Legenda Putri Hijau yang Kecantikannya Menyebabkan Peperangan, Ini Faktanya!

Legenda Putri Hijau yang Kecantikannya Menyebabkan Peperangan, Ini Faktanya!
info gambar utama

Menjadi cantik adalah idaman bagi semua perempuan di muka bumi ini. Berbagai cara dan usaha dilakukan agar diri terlihat lebih menarik. Cantik juga sering dianggap sebagai satu keberuntungan. Bahkan, banyak yang menganggap hidup ini akan lebih mudah dijalani jika manusia diberkati kecantikan.

Sebenarnya belum tentu demikian. Semua orang terlahir dengan kelebihannya masing-masing. Lagi pula, cantik bukan sekadar fisik. Sebab kunci dari orang menarik lebih bergantung pada hati yang bersih.

Berbicara tentang cantik, ada satu cerita yang mungkin saja akan mengubah pandangan Kawan bahwa hidup orang cantik tidak melulu berjalan mulus. Cerita ini menghiasi sejarah di Sumatra Utara dan Aceh. Bertokoh utama seorang putri yang sangat cantik sekali. Saking cantiknya, sampai menyebabkan peperangan antar dua kerajaan.

Becak Siantar, Transportasi Bersejarah Sejak Perang Dunia

Bagi orang Medan, Putri Hijau tidak terdengar asing. Namanya digunakan untuk memberi identitas salah satu jalan. Ternyata bukan pula sebatas nama. Ada legenda yang menyertai dan terukir dalam sejarah.
Cerita Putri Hijau dimula pada kematian raja dari Deli Tua. Ia memiliki tiga orang anak yang terdiri dari sulung bernama Mambang Yazid, Mambang Khayali si bungsu, dan Putri Hijau sebagai anak tengah. Meninggalnya seorang raja otomatis akan menurunkan tahta kepada anak lelaki tertua. Jadi, tanpa menunggu persetujuan dari orang lain, Mambang Yazid meneruskan tugas ayahnya.

Sebelum kepergiannya, sang raja menitip pesan pada dua anak laki-lakinya agar menyayangi dan melindungi Putri Hijau karena ia merupakan anak perempuan satu-satunya di keluarga. Bukan pesan yang sukar untuk dituruti, sebab mereka sudah terbiasa untuk saling mengasihi.

Seiring waktu kepergian sang ayah, mereka bisa berdamai. Kasih sayang yang tercurah pada Putri Hijau berhasil menghilangkan kesedihan yang ada pada hatinya. Sehingga tidak ada lagi waktu yang dihabiskannya untuk menangis. Ia memanfaatkan waktu dengan melakukan kebaikan. Alhasil, kecantikan yang diturunkan kedua orang tua ditambah dengan kematangan jiwa serta kemuliaan hati yang ada padanya melahirkan pesona tiada dua.

Putri Hijau tidak jarang ikut berperan pada tanggung jawab yang dimiliki Mambang Yazid. Solusi yang diberikan selalu tepat sasaran. Menjadi pujaan rakyat, pesonanya pun kian menguar. Bahkan, saat ia berdoa di taman belakang istana di waktu senja, tubuhnya memancarkan cahaya hijau. Cahaya yang menyerupai udara, menembus awan, dan menyinari langit-langit terjauh.

Mengenang Bung Tomo: Pemimpin Inspiratif dan Karismatik pada Hari Pahlawan

Cahaya dari Putri Hijau sampai ke langit Aceh. Membuat raja yang gagah nan tampan itu penasaran. Akhirnya ia memerintahkan menteri kerajaan untuk mencari jawaban tarkait. Saat mengetahui bahwa cahaya yang menyapa langit kediamannya adalah milik seorang putri dari kerajaan Deli Tua dengan paras jelita, maka tanpa pikir panjang ia kembali mengutus orang-orang kepercayaannya agar meminang Putri Hijau.

Namun sayang, niat baik Raja Aceh tidak disambut sang putri. Bukan karena keangkuhan, melainkan ketidaksiapannya dalam menikah dan ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan kedua saudaranya. Tapi, sang raja dari Aceh tidak mengindahkannya. Penolakan Putri Hijau terlanjur menggores hati yang memicu amarah besar dan dianggap sebagai penghinaan.

Dengan kemarahan yang meliputi, Raja Aceh memberi mandat agar orang-orang yang dimiliki kerajaannya menyiapkan kebutuhan perang. Sesegera mungkin disiapkan, kapal-kapal kerajaan Aceh pun berlayar di lautan untuk mendatangi kerajaan Deli Tua.

Perang pun terjadi selama berhari-hari. Namun, hal itu tidak membuat pihak Putri Hijau menyerah dan bertekuk lutut. Singkat cerita, karena lawan berhasil melewati benteng pertahanan mereka, siasat pun dibuat. Putri Hijau terpaksa ikut Raja Aceh kembali ke wilayah kekuasaannya.

Raja Aceh merasa teramat senang hingga memenuhi seluruh permintaan Putri Hijau tanpa pikir panjang. Tidak diketahuinya bahwa itu merupakan bagian dari rencana lawan. Permintaan pertama yaitu menyediakan keranda kaca sebagai tempat sang putri selama di perjalanan.

Kemudian, saat di pertengahan jalan, Putri Hijau mengajukan permintaan kedua; rakyat Aceh melemparkan sebutir telur dan segenggam bertih ke laut.

Akibatnya, air di laut menjadi putih dan beberapa saat kemudian hujan turun disertai angin kencang. Ombak setinggi bukit mengombang-ambing kapal-kapal kerajaan Aceh. Seolah tidak cukup, naga raksasa datang dari dasar lautan ikut menambahkan kesengsaraan penghuni kapal.

Momen Jenderal Soedirman yang Sempat Berseberangan Jalan dengan Sutan Sjahrir

Ternyata, naga itu adalah Mambang Yazid yang akan menyelamatkan adiknya. Hancurnya kapal tidak memengaruhi keselamatan Putri Hijau sebab telah terlindungi keranda kaca. Dibawa ke dasar lautan, sang putri dihadapkan pada sebuah istana.

Mambang Yazid memberi perintah pada Putri Hijau untuk menetap di sana tanpa perlu khawatir merindukan saudara-saudaranya, keduanya akan datang bila sang putri memanggil. Sementara Mambang Khayali yang sempat mengubah diri menjadi meriam pada saat peperangan, diperintahkan untuk bertapa di Gunung Sibayak dan meninggalkan meriam puntung akibat peperangan.

Akhir cerita, orang-orang dulu mengatakan Mambang Yazid yang sakti itu menetap di Selat Malaka.
Melalui cerita Putri Hijau ini, apakah dapat mengubah pandangan Kawan GNFI kalau cantik tidak selamanya membawa pada kehidupan yang mulus tanpa hambatan?

Referensi:

https://pemkomedan.go.id/artikel-17940-putri-hijau.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini