Rumah Adat Banjar Pesayangan Martapura, Rumah Batu yang masih terjaga hingga di era modern

Rumah Adat Banjar Pesayangan Martapura, Rumah Batu yang masih terjaga hingga di era modern
info gambar utama

Tradisi Kebudayaan Masyarakat Martapura yang Masih Terjaga

Di wilayah yang sering dikenal sebagai kota Serambi Makkah, karena dikota ini banyak santri-santri yang berpakian putih-putih yang hilir mudik untuk menuntut ilmu agama dan selain itu juga kota ini sangat terkenal sebagai kota yang agamis. Martapura juga adalah kota berkilau scara harifah karena memang dikenal sebagai penghasil banyak batu mulia, salah satunya Intan.

Bahkan ada sesuatu yang sulit dilupakan, yaitu masih terpelihara nya suasana tradisi yang khas kota Martapura. Pemandangan di tengah kota, dimana kaum laki-laki serta perempuan, remaja dan dewasa yang masih memakai baju agamis. Tentunya, suasana zaman di tengah era morednisasi ini kondisi dan model berpakaian kebanyakan orang sudah modern, seperti memakai celana cargo, jenas dan sejenisnya. Namun, bagi masyarakat kota Martapura, perubahan dan modernisasi ini tidak menghilangkan tradisi yang sudah menjadi ciri khas kota Martapura, sebagai kota santri dan kota Serambi Mekkah.

Terpeliharanya gaya berpakaian yang masih “Tradisional”, dipengaruhi oleh tetap eksisnya pengajian dan pondok-pondok pasantren, khusunya pondok Darussalam Martapura, yang tetap mewajibkan santrinya memakai sarung, baju koko dan kopiah putih. Pengajian atau majelis taklim dan pondok pasantrentersebut masih mempertahakan tradisi yang telah digariskan oleh ulama dan pendiri pendahulunya sampai sekarang ini, meskipun zaman dan kehidupan sudah berubah dan modern.

Santri pondok pesantren Darussalam, pondok pesantren tertua di Kalimantan Selatan ini, berasal dari berbagai daerah, bahkan dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,atau dari luar pulau Kalimantan. Mereka mengikuti aturan berpakaian yang berlaku dipondok pesantren ini, baik saat belajar dipondok maupun belajar dirumah guru atau ustadz saat sore atau dimalam hari. Jangan heran ketika dijalan raya atau ditempat umum, kita melihat orang kemana-mana dan atribut atau symbol ke islaman lain nya di kota Martapura.

Memang tidak bisa lepas dari zaman modernisasi, tetapi warga masyarakat Martapura sampai sejauh ini tetep kokoh memegang tradisi yang telah menjadi ciri khasnya sebagai kota Serambi Mekkah dan kota Santri. Dengan menjaga artibut keagamaan khususnya agama Islam. Tradisi yang mencermikan nilai leluhur dan keagungan budaya daerah Banjar dan bangsa ini terus dapat dipertahakan dalam keidupan yang modern dan cendurung meninggalkan tradisi leluhur bangsa sendiri. Tradisi Martapura tetap akan menjadi sebuah ikon penjaga dari nilai-nilai ke agamaan (Islam) dan budaya bangsa yang tak lekang karena panas, tak luntur karena hujan. Setelah mengenal atau mengetahui tradisi masyarakat Martapura yang masih terjaga ke agamaan Islam nya, dari segi cara menjaga berpakaian, kehidupan nya masyarakat Martapura sampai ke Ilmu pembelajaran sekolah atau pondok-pondok pesantren.

Sejarah Terbangun Rumah Adat Banjar Pesayangan Martapura, Rumah Batu

Kota Martapura juga terdapat sejarah rumah adat Banjar, didaerah Pesayangan Martapura sebuah karya aristektur elektik di Kalimantan Selatan, yaitu Rumah Batu yang terbangun dari tahun 1329 H atau 1911 M sebelum Indonesia merdeka hingga tahun sekarang saat ini, Rumah Batu tersebut masih terjaga dan kokoh di zaman era modernisasi. Rumah Batu berlokasi di jalan Pangeran Abdurrahman No. 01 RT. 02 RW.01 Desa Pesayangan Barat, Kecamatan Martapura. Rumah Batu dibangun oleh seorang saudagar kaya yang berprofesi sebagai pedangang intan bernama H. M. Najir (ALM). Beliau sering melakukan perjalana ke pulau jawa.

Setelah H. M. Najir wafat, Rumah Batu ini diwariskan kepada anak-anak beliau Terahkir, setelah hampir seabad atau sekitar 94 tahun, sejak masa pendirian, Rumah Batu Pesayangan itu diwariskan kepada cucu yang bernama Hj. Mainunah yang berusia 72 tahun. Julukan sebagai Rumah Batu Pesayangan itu didapatkan dari Masyarakat Martapura sekitar. Bentuk dan bahan bangunan yang terbuat dari beton sangat berbeda dari bentuk dan bahan bangunan rumah sekitar nya yang terbuat dari kayu. Rumah Batu ini dibangun dengan mencontoh rumahnya yang ada disemarang yang dibeli oleh keturunan Arab.

Bahwa perlu diketahui keterangan dari pemilik sekrang rumah adat ini, Rumah Batu dibangun dengan menggunakan tenaga tukang-tukang yang didatangkan langsung dari pulau Semarang yaitu berupa semen, besi, keramik,cat, kaca, timah dan ventilasi dari bahan besi sedangkan kayu untuk kusen, pintu dan jendela serta sirap atap berasal dari bahan lokal.

Arsitektur Rumah Batu yang terbangun pada periode pra kemerdekaa ini mrupakan haisl perpaduan dua kebudyaan yaitu, kebudayaan Klasik Barat (Eropa) dengan kebudayaan lokal (Banjar). Adanya kontak kebudayaan yang mewarnai kegiatan perdagangan dan pelayaran menimbulkan peniruan terhadap bentuk dan gaya arisitektur yang berasal dari luar. Nampak sekali bahwa Rumah Batu Pesayangan ini bergaya Aristektur Elektik dengan memasukan unsure arsitektur lokal Banjar dan arsitektur Eropa.

Ada beberapa ciri khas arsitektur Banjar yang masih terlihat pada Rumah Batu Pesayangan, antara lain nya penggunaan 4 tiang pendukung teras, kadangrasi, tangga hadapan kembar yang berada didepan Rumah Batusungkul tangga, jamang dan pilis. Hal-hal yang mempengaruhi terbentuk nya gaya elektik arsitektur rumah batu tentunya tidak terlepas dari 2 faktor yang saling berkaitan, yaitu pertama dari faktor sosial budaya dan kedua dari faktor teknis.

Pengaruh faktor sosial budaya tampak dominan dari adanya perubahan struktur masyarakar sekitar, dimana tuan pemilik tanah dan pedagang mendapat tempat/kelas yang tinggi di masyarakat dan mempunyai akses yang besar terhadap kontak interaksi budaya dengan masyarakat lain serta dampak faktor teknis dimana elemen-elemen arsitektur ikut terbawa dalam memproses akulturasinya, baik yang bersifat seni bangunan nya maupun bahan yang dipergunakan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini