Festival Meriam Karbit Sebagai Perayaan Hari Raya Idul Fitri di Pontianak, PKN 2023

Festival Meriam Karbit Sebagai Perayaan Hari Raya Idul Fitri di Pontianak, PKN 2023
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Selain terkenal sebagai kota Khatulistiwa, Pontianak juga terkenal akan sebuah tradisi yang dilakukan setiap malam menyambut hari kemenangan, yaitu pada malam Hari Raya Idul Fitri akan diadakan perlombaan Meriam Karbit yang diselenggarakan di sepanjang tepi Sungai Kapuas. Lokasi tersebut yang sekarang diberi nama Waterfront Pontianak.

Waterfront sendiri dibagi menjadi dua wilayah, yang satu terletak di daerah Kecamatan Pontianak Barat dan yang satu lagi terletak di daerah Kecamatan Pontianak Timur. Pada kedua wilayah tersebut masing-masing akan memamerkan kekuatan dan keunikan pelaksanaan Meriam Karbit secara bersebrangan dan berbalas-balasan.

Pada awalnya pembuatan Meriam Karbit ini menggunakan sebatang bambu. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, orang-orang beralih menggunakan bahan-bahan yang lebih beragam seperti pohon pinang, pohon kelapa, serta menggunakan beberapa kayu yang tidak terpakai lagi.

Meskipun menggunakan kayu yang tidak terpakai lagi, jenis kayu yang digunakan ialah kayu meranti dan mabang. Yang dimana jenis kayu yang dipilih ini sebagai bahan utama pembuatan Meriam Karbit yang memiliki bobot hingga 500 kilogram.

Proses pembuatannya ialah setelah kayu dipilih maka selanjutnya bagian tengah dari kayu tersebut dikeruk dan diberikan pelumas agar tahan air dan juga suara. Kemudian kayu disatukan kembali menggunakan rotan yang dililit sepanjang badan kayu dengan kuat. Adapun kemudian kayu tersebut direndam di dalam Sungai Kapuas selama beberapa malam agar menghilangkan rayap dan memperpanjang usia kayu tersebut.

source: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/meriam-karbit-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2016/

Saat Meriam Karbit tersebut siap untuk digunakan, mulai dilakukan pengecatan bermotif corak insang ataupun diberikan kain yang bermotif corak insang yang merupakan motif khas daerah Pontianak. Hal ini bertujuan agar para penonton merasa tertarik untuk melihatnya.

Tak hanya bagian badan Meriam Karbit saja yang menggunakan motif corak insang, para penyulut atau yang menghidupkan meriam tersebut juga kerap kali menggunakan baju teluk belanga lengkap dengan kain setengah tiang bermotif corak insang dan peci hitam yang menambah kesan kebudayaan Melayu khas Pontianak lebih kental.

Menurut laman Wikipedia, perwakilan peserta dari Ikatan Kekeluargaan Remaja Kuantan, Aan Rahmatika, menyatakan bahwa setiap peserta disiapkan pakaian adat khas Melayu Pontianak oleh panitia penyelenggara. Tradisi tersebut tidak pernah putus dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran Sungai Kapuas selama berpuluh-puluh tahun.

Masyarakat dari berbagai tempat pun berbondong-bondong datang untuk menyaksikan festival yang diadakan setahun sekali tersebut. Dalam lima tahun terakhir, Pemerintah setempat mengeluarkan peraturan yang dimana festival tersebut hanya dapat dilakukan pada saat tiga hari sebelum lebaran Idul Fitri dan tiga hari setelah merayakan Idul Fitri.

Diiringi dengan shalawat dan takbir khas menyambut Hari Raya Idul Fitri, pelaksanaan festival tersebut semakin menambah poin plus kebudayaan khas Melayu yang berpadu dengan kebudayaan Islam. Saat berada di lokasi, para penonton harus bersiap untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh Meriam Karbit tersebut setelah disulut.

Semakin jauh posisi kita dari titik sulut Meriam Karbit tersebut maka akan semakin kuat bunyi yang dihasilkan. Hal inilah yang membuat pertunjukan ini semakin seru karena masing-masing daerah akan berbalas-balas membunyikan Meriam Karbit tersebut. Bunyi yang dihasilkan akan membuat kita merasa berada di lokasi perang, bahkan tak jarang kita merasa tanah pun ikut bergetar setelah meriam tersebut disulut.

Meriam ini mulai dibunyikan biasanya setelah sholat Isya sampai tengah malam bahkan ada yang sampai menjelang subuh. Ditambah dengan adanya petasan yang diluncurkan ke langit, menambah kemeriahan malam penyambutan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi ini pun tidak akan pernah dilupakan oleh orang-orang pendatang yang bukan asli Kota Pontianak maupun penduduk asli Kota Pontianak. Sampai kapanpun pelaksanaan Festival Meriam Karbit ini harus terus dilakukan agar kebudayaan Melayu tidak hilang oleh zaman yang semakin canggih akibat arus globalisasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

BO
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini