Ronggeng Togal, Identitas Suku Makian

Ronggeng Togal, Identitas Suku Makian
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbung untukMelambung

Gesekan Fiol mulai dimainkan, Tifa berlahan-lahan mengikuti. Genjrengan Juk menambah irama semakin merdu, dan tiupan suling menjadi pelengkap. Sesekali, pukulan gong bergema.

Sang komando menarik microfon menuju ke tengah. Di bawah Sabuah bertiang dan berangka bambu, serta beratap seng, ia mulai mengomendai.

Fo oso mo; silahkan masuk.

Perintah sang komando menggerakan Pria dan wanita, tua maupun muda mengerebungi sabuah. Meninggalkan tempat duduk dan mengisi lapangan pesta. Dua baris sejajar dalam sekejap terbentuk. Setelah gerakan penghormatan sebagai bagian dari pembuka dan menghargai tamu maupun undangan , sang komando memberikan aba-aba saling berhadapan.

Mari berhadapan. Ambil pasangan masing-masing. Pandang muka sama muka jangan sama yang lain. Bila muka sama muka dengan yang lain jodoh bakal lain.

Satu,dua, Tiga

Dalam sekejap, dua baris sejajar berhadapan. Wanita di depan dan pria di belakang. Kemudian gerakan tari dimainkan. Sang komando kembali mengomendai agar menggandeng pasangan.

Berjalan, berjalan

Satuuu, duaaa, tigaaaaa.

Pasangan ronggeng berjalan mengitari luasnya arena ronggeng, searah. Sambil Sang komando terus mendendangkan syair dan pantun. Tentang cinta, kehidupan dan kematian.

Oh Nona

Jangnlah engkau merasa kecewa apabila dilanda suatu kesedihan. Tapi tabahkanlah hati seakan-akan engkau bahagia seamanya. Kegagalan bukanlah akhir dari suatu perjuangan namun kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Oooooh eeeeeeeeee, onaaaar

Bukan saja pedang yang dapat membunuh kita manusia, melainkan kata-kata juga dapat membunuh kita manusia, maka janganlah sekali-kali engkau melukai orang dengan kata-kata, luka karena besi dapat diobati tapi luka karena kata-kata tak dapat diobati, sebagaimana sabda mengatakan: Salamatul insan fii hifdzil lisan “keselamatan manusia adalah tergantung dari pada pemeliharaan lidah.” (Syair Ciptaan Amir Baluka)

Satuuu, duaaa, tigaaa

Oooooh…

Syair-syair dan pantun membelah malam. Muda-mudi, dan orang tua terus baronggeng; berpesta selama irisan fiol (Biola), Juk (gitar atau Ukelele) dan Tifa (gendang) terus dimainkan.

Ronggeng Togal
info gambar

Ronggeng Togal, tarian daerah Suku Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Baik Suku Makian Dalam yang mendiami Selatan Pulau maupun Makian Luar yang mendiami sisi Barat Pulau. Meski sama-sama suku Makian, tetapi bahasa suku jauh berbeda. Bak Indonesia dan Thailand.

Menurut Warisan Budaya Kemendikbud, Togal merujuk pada tarik pada biola atau fiol yang digesek atau ditarik. Dalam penuturan warga desa khususnya suku makian luar, Fiol adalah anak bayi, atau dooma dokoka. Hal itu didasarkan pada bentuk biola yang menyerupai anak kecil serta bunyi yang dihasilkan seperti tangisan bayi. Sementara Kata Toga berarti Jubah. Dan Gala ialah pesta besar. Dalam kontasinya berarti pesta besar.

Ronggeng Togal telah menjadi identitas suku Makian. Pesta rakyat ini melekat erat dalam jiwa sosial masyarakat. Dulunya, ronggeng ini dilakukan untuk mencari jodoh. Namun secara hakikatnya togal lebih dari sekedar itu. Togal adalah pengingat dan pemersatu tentang hubungan sosial manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.

Lantunan syair dan pantun adalah nasihat dan pengingat. Nasihat dalam kehidupan sehari-hari begitu lekat dengan masyarakat. legacy yang tak pernah hilang. Dari nasihatlah kehidupan berjalan dengan penuh tujuan.

Syair yang dilantunkan komando selalu memiliki makna mendalam bagi masyarakat. Syair cinta selalu menghipnotis pasangan yang mabuk asmara, yang putus cinta membangun ketabahan dan keihlasan. Yang kehilangan orang tua menteskan air mata dan yang hidup memaknai kematian.

Kekuatan syair seorang pelantun tidak semerta-merta hidup begitu saja. Proses penciptaan syair melibatkan perjalanan hidup yang dijalaninya sehari-hari. Komposisi yang dipakai dan dilafalkan kadang muncul secara spontan saat acara pesta berlangsung.

Adat Istiadat

Ronggeng togal
info gambar

Ada kebudayaan yang melekat erat pada setiap pelaksanaan ronggeng togal. Dalam berpakaian misalnya, Wanita diharuskan memakai pakaian kebaya, konde kepala serta sapu tangan. Sementara Pria, wajib menggunakan celana panjang, kameja dan peci.

Penggunaan pakaian saat ini memang sedikit berubah. Hangat dalam ingatan saya, keseragaman pakaian menjadi kewajiban. Pria menggunakan celana hitam, kameja putih dan jas. Sementara Wanita menggunakan kebaya kuning, dan selendang. Dikutip dari Warisan Budaya Kemendikbud makna Hitam adalah kesakralan leluhur (adat dan agama), sementara putih ialah ketulusan dan kebesaran jiwa laki-laki memegang teguh 12 adat dan budaya. Kemudian kuning, lambang kebesaran kesultanan - Suku Makian masuk dalam kekuasan Kesultanan Bacan- kewibawaan dan harga diri seorang perempuan. Selendang simbol kekuatan perempuan dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Terkepung Perkembangan jaman

Dokumentasi pribadi pada artikel Mopodo Epe
info gambar

Tantangan terbesar dalam keberlangsungan adat istiadat ialah kemajuan jaman, dan sikap generasi muda. Togal pun demikian. Fase di mana Togal hampir kehilangan tempat dalam kehidupan masyarakat. Togal kalah dengan pesta modern di mana lagu-lagu joget remix yang digandrungi anak muda. Togal hanya di tampilkan ketika menyambut tamu, dan dipentaskan dalam acara lomba oleh sanggar kesenian. Dalam konteks kehidupan masyarakat, togal biasanya dikolaborasikan dengan pesta joget namun hanya sebagai pembuka. Dan hanya ditarikan oleh orang tua. Itupun hanya memutar music tanpa memainkan langsung.

Dalam Pelaksanaan togal, komposisi pemain music dan pelantun adalah kesatuan yang tak terpisahkan. Namun anak muda abai terhadap kesenian ini. Tidak ada yang mau belajar memainkan alat music seperti fiol atau juk. Alat utama dalam pesta togal. Sehingga dalam perjalannya terjadi penurunan pemain music seperti fiol dan Juk.

Hilangnya generasi pemain musik togal pada akhirnya turut serta menghilangkan minat pada kesenian yang menjadi identitas orang makian ini.

Upaya Merawat Kebudayaan

Rendahnya minat generasi muda memantik beberapa kalangan untuk bergerak melestarikan kembali kesenian ini. Di kampung saya, Mateken , Makian Luar, salah pelopornya mantan kepala sekolah dasar, Ujud radjilun. Ia membuat terobosan dengan melatih siswa-siswinya berlatih Togal.

Hasilnya tepat pada 17 Agustus 2020, anak-anak ini ditampilkan. Kemudian di pesta joget, anak-anak ditampilkan. Animo masyarakat terutama anak muda berangsur-angsur mencintai togal. Mereka giat belajar memainkan alat musik. Setiap malam, mereka akan berkumpul dan belajar pada generasi yang masih menguasai permainan ini.

Berawal dari situ, perlahan namun pasti, 8 kampung di Makian Luar mulai berlomba mengajari anak-anak menari togal. Yang kemudian dilakukan perlombaan antar desa. Dan dua tahun belakangan, gairah menghidupkan kembali Togal di Pulau asalnya ini mencuat.

Ronggeng togal kini telah mendapat tempat seperti acara perkawinan, khitanan, hingga doa salamat;selamat kampung setiap tahun. Kegiatan doa salamat ini tak hanya bagi warga desa dan tetangga desa, tetapi juga memanggil para perantau yang sudah meninggalkan desa puluhan tahun untuk pulang. Alhasil setiap tahun, 8 kampung di Pulau Makian luar selalu ramai. Dan Togal menjadi sajian utama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini