Mie Ongklok, Perpaduan Mie dengan Kuah yang Kental

Mie Ongklok, Perpaduan Mie dengan Kuah yang Kental
info gambar utama

Ketika berkunjung ke Wonosobo, rasanya kurang afdol kalau belum mencicipi makanan yang sudah ada sejak tahun 1969. Makanan dengan bahan utama mie rebus yang dicampur dengan irisan kol, potongan daun kucai, potongan tahu, serta kuah kanji yang kental ini biasa dikenal dengan sebutan Mie Ongklok.

Pada dasarnya, sebutan mie ongklok baru digunakan pada tahun 2000-an. Jauh sebelum itu, warga sekitar mengenalnya dengan sebutan mie loh (nama lain dari kuah tepung kanji). Mie ini biasanya menjadi menu utama di berbagai warung tenda dan rumah makan, namun tak jarang juga pedagang yang menjualnya dengan cara berkeliling menggunakan gerobak.

Siang ini (5/3), saya berkesempatan untuk mengelilingi Kota Wonosobo. Cuaca Kota Wonosobo tampak berawan, terutama di sepanjang Jalan A. Yani yang merupakan pusat keramaian. Di sepanjang jalan, terdapat banyak warung makan dengan spanduk bertuliskan “Sedia: Mie Ongklok dan Sate Sapi”.

Mitos Dua Bulus Penghuni Sendang Klaten yang Dipercaya Jelmaan Manusia

Karena berangkat dengan perut yang kosong, saya pun bergegas menuju salah satu warung makan yang ada di jalan tersebut, Warung Mie Ongklok Pak Muhadi namanya. Dengan rasa penasaran yang ada, saya pun memberanikan diri untuk bertanya mengenai asal-usul mie ongklok kepada Sari (bukan nama yang sebenarnya).

Ketika ditanya mengenai sejarah pemberian nama mie ongklok, Sari menjawab, “Diberi nama mie ongklok karena cara masaknya diongklok-ongklok (dicelupkan secara berulang-ulang di air yang mendidih)”.

Akan tetapi, terdapat banyak artikel di internet yang mengungkapkan bahwa ongklok merupakan keranjang kecil (semacam gayung atau ciduk) dari anyaman bambu yang digunakan dalam proses perebusan mie.

Untuk proses memasak mie ongklok, Sari mengatakan bahwa tiap warung makan memiliki caranya masing-masing. Akan tetapi, ia tetap menggunakan resep yang diajarkan oleh ayahnya, yaitu mencampurkan semua bahan (mie, potongan tahu, potongan kucai, dan irisan kol) ke dalam ongklok atau ciduk yang terbuat dari bambu.

Setelah semuanya tercampur, ciduk yang berisi mie dan sayuran dicelupkan berulang-ulang selama lima menit di air yang mendidih. Setelah matang, mie dan campuran sayuran tadi dimasukkan ke dalam mangkuk untuk diguyur dengan kuah kental yang khas.

Kuah tersebut terbuat dari pati atau kanji yang dicampur gula merah, ebi, dan bumbu-bumbu rahasia. “Selain diguyur kuah yang kental, ada beberapa warung makan yang memberikan bumbu kacang ke dalam semangkuk mie ongklok agar rasanya lebih legit dan khas,” ujar Sari.

Untuk menikmati seporsi mie ongklok, biasanya para pembeli memakannya dengan beberapa lauk pendamping, seperti sate sapi, tempe kemul, dan berbagai macam gorengan yang disediakan oleh warung makan. Ketika kombinasi mie, sayuran, kuah loh, dan bumbu kacang menyentuh lidah, maka sensasi kenyal dan kental disertai cita rasa gurih dan manis menyatu dalam setiap gigitan.

Cerita Erupsi Gunung Kelud yang Musnahkan Kejahatan di Pulau Jawa

Kesegaran kuah yang dipadukan dengan sayur juga mampu menghangatkan tubuh, terlebih ketika dimakan di saat cuaca mendung. Jika dilihat sekilas, mie ongklok memiliki bentuk yang sama dengan makanan khas Semarang, yakni mie kopyok.

Kedua makanan tersebut dikatakan mirip karena berbahan dasar mie. Padahal, jika ditelusuri lebih lanjut, terdapat perbedaan antara keduanya yang terletak pada kuah; mie kopyok kuahnya bening, sedangkan mie ongklok kuahnya kental. Selain itu, bumbu-bumbu dan cara memasaknya pun jelas berbeda.

Jika berencana untuk mencicipi rasa mie ongklok, para pengunjung tak perlu khawatir karena harga dari mie ongklok sendiri sangatlah terjangkau.

Untuk menikmati seporsi mie ongklok, cukup mengeluarkan uang Rp10 ribu, sedangkan untuk sate sapi harganya Rp24 ribu per porsi (berisi 10 tusuk sate sapi). Sementara itu, gorengan lainnya dijual dengan harga seribu per biji.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini