Sosok Neumann van Padang yang Sebarkan Dahsyatnya Letusan Gunung Marapi ke Eropa

Sosok Neumann van Padang yang Sebarkan Dahsyatnya Letusan Gunung Marapi ke Eropa
info gambar utama

Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatra Barat meletus hebat pada Minggu (3/12/2023). Letusan ini mengakibatkan 11 pendaki dan 18 orang lainnya belum ditemukan.

Gunung ini tergolong gunung yang paling aktif di Sumatra. Bahkan sejak akhir abad ke 18, Gunung Marapi telah meletus lebih dari 50 kali. Pertama kali, Gunung Marapi beraktivitas hingga mengeluarkan larva pada 1822.

Salah satu sosok yang pernah mencatatkan letusan Gunung Marapi adalah Maur Neumann atau lebih dikenal dengan nama Neumann van Padang. Dirinya lahir dan besar di Kota Padang Panjang, Sumatra Barat pada 18 April 1894.

Menjaga Gunung Guntur: Gunung Berapi Aktif yang Terlelap Ratusan Tahun

Pada usia 12 tahun, Neumann bersama orang tuanya berangkat ke Belanda. Dirinya mulai mempelajari teknik sipil di Delft dan melakukan dinas militernya kala Perang Dunia Pertama tahun 1913.

Neumann van Padang lantas mempelajari teknik pertambangan di dua tempat, yakni Delft da Berlin. Hingga dia berhasil memperoleh gelar doktor bidang vulkanologinya pada tahun 1924 dan diangkat sebagai Asisten Profesor Hans Reck.

Kembali ke Hindia Belanda

Pada 1927, Neumann kembali ke Hindia Belanda karena mendapatkan pekerjaan. Di tanah kelahirannya ini, dirinya langsung diangkat sebagai kepala survei vulkanologi oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Sebagai seorang Kepala Survei Vulkanologi membuatnya mengunjungi dan meneliti seluruh wilayah vulkanik aktif di Nusantara, salah satunya adalah Gunung Marapi. Berbagai penelitian itu dirinya bukukan dalam History of Volcanology in the East Indies.

Buku tersebut menjadi catatan penting yang berperan memberikan bibliografi lengkap hingga berguna untuk pengkajian gunung api di Indonesia hingga saat ini. Salah satu Gunung yang dijadikan penelitiannya adalah Gunung Marapi.

Letusan Gunung Berapi Terbesar Sepanjang Sejarah

Tepatnya pada tanggal 9 April 1930, dia mencatat terdapat lava pada rekahan di dasar kawah. Sebulan kemudian, Gunung Marapi meletus. Lalu Juni 1932, Marapi erupsi beberapa kali lagi hingga bulan September.

Dalam setiap kunjungan Neumann ke Gunung Marapi, masyarakat Sumbar menyambut rombongan itu dengan meriah. Apalagi rombongan itu membawa alat-alat yang jarang dilihat oleh orang Bumiputera.

“Setiap kali rombongan peneliti pimpinan Neumann melewati kampung demi kampung selalu disambut hangat oleh warga kampung. Alat-alat canggih yang dibawa Neumaan dan timnya benar-benar benda baru yang tak pernah ada sebelumnya di alam pikir kaum Bumiputera,” jelas sejarawan Irwandi Nashir.

Kembali ke Belanda

Setelah Indonesia merdeka, Neumann van Padang kembali ke Belanda pada 1946. Dirinya kemudian melanjutkan tugas pengerjaan katalog gunung berapi aktif dunia yang dimulai dari A Lacroix pada 1960.

Dirinya juga membukukan penelitiannya selama di Hindia Belanda dalam Scripta Geol No. 71 tahun 1983. Dalam katalog tersebut, Neumann mengklasifikasikan gunung api ke dalam tiga bagian.

Kelompok pertama meliputi informasi dari sumber kuno beserta komunikasi insidental yang berasal dari abad 16 sampai 18 berupa catatan perjalanan. Kelompok kedua terdiri atas laporan ilmiah dari abad 19. Bagian terakhir memuat daftar gunung berapi di Indonesia.

Alasan di Balik Sering Terjadinya Gempa di Indonesia

Selain itu, juga membahas tentang beberapa topik khusus seputar pemantauan suhu di sekitar kawah, belerang di Indonesia, hingga masalah kaldera. Dia juga menulis berbagai sejarah gunung di Indonesia dengan judul History of Volcanology in the East Indies.

“Buku tersebut menjadi catatan penting yang berperan memberikan bibliografi lengkap hingga berguna untuk pengkajian gunung api di Indonesia hingga saat ini,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini