Sisi Gelap Game Online, Membunuh Motivasi Belajar

Sisi Gelap Game Online, Membunuh Motivasi Belajar
info gambar utama

Pada era digital 4.0 perkembangan teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula era digital yang semakin maju. Teknologi komputer dan komunikasi semakin banyak digunakan oleh masyarakat, dengan adanya teknologi memudahkan kita untuk melakukan segala hal dalam berkomunikasi atau sebagai alternatif hiburan.

Alternatif hiburan dengan teknologi yang ada salah satunya bermain game online. Hal ini karena mudah diakses, banyak pilihan permainan bahkan bisa menjadi ajang kompetisi. Game online disenangi oleh usia anak-anak bahkan sampai orang dewasa.

Namun, pada anak-anak bahkan remaja game ini bisa menjadi salah satu penghambat perkembangan tubuh apabila tidak adanya kontrol oleh orang tua, karena sifatnya yang dapat membuat kecanduan.

Pada umumnya, remaja memiliki kesiapan mental yang belum matang sehingga, game yang semula hanya menjadi sebuah hiburan tetapi malah menimbulkan dampak negatif. Anak remaja yang sering bermain gameonline memiliki rentang usia 12-18 tahun (Hurlock dikutip oleh Habibi, 2022).

Game online yang sering ditemukan dalam masyarakat, seperti Mobile Legend, Free Fire, PUBG, dan COC. Data statistik menunjukan bahwa ada sekitar 46,2% yang mengalami kecanduan game online pada rentang usia 0-18 tahun, dan sekitar 38,5% pada rentang usia 18-25 tahun. Anak-anak yang mengalami kecanduan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada mentalnya, kesehatan fisik, membuang-buang waktu dan mempengaruhi prestasi akademiknya (Fundrika, 2023).

Anak laki-laki lebih cenderung bermain game online dibandingkan anak perempuan, waktu yang dihabiskan rata-rata sekitar 22 jam perminggunya. Game online juga dapat menimbulkan masalah pada keluarga, menyebabkan kerusakan pada lobus frontal otak, dan gangguan emosi (Zipdo, 2023).

Dalam hal ini, pola asuh orang tua sangatlah berpengaruh terhadap anak. Karena, anak belum dapat mengurus dirinya sendiri sehingga, pola asuh orang tualah yang berperan membentuk kepribadian anak. Sebagian orang tua membuat jadwal keseharian untuk anaknya supaya anak belajar disiplin, melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menghargai waktu.

Namun, sebagian lainnya kurang peduli akan hal tersebut. Karena, sudah lelah dengan pekerjaan rumah atau di tempat kerja. Apalagi di zaman sekarang banyak orang tua yang memberikan handphone kepada anaknya sejak dini dengan dalih supaya sang anak tidak rewel. Jika, hal tersebut dibiarkan maka akan terbawa sampai remaja dan mengakibatkan adiksi (Santrock dikutip oleh Yosephine & Lesmana, 2020).

Oleh karena itu, Peran Orang tua untuk membatasi anak dari kecanduan game online sangat penting yakni dengan memberikan jadwal harian misal, boleh bermain ketika weekend saja. Jika anak tidak megikuti kata orang tua mereka akan dihukum. Apabila Orang tua memanjakan anak dalam bermain game online dan menuruti semua perkataannya menyebabkan anak tidak pernah bisa mengendalikan perilakunya. sehingga orang tua yang tidak memberikan pengawasan dalam bentuk apapun pada anak dapat menyebabkan anak kecanduan (Barseli & Sriwahyuningsih, 2023).

Remaja yang kecanduan game online memiliki penurunan dalam segi akademik, rasa malas dalam bersekolah yang membuat remaja mengalami putus sekolah, kecanduan juga dapat mengganggu proses belajar di sekolah karena perilaku buruknya, kurangnya mengatur hal yang di prioritaskan membuat pekerjaan utama mereka sebagai pelajar terbengkalai. Remaja juga akan mengalami penurunan konsentrasi dalam belajar yang membuatnya sulit paham dalam pembelajaran yang sedang di ajarkan (Novrialdy et al., 2019).

Kecanduan game online juga dapat berpengaruh dalam lingkungan sosial, remaja yang kurang akan dukungan sosial lingkungannya, rasa kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi (Yildirim & Zeren dikutip oleh Kaya et al., 2023).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keranjingan game online dapat membunuh motivasi belajar yang di mana hal tersebut dapat menganggu akademik anak remaja yang mengalami kecanduan, banyak hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Kemudian, dengan adanya kontrol orang tua dalam membatasi anak-anak yang menggunakan gadget, mereka akan fokus dalam akademiknya.

Referensi:

  • Barseli, M., & Sriwahyuningsih, V. (2023). Peran game online mobile legends sebagai pemicu turunnya motivasi belajar siswa. Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 9(1), 164. https://doi.org/10.29210/1202322743
  • Fundrika, B. (2023, August 9). Orangtua mesti waspada, ini bahaya kecanduan game online. Suara.Com. https://www.suara.com/lifestyle/2023/08/09/165551/orangtua-mesti-waspada-ini-bahaya-kecanduan-game-online
  • Habibi, N. M. (2022). Dampak negatif online game terhadap remaja. Jurnal Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling: Teori Dan Praktik), 6(1), 30–35. https://doi.org/10.26740/bikotetik.v6n1.p30-35
  • Kaya, A., Türk, N., Batmaz, H., & Griffiths, M. D. (2023). Online gaming addiction and basic psychological needs among adolescents: the mediating roles of meaning in life and responsibility. International Journal of Mental Health and Addiction. https://doi.org/10.1007/s11469-022-00994-9
  • Novrialdy, E., Nirwana, H., & Ahmad, R. (2019). High school students understanding of the risks of online game addiction. Journal of Educational and Learning Studies, 2(2), 113. https://doi.org/10.32698/0772
  • Yosephine, Y., & Lesmana, T. (2020). Pola asuh orang tua dan kecenderungan adiksi online game remaja akhir di Jakarta. Psibernetika, 13(1). https://doi.org/10.30813/psibernetika.v13i1.2272
  • Zipdo. (2023, July 15). Essential gaming addiction statistics in 2023. Zipdo Beta. https://zipdo.co/statistics/gaming-addiction/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini