Kampanye Hari Bumi, Tanam Pohon Sekarang untuk Generasi Mendatang yang Lestari

Kampanye Hari Bumi, Tanam Pohon Sekarang untuk Generasi Mendatang yang Lestari
info gambar utama

Bumi adalah tempat kita tinggal, bernapas, beraktivitas sehari-hari, hingga beranak pinak bagi generasi umat manusia. Apresiasi wajib kita lakukan bagi bumi melalui peringatan Hari Bumi alias Earth Day yang kita peringati setiap tanggal 22 April. Tidak terkecuali bagi kita warga negara Indonesia yang memiliki "saham" bagi kelangsungan regenerasi umat manusia di dunia.

Kita juga harus menindaklanjuti apresiasi Hari Bumi tersebut dari sudut tempat tinggal kita masing-masing, mulai dari bumi Serambi Mekkah di Provinsi Aceh hingga bumi Cenderawasih di Provinsi Papua. Ya, tidak cukup hanya dengan kampanye Hari Bumi di bibir saja atau hanya dengan menebarkan spanduk Earth Day di mana-mana. Namun lebih dari itu, harus ada tindak lanjut nyata kita untuk mengisi Hari Bumi tersebut.

Sejarah Hari Bumi

Hari Bumi alias Earth Day bukanlah peringatan yang baru muncul satu atau dua tahun belakangan ini di dunia. Justru, gerakan ini sudah dimulai sejak lebih dari 50 tahun silam.

Pada era 1970-an, dimotori oleh dua tokoh utama, yaitu politisi Partai Demokrat Amerika Serikat, Gaylord Nelson dan Antropolog Amerika bernama Margaret Mead. Mereka berdua yang menginisiasi lahirnya peringatan dan kampanye Hari Bumi bagi warga dunia.

Berangkat dari latar belakang yang relatif sama, yaitu semangat untuk meningkatkan kepedulian bersama terkait udara, air dan kondisi tanah di planet yang kita tempati sama-sama bernama bumi. Gerakan dan kepedulian mereka ini merebak ke berbagai belahan dunia hingga menjadi kampanye gerakan Hari Bumi yang kita temukan dewasa ini.

Hari Bumi, Saatnya Bersama Bebaskan Planet dari Lilitan Plastik

Hari Bumi, Jangan Hanya Brosur dan Kampanye Media Sosial Semata

Apa mengisi Hari Bumi harus dengan biaya besar, membutuhkan kehadiran orang banyak layaknya konser musik dengan fasilitas dan atmosfir serba wah? Tentu tidak ya, kawan GNFI. Cukup dengan dua hal sederhana, yaitu menanam pohon dan membuang sampah pada tempatnya. Bisa juga dengan pola perilaku kita yang harus dibiasakan dengan tidak membuang sampah sembarangan, khususnya sampah plastik.

Gerakan atau giat menanam pohon adalah hal yang cukup mudah dilakukan. Hanya dengan menanam satu pohon atau satu bibit pohon pada pekarangan lingkungan tempat tinggal kita.

Kita tahu bahwa pohon bisa menjadi sumber oksigen bagi manusia dan makhluk hidup lain. Semakin banyak pohon ditanam, maka akan semakin tinggi pula kuantitas dan kualitas oksigen kita untuk hidup di masa mendatang.

Dok. Pribadi

Namun, jangan berharap hasilnya instan. Hasil dari giat menanam pohon hari ini tidak bisa kita rasakan langsung di esok hari atau minggu depan. Butuh waktu mulai 5 tahun, 10 tahun, bahkan 15 tahun untuk merasakan manfaat dari kegiatan penanaman pohon. Selain untuk produksi oksigen, pohon juga baik dalam memelihara estetika lingkungan serta untuk mengurangi tingkat polusi udara.

Seiring dengan semakin banyaknya penduduk di negara kita yang sudah mencapai 280 juta jiwa lebih, maka ada peningkatan pola multi dimensi yang terjadi. Peningkatan pola ekonomi, distribusi, dan konsumsi sudah pasti terjadi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terus digenjot di negara kita, maka terjadi peningkatan pola gaya hidup masyarakat kita. Yang suka tidak suka, menjadi lebih konsumtif.

Salah satu implikasinya adalah maraknya sampah plastik, sebagai akibat semakin tingginya daya beli dan antusiasme pola konsumsi masyarakat. Ribuan ton sampah pun "dihasilkan"; menggunung dari hasil pola ekonomi, distribusi logistik dan pola konsumsi masyarakat.

Sebagai ilustrasi, jumlah sampah plastik yang beredar di seluruh dunia mencapai miliaran ton untuk setiap harinya! Untuk di negara kita saja, sudah ada rata-rata 64 juta ton sampah plastik setiap harinya mulai dari Sabang sampai Merauke.

Pemaknaan Silent Spring dalam Tajuk Peringatan Hari Bumi 'Invest in Our Planet'

Tengok saja di sekeliling kita, mungkin sangat mudah bagi kita melihat gundukan sampah plastik. Entah di sekeliling jalan raya perumahan, sekolah atau kantor kita. Memang, tempat sampah disediakan oleh pihak pemerintah atau pihak swasta. Namun, pemerintah memiliki sejumlah keterbatasan untuk menambah sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah terpadu.

Walhasil, sampah pun menggunung di mana-mana. Seolah agresivitas pihak pemerintah dalam mengelola dan menanggulangi sampah, kalah saing dengan akselerasi pola konsumsi masyarakat. Suka tidak suka, hal itu terjadi.

Pemerintah tidak mampu dan jangan kita lepaskan sendirian. Kita harus ambil bagian, misalnya dengan kontribusi CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan dari pihak swasta. Lalu, dengan kampanye dan gerakan dari para sivitas akademika di kampus, aktivis lingkungan, pelajar, ibu rumah tangga hingga masyarakat luas tanpa terkecuali. Tanpa kolaborasi, sukar sepertinya misi bersama ini kita bisa realisasikan.

Planet vs Plastik

Tema Planet vs Plastik pun diusung dalam tema Hari Bumi tahun ini yang jatuh pada tanggal 22 April 2024. Pesannya sangat terang dan jelas, supaya kita yang notabene bagian dari warga masyarakat dunia ikut berkontribusi. Salah satunya dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dan lebih agresif untuk menggunakan kemasan nonplastik, seperti kemasan tas kain atau karton. Tujuannya adalah untuk mewujudkan masa depan bumi kita yang bebas plastik.

Tidak mudah tentu, karena sejumlah tantangan dan kebiasaan masyarakat kita belum menunjukkan ke arah sana. Singkat kata, masyarakat kita seperti belum siap.

Kita boleh saja sibuk bekerja, berkarier, bersekolah, bahkan berkembang biak di dunia. Menjalani berbagai hobi lalu menikmati varian sajian makanan minuman kegemaran kita sehari-hari. Itu hak kita.

Hari Kesehatan Sedunia: Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menjaga Manusia dan Planet Bumi?

Namun, jangan lupa kewajiban kita pula. Kewajiban untuk meningkatkan kesadaran kita sebagai warga masyarakat dunia untuk mengapresiasi bumi tempat tinggal kita.

No one left behind, jangan sampai ada kita yang tertinggal atau terabaikan dalam misi mulia ini. Masing-masing dari kita punya saham di dunia yang berpenduduk lebih dari 8 miliar jiwa penduduk ini. Kita harus bertanggung jawab, lalu ikut ambil bagian demi keberlangsungan dan kelestarian bumi yang kita cintai ini.

Kehidupan yang lestari harus tetap dilanjutkan. Jangan hanya generasi kita saja yang kita pikirkan. Namun generasi anak, cucu, hingga cicit kita hingga ratusan tahun kelak harus kita perhatikan.

Jadi tunggu apa lagi? Segera ambil langkah konkrit, seperti giat menanam pohon, tidakmembuang sampah sembarangan dan kurangi penggunaan sampah plastik mulai dari sekarang.

Sumber referensi :

  • https://www.earthday.org/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini