Mitos Dua Bulus Penghuni Sendang Klaten yang Dipercaya Jelmaan Manusia

Mitos Dua Bulus Penghuni Sendang Klaten yang Dipercaya Jelmaan Manusia
info gambar utama

Sendang Bulus Jimbung yang berada di Dukuh Jimbung Guo, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten dikenal sebagai tempat keramat. Hal ini karena kepercayaan dari masyarakat setempat.

Dinukil dari Detik, hal ini tak lepas dari kepercayaan adanya dua bulus (amyada cartilaginea) yang diyakini sebagai penghuni tempat itu. Dua makhluk ini dipercaya memberikan keberkahan bagi peziarah.

Menggali Potensi Ekonomi dari Ikan Terbang bagi Nelayan di Pulau Maluku

Dua bulus yang dikeramatkan warga ini dinamakan Kiai Poleng dan Nyai Remeng. Kedua hewan ini berada di area Sendang Lanang. Dipercaya kedua bulus ini dahulunya adalah sepasang suami istri.

“Namanya Kiai Poleng dan Nyai Remeng, menurut cerita itu pasangan seperti suami istri. Kiai Poleng yang mati terakhir oleh Pemkab Klaten dilarung di Pantai Selatan,” tutur juru kunci Sendang, Ruri (76).

Masih ada keturunan

Walau, Kiai Poleng telah mati pada 2009 sedangkan Nyai Remeng mati beberapa tahun sebelumnya. Para peziarah tetap mendatangi sendang tersebut karena mempercayai masih ada keturunan dari dua bulus itu.

“Masih ada (keturunannya) tapi masih kecil-kecil. Tidak bebas seperti Kyai Poleng bisa dilihat, dinaiki dan biasanya saat saya panggil dibawakan ayam untuk makan akan muncul,” ujar Ruri.

Ruri mengaku tak mengetahui usia Kyai Poleng sebelum mati. Tetapi ketika diukur, Kyai Poleng memiliki panjang 135 cm dan lebar 85 cm. Sementara itu, Nyai Remeng memiliki warna gelap, berbeda dengan Kyai Poleng yang memiliki warna belang.

Mengenal Ikan Putak yang Dianggap Sama dengan Ikan Belida, Benarkah Langka?

Dipercayai oleh masyarakat setempat, dua bulus itu dahulunya adalah manusia yang dikutuk oleh raja. Hal ini karena Kyai Poleng dan Nyai Remeng memaksa agar raja menerima lamaran Raden Patoha.

“Tongkat Raden Patoha kemudian ditancapkan di tanah dan menjadi pohon randu alas kemudian bawahnya keluar air menjadi tempat Kiai Poleng dan Nyai Remeng,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Jimbung, Slamet yang dimuat Solopos.

Kesaksian warga

Kompleks sendang yang kini bernama Taman Bulusan itu berada di dekat permukiman penduduk. Ruri mengenang sebelum kompleks sendang dibangun sekitar tahun 1950-an, dua bulus itu bebas naik dan bertelur di bebatuan.

“Saat saya kecil sudah ada (bulusnya). Saya jadi juru kunci sejak tahun 1972, meneruskan ayah dan kakek saya,” terangnya.

Yanto, pedagang keliling asal Desa Krikilan, Kecamatan Bayat mengaku pernah melihat bulus yang diduga Kyai Poleng tersebut sekitar 30 tahun silam. Dia mengamini ukuran bulus itu besar dan memiliki warna belang.

Hari Nelayan Nasional: Bukan Lagi Waktunya Mencari Ikan

Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemkab Klaten Yudi Budi Susilowati menyebut belum ada catatan mengenai legenda bulus Jimbung di catatannya.

“Untuk bulus yang mati itu saya malah ikut megang waktu dibawa ke Pemda dinaikkan mobil kijang dibungkus kain putih sebelum dibawa ke laut selatan. Punggungnya diberi bunga mawar dan cangkangnya empuk waktu itu,” jelas Yuli.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini