Digital Society, Kembali Menjadi Manusia

Digital Society, Kembali Menjadi Manusia
info gambar utama

Saat ini, kita hidup dalam masa di mana teknologi digital telah memasuki setiap aspek kehidupan, mulai dari cara berkomunikasi, bertransaksi, bekerja, dan hiburan. Dengan adanya perkembangan itu, kita seakan-akan didorong untuk melangkah maju dalam lorong waktu menuju era digital society (masyarakat digital) yang membuat dunia ini seolah-olah berubah dalam sekejap mata.

Revolusi digital yang terjadi pada abad ini telah membangun jembatan tidak terlihat yang dapat menghubungkan setiap aspek kehidupan manusia dengan menciptakan suatu realitas baru yang penuh keajaiban sehingga menghadirkan berbagai inovasi dan transformasi baru yang mungkin sebelumnya hanya terdengar seperti mimpi.

Tentunya, perkembangan itu akan memiliki dua dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak positif maupun negatif. Dengan demikian, muncullah pertanyaan penting yaitu apakah kehidupan masyarakat digital membuat kita semakin manusiawi atau justru hal itu telah merampas esensi kemanusiaan kita?

Perkembangan Masif dan Kecepatan Perubahan

Perkembangan di era digital saat ini terjadi dengan begitu massif sehingga menuntut adanya perubahan dalam konteks masyarakat digital di mana dengan hadirnya infrastruktur teknologi ini telah menjadi pilar utama dalam transformasi masyarakat modern. Infrastruktur teknologi yang semakin merata menciptakan lautan informasi dan konektivitas yang tidak ada batasnya. Ini membuat banyak negara yang berlomba-lomba untuk menggelontorkan investasinya terhadap hal tersebut dengan harapan bahwa mereka dapat menjadi pemimpin dalam ranah digital secara global, membangun pusat data yang super canggih, pengetahuan teknologi tekini, dan sebagainya.

Revolusi teknologi yang cepat itu telah membawa perubahan tidak terduga dalam berbagai aspek kehidupan kita sehingga hal itu membentuk suatu realitas yang terkadang sulit diikuti oleh nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar karena masyarakat yang semakin terhubung secara digital. Kecepatan perubahan yang mengagumkan itu telah membawa konsekuensi yang serius terutama dalam hal hilangnya kualitas interaksi manusiawi.

Di era digital ini manusia semakin bergantung pada teknologi sehingga dapat menyebabkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti empati, toleransi, sikap menghormati dan menghargai, dan rasa sopan santun semakin luntur di mana masyarakat cenderung lebih bersikap individualistik dan tidak peduli dengan sesama.

Salah satu contoh nyata dari lunturnya nilai-nilai kemanusiaan masyarakat digital ini adalah maraknya kegiatan cyberbullying yang merupakan tindakan pelecehan, intimidasi, kegiatan penghasutan, atau ancaman yang dilakukan secara online melalui media sosial, e-mail, atau platform online lainnya.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Bapak Muhadjir Effendy, menyebutkan bahwa 45% anak di Indonesia menjadi korban perundungan di dunia digital (cyber bullying). Adanya kejahatan dalam dunia digital seperti itu mengakibatkan dampak yang cukup serius bagi korbannya, mulai dari dampak secara mental, emosional, dan fisik bahkan dalam beberapa kasus, dampak yang diakibatkan dari tindakan tersebut dapat berupa tindakan bunuh diri.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam era digital banyak masyarakat yang telah luntur nilai-nilai kemanusiaannya.

Globalisasi dan Redefinisi Identitas

Dalam perjalanan menuju masyarakat digital yang semakin terhubung dan terkoneksi, kita secara tidak sadar telah terbawa dalam arus globalisasi yang membentuk dinamika baru dalam nilai-nilai dan identitas masyarakat. Di era masyarakat digital saat ini telah membawa kita pada pengalaman global tanpa batas, di mana akses terhadap budaya, ide, informasi, dan sebagainya yang berasal dari seluruh penjuru dunia terbuka dengan sangat lebar sehingga hal itu membawa keragaman global yang tidak terhindarkan.

Globalisasi digital tersebut seringkali melibatkan dominasi konten global pada platform-platform besar dan cenderung menggantikan atau bahkan mengabaikan konten lokal. Adanya pemberian suara dan visibilitas dunia maya dapat merugikan keberadaan keberagaman nilai dan norma lokal. Di mana identitas budaya yang kuat bisa saja terkikis serta merosot ke dalam bayang-bayang budaya global yang mendominasi sehingga masyarakatnya menjadi rentan akan kehilangan akar budayanya sendiri.

Pada kenyataannya, perubahan itu membawa konsekuensi serius terhadap identitas lokal dan nilai-nilai tradisional di mana sesuatu hal yang dulunya sangat kuat dan mengakar dalam budaya kehidupan sehari-hari masyarakat menjadi terancam hilang terbawa oleh arus globalisasi.

Kehilangan identitas dan nilai-nilai itu dapat berdampak negatif pada masyarakat digital karena peristiwa itu dapat membuat nilai kemanusiaan yang ada pada diri mereka akan cenderung luntur bahkan identitas lokalnya dapat menghilang.

Tantangan Etika dalam Era Digital

Dalam pusaran era masyarakat digital yang terus berkembang saat ini telah membawa tantangan etika yang kompleks dan mendalam sehingga memberikan cermin refleksi tentang sejauh mana kita telah melepaskan kendali terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan.

Adanya pengumpulan data yang massif dilakukan dan cara penggunaannya oleh masyarakat menjadi salah satu tantangan sentral mengenai batas privasi individu dan ancaman terhadap hak asasi manusia. Tantangan itu mencuat sebagai peringatan bahwa nilai-nilai masyarakat digital mungkin telah luntur dan memicu adanya kekhawatiran bahwa banyak di antara mereka yang sudah tidak lagi bisa memanusiakan manusia dengan cara yang seharusnya.

Salah satu masalah terkait dengan etika dalam era digital ini yaitu pengaruh media sosial pada opini publik, terutama pernyataan yang terkait dengan penyebaran informasi palsu, pembohongan, ujaran kebencian, dan manipulasi politik. Adanya peran penting media sosial dalam membentuk opini publik ini menjadi semakin kompleks dengan potensi manipulasi dan disinformasi yang dapat merugikan masyarakat.

Kembalinya Nilai-Nilai Kemanusiaan

Mencari kembali nilai-nilai kemanusiaan di era masyarakat digital yang terus berkembang ini menjadi sebuah tantangan yang mendalam dan esensial. Berkembangnya teknologi dan konektivitas global seringkali membawa masyarakat terlepas dari akar nilai-nilai tradisional keseharian yang menopang kemanusiaan.

Dalam upaya untuk kembali menjadi manusia, kita harus bisa menempatkan kualitas interaksi manusiawi di atas aspek kuantitasnya. Meskipun dengan hadirnya teknologi itu telah mempermudah komunikasi, namun penting untuk tidak kehilangan makna dalam hubungan sosial diantara manusia.

Adanya momen-momen kebersamaan secara tatap muka dan rasa empati yang melekat dalam diri manusia seharusnya tetap menjadi unsur penting dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan.

Berbagai tantangan tersebut membutuhkan upaya kolaborasi secara global yang beretika di mana komunitas internasional dapat bekerja sama untuk menciptakan norma-norma dan standar etika digital. Pada akhirnya, pencarian akan keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan menjadi kunci dari kembalinya nilai-nilai kemanusiaan masyarakat digital.

Peran teknologi yang ada saat ini seharusnya tidak menggantikan, tetapi memperkuat aspek-aspek kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya upaya tersebut, maka masyarakat digital dapat kembali menjadi manusia yang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan yang telah luntur atau terabaikan.

Dengan demikian, era digital dapat menjadi panggung bagi kemajuan teknologi yang bertanggung jawab, inklusif, dan diarahkan pada peningkatan kualitas hidup serta martabat manusia sehingga hal itu dapat membentuk arah baru pada masa depan di mana teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan saling melengkapi membentuk masyarakat yang lebih bermakna dan menyatu.

Sumber:

https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan%20Anak%20di%20Indonesia.pdf

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini