga tidak lagi harus menikah untuk “meringankan beban keluarga”.

Penurunan pernikahan di usia muda ini perlu terus dikawal agar tetap berjalan dengan terukur. Penurunan pernikahan di usia muda bukan berarti mengarahkan masyarakat Indonesia untuk tidak menikah sama sekali. Penurunan pernikahan di usia muda merupakan upaya mempertimbangkan pernikahan secara matang agar membawa keuntungan ke depannya.

Maka dari itu, masyarakat juga perlu diperlengkapi dengan edukasi mengenai pernikahan. Ini agar setiap orang melakukan pertimbangan yang terukur, bukan pertimbangan yang tak berdasar. Program-program prapernikahan dapat dimodifikasi menjadi program yang edukatif, bukan sekadar program yang harus dijalani sebagai salah satu tahapan birokrasi pernikahan.

Pernikahan merupakan urusan yang tak boleh disepelekan. Pernikahan bukan hanya menyangkut masa depan dua insan, tetapi juga menentukan kondisi negara di masa depan. Yuk, perkaya pertimbangan pernikahan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

K
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini