Sagon, Kudapan Melegenda Khas Negeri di Atas Awan

Sagon, Kudapan Melegenda Khas Negeri di Atas Awan
info gambar utama

Ketika matahari menampakkan sinarnya, di situlah waktu yang tepat untuk meneguk secangkir kopi dan menyantap makanan pengganjal perut. Kedua kombinasi tersebut biasanya dinikmati oleh penduduk yang tinggal di wilayah dataran tinggi, seperti Kota Wonosobo.

Kota dengan suhu udara mencapai 12 derajat celsius ini dikelilingi oleh hamparan gunung yang siap menyambut kedatangan para hikers untuk melihat nuansa Negeri di Atas Awan. Tak hanya itu, berbagai macam jajanan tradisional khas Wonosobo pun siap dijadikan buah tangan bagi para wisatawan.

Di sepanjang pintu masuk Pasar Induk Wonosobo, misalnya, terdapat banyak pedagang sagon yang duduk berjejer sambil menyusun barang dagangannya. Pada dasarnya, sagon merupakan salah satu jajanan tradisional khas Wonosobo yang terbuat dari perpaduan tepung ketan, kelapa, dan gula.

Ketiga bahan tersebut menciptakan cita rasa manis dan gurih yang menyatu dalam satu gigitan. Aroma smoky yang berasal dari pembakaran arang juga menjadi ciri khas jajanan yang satu ini. Dari sekian banyaknya pedagang sagon yang berjualan di Pasar Induk Wonosobo, perhatian saya tertuju pada kios kecil bertuliskan Sagon Mbak Tri.

Tukar Ide dan Gagasan, 250 Relawan DMC Dompet Dhuafa Kemah di Baturraden

Menurut penuturan Slamet―sang pemilik kios, sagon yang ia jual merupakan resep turun temurun yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Artinya, sagon tersebut sudah diteruskan oleh generasi ketiga. Ketika ditanya mengenai asal-usul nama sagon, Slamet menjawab, “Sebenernya saya juga nggak terlalu tahu soal pemberian nama sagon ini, tapi bisa jadi karena dulu dibuatnya pake sagu. Jadi, agak nyerempet-nyerempet lah ya.”

Banyak pedagang yang mengaku bahwa sagon yang mereka jual umumnya digunakan sebagai kudapan di acara-acara penting, seperti tasyakuran, walimahan, khitanan, bahkan pernikahan. Namun, tak jarang juga yang membeli sagon untuk menu sarapan dan juga oleh-oleh. Hal itu dibenarkan oleh Slamet.

Ia mengatakan bahwa kebanyakan pelanggannya berasal dari luar kota, seperti Semarang, Magelang, dan Purwokerto. Layaknya camilan pada umumnya, sebenarnya tidak ada waktu khusus untuk memakan sagon, “Selagi masih hangat, maka rasanya akan nikmat,” imbuh Slamet.

Jika dilihat dari bahan bakunya, sekilas sagon mirip dengan makanan khas Jawa Timur, yaitu rangin. Perbedaan antara keduanya terletak pada bentuk; sagon berbentuk bulat, sedangkan rangin bentuknya menyerupai bulan sabit, bahkan ada juga yang kotak.

Meskipun bentuknya berbeda, keduanya dimasak dengan cara yang sama. Pertama, tepung ketan dicampur dengan kelapa; kemudian diletakkan di atas loyang berbentuk bulat; setelah semua tercampur merata, adonan sagon ditaburi gula di bagian atasnya; dan dipanggang di atas anglo hingga warnanya kecoklatan.

Terdapat alasan mengapa gula hanya ditaburkan di bagian atas saja, “Kalo seluruh bagian ditaburi gula, adonannya bakal lengket dan gabisa diangkat,” ujar Slamet.

Survei Optimisme Generasi Muda 2023, Pandangan Generasi Muda Terhadap Masa Depan Indonesia

Seiring dengan perkembangan zaman, inovasi dari manusia pun turut berkembang, terutama dalam hal pemasaran produk. Sagon yang pada umumnya berbahan dasar campuran tepung ketan dan kelapa, serta dijual dengan harga Rp3.000, kini bisa dikombinasikan dengan berbagai macam rasa, seperti rasa durian, pisang, nangka, dan pandan.

Dengan hadirnya berbagai macam varian baru tersebut, tentunya akan menarik minat para konsumen, terutama di kalangan Gen Z. Akan tetapi, para pedagang di pasar, termasuk Slamet, masih tetap mempertahankan sagon dengan cita rasa tradisionalnya.

Menurut Slamet, meskipun zaman semakin berkembang, jajanan tradisional sudah seharusnya diturun-temurunkan kepada generasi penerus.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini