Festival Legu Gam sebagai Pelestarian Seni Budaya Khas Maluku Utara

Festival Legu Gam sebagai Pelestarian Seni Budaya Khas Maluku Utara
info gambar utama

Dalam gemerlap budaya dan panorama eksotis Maluku Utara, Festival Legu Gam menyajikan pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Merupakan perpaduan harmonis antara seni, tradisi, dan alam, festival ini menonjolkan pesona khas kepulauan ini.

Festival Legu Gam adalah sebuah perayaan yang melibatkan masyarakat dan keluarga kerajaan untuk merayakan kelahiran Sultan Ternate. Tidak bisa dipisahkan dari dukungan masyarakat Ternate, kesultanan yang saat ini dipimpin oleh Sultan Mudaffar Sjah (sultan ke-48) ini masih tetap eksis.

Untuk mengungkapkan penghormatan terhadap loyalitas penduduk terhadap pemerintahan, Festival Legu Gam diadakan sebagai perayaan rakyat yang diadakan pada tanggal yang sama dengan ulang tahun Sultan Mudaffar Sjah (setiap tanggal 13 April). Festival ini berlangsung selama tujuh hari dengan acara utama adalah pertemuan antara sultan dan masyarakat yang ramah-tamah.

Perayaan Legu Gam Moloku Kie Raha sebenarnya sudah ada sejak dahulu, tetapi vakum pada tahun 1950. Baru pada 2002 pesta rakyat ini kembali dilangsungkan dengan lama perayaan 17 hari sebagai atraksi seni dan budaya dari 29 suku yang ada di Maluku Utara.

RI Pamer Keindahan Alam dan Budaya di Pameran Pariwisata Terbesar di Swedia

Dalam festival ini disajikan beragam atraksi budaya dan seni khas Maluku Utara. Selain itu, digelar pula expo yang menghadirkan beragam karya ekonomi kreatif masyarakat setempat dengan hasil buminya.

Tiap tahun sejak acara ini pertama kali diadakan pada tahun 2002, Festival Legu Gam masih tetap berlangsung sampai sekarang. Festival ini juga dianggap sebagai salah satu kegiatan tahunan yang wajib diadakan oleh Pemerintah Daerah setempat di Kota Ternate dan Provinsi Maluku Utara.

Upaya ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan perlindungan terhadap warisan budaya setempat, serta sebagai tanda penghargaan dari pemerintah daerah terhadap eksistensi Kesultanan Ternate yang telah berdiri selama lebih dari 800 tahun. Selain itu, pemerintah daerah setempat juga menganggap acara ini sebagai sebuah daya tarik bagi Kawan GNFI yang ingin mengunjungi Provinsi Maluku Utara, terutama Kota Ternate.

Festival Legu Gam dimulai dengan mengadakan pawai yang melintasi jalan dari kedaton ke Lapangan Ngaro Lamo. Setelah tiba di lokasi tersebut, sejumlah pertunjukan seni khas dari beberapa daerah di Provinsi Maluku Utara akan dipentaskan untuk menghibur banyak orang, seperti tarian-tarian, peragaan busana tradisional, dan lainnya.

Untuk aneka tarian, pada acara pawai tersebut ditampilkan berbagai tarian dari empat daerah yang berada di bawah payung Moloku Kir Raha, yaitu persekutuan empat kerajaan (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo).

Pengunjung dapat melihat upacara tradisional di mana kelompok pasukan dekaton membawa sultan dan permaisuri dari istana ke Lapangan Ngara Lamo. Sultan akan memberikan pidato dan mengawali perayaan ini kemudian acara seni daerah dimulai, termasuk penampilan Tarian Soya-Soya dan pertunjukan bambu gila.

Pada malam sebelumnya, juga diadakan acara Pawai Obor Gam ma Cahaya, sebuah upacara yang bertujuan untuk mendoakan Kota Ternate. Upacara ini melibatkan pengarakkan obor-obor dari halaman Kedaton Kesultanan Ternate dan mengelilingi kota sebelum kembali ke Kedaton Kesultanan Ternate.

Pemerintah Jepang Beri Penghargaan Kepada Tiga Tokoh Indonesia, Siapa Saja?

Kemudian, sejak hari pertama acara, akan ada rangkaian kegiatan seperti upacara Ora Barakati, yang berarti menerima berkah Sultan Ternate di depan istana, Parade Budaya Pelangi Kie Raha menampilkan berbagai kebudayaan dan adat istiadat Ternate, dan upacara Fere Kie mendaki ke puncak Gunung Gamalama untuk melaksanakan ziarah ke kuburan nenek moyang atau leluhur.

Terdapat juga perjalanan sejarah Napak Tilas Moti Verbon yang memperingati insiden pada tahun 1332 ketika para sultan Moloku Rie Raha (dikenal sebagai Kolano) yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan berkumpul untuk merancang persamaan sistem politik, sosial, dan budaya di keempat kerajaan tersebut.

Pada saat acara ini mencapai puncaknya, beberapa tarian sakral dari kesultanan yang terdapat di daerah ini biasanya dipertunjukkan, seperti Tari Marabose, Tari Barakati, Tari Legu Kadato, dan tari Dadansa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini