Harmonisasi Bahasa Madura dan Permainan Tradisional untuk Mencegah Perundungan Anak

Harmonisasi Bahasa Madura dan Permainan Tradisional untuk Mencegah Perundungan Anak
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

"Memuliakan Manusia berarti Memuliakan Penciptanya, Menistakan Manusia berarti Merendahkan dan Menistakan Penciptanya," Kuote dari Gus Dur inilah yang saya tanamkan di kehidupan saya dan sanggar tempat saya mengajar sehari-hari. Bahwa penting untuk mengajarkan etika sejak dini kepada anak-anak kita agar tercipta generasi yang beretika, bermartabat serta terhindar dari perbuatan tercela seperti perundungan yang kerap kali terjadi.

Jika kita melihat kembali kejadian perundungan atau yang sering disebut bullying akhir-akhir ini, hal tersebut bisa dicegah dengan melakukan langkah-langkah sederhana tapi memiliki dampak yang berjangka panjang bagi kehidupan generasi penerus kita. Perundungan biasa terjadi secara verbal maupun non verbal. Secara verbal biasanya berupa kata-kata yang bernada kebencian, umpatan bahkan kekerasan secara fisik dan psikis.

Menurut data dari Jawa Pos ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perundungan, mulai dari faktor pembelajaran jarak jauh, pengaruh game online hingga penyimpangan relasi kuasa antara pendidik dan peserta didik. Perundungan yang terjadi secara verbal ini tentu tak lepas dari bahasa yang digunakan, tak bisa dipungkiri, saat ini pengaruh game online memang turut berdampak terhadap perkembangan psikis anak.

Tingkah laku dan bahasa yang digunakan saat anak-anak bermain game online biasanya cenderung agresif, hal ini sangat mungkin akan terbawa ketika mereka berinteraksi dengan teman sebayanya atau bahkan orang yang lebih tua dari mereka. Berangkat dari sinilah, saya akhirnya berinisiatif untuk mengajarkan anak-anak di sanggar saya untuk bertutur bahasa yang baik salah satunya dengan menggunakan bahasa Madura di level yang lebih halus dan mengajak mereka untuk memahami nilai-nilai dari permainan tradisional.

Relasi Bahasa terhadap Etika Manusia

Berbicara tentang relasi Bahasa dan fenomena perundungan yang marak terjadi di Indonesia, maka perlu bagi kita untuk melihat kembali peran bahasa bagi penutur dan sosial masyarakat yang ada di sekitarnya. Menurut penelitian dari Universitas Jember, penggunaan bahasa saat seseorang sedang berinteraksi dengan sekitarnya ternyata memiliki pengaruh bagi si penutur dan lawan tuturnya.

Bahasa Madura sendiri terdiri dari beberapa level, ada 3 level Tutur Bahasa Madura. Kata 'saya' dalam bahasa Madura bisa diterjemahkan sebagai engko di level tutur Bahasa Madura pertama yaitu enja' iya, yang ke 2 yaitu gula-kaula di level engghi-enten dan yang ke 3 yaitu abdina yang berada di level engghi bhunten. Ketiga level ini memiliki tingkat kesopanan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan levelnya.

Penelitan dari Universitas Jember tersebut juga menjelaskan tentang peran bahasa, yang pertama berkaitan dengan apa yang harus dikatakan kepada seorang lawan tutur pada waktu dan keadaan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya masyarakat itu, kedua yaitu ragam bahasa yang paling wajar digunakan dalam waktu dan budaya tertentu dan yang ke 3 kapan dan bagaimana kita menggunakan bahasa tersebut.

Upaya Mencegah Perundungan melalui Nilai yang Terkandung dalam Bahasa Madura dan Permainan Tradisional

Di desa saya yang berada di kawasan Jember utara, mayoritas masyarakatnya menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Saya mencoba mengajarkan cara bertutur bahasa Madura di level ke 2 yaitu engghi-enten di salah satu sanggar tempat saya mengajar anak-anak di desa saya. Sanggar ini bernama sanggar Genius yang telah berdiri sejak tahun 2021. Kebanyakan anak-anak yang belajar di sanggar ini bisa mengucapkan tutur bahasa Madura yang saya ajarkan dengan dibantu oleh suami saya.

Hal ini bermula ketika ada salah seorang anak di sanggar ini yang melakukan tindak perundungan terhadap temannya. Meskipun perundungan itu berupa verbal, akan tetapi saya berpikiran bahwa hal ini harus diatasi sejak dini. Pada saat itu, saya mengatakan kepada pelaku perundungan tersebut bahwa dengan menghina sesama makhluk ciptaan Tuhan artinya kita secara tak langsung telah menghina yang menciptakan makhluk tersebut yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan etika saya awali dengan pengenalan bahasa Madura di level yang lebih halus yaitu engghi-enten. Hal ini bertujuan agar anak-anak bisa menghormati dan menghargai teman, keluarga dan sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa melalui bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Selain itu, anak-anak di sanggar Genius juga diajarkan pentingnya manajemen waktu terkait penggunaan telepon seluler.

Tak jarang anak-anak di sanggar ini kami ajak bermain permainan tradisional seperti petak umpet, gobak sodor, kelereng, dan permainan tradisional lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan anak-anak bahwa permainan tradisional juga tak kalah menyenangkan dan menghibur bagi mereka yang sudah lelah dengan berbagai aktivitas selama proses KBM di sekolah ataupun aktivitas lainnya.

Dengan mengenalkan berbagai kearifan lokal seperti bahasa Madura dan permainan tradisional ini, semoga anak-anak bisa mendapat nilai-nilai positif yang diajarkan oleh para leluhur terdahulu. Tentu saja hal ini tak lantas menjadikan mereka gagap dalam teknologi, lebih daripada itu, hal ini bertujuan agar para generasi di desa kami menikmati setiap proses saat mereka menjadi anak-anak hingga nanti mereka sudah siap untuk menggunakan teknologi seperti halnya telepon seluler.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini