Nikmatnya Bakso Aci dari Garut: Kuliner Pengganti Nasi pada Zaman Belanda

Nikmatnya Bakso Aci dari Garut: Kuliner Pengganti Nasi pada Zaman Belanda
info gambar utama

Bakso aci adalah makanan yang sekarang begitu digemari oleh masyarakat. Makanan khas Garut ini keberadaannya dapat dengan mudah ditemui di berbagai daerah, termasuk di luar Pulau Jawa.

Menukil dari Liputan6, bakso aci merupakan olahan daging sapi yang dicampur dengan tepung tapioka. Biasanya orang Sunda menyebutnya sebagai aci kawung. Saat adonan daging sapi menggunakan tepung ini, teksturnya akan berbeda dari bakso kebanyakan.

Untuk bakso aci, saat sudah direbut lama teksturnya akan sangat kenyal dan liat sehingga menimbulkan sensasi tersendiri saat dikunyah. Biasanya orang-orang akan memakan bakso ini dalam keadaan panas, di tengah suasana dingin.

Nasi Gandul Khas Pati, Sajian Nasi Daging Berkuah Menggugah Selera

Di daerah asalnya, bakso aci dijual oleh pedagang-pedagang bakso keliling di Garut. Biasanya, bakso ini menjadi campuran bakso sapi biasa. Nantinya mereka akan menambahkannya dengan mie kuning, soun maupun bihun di satu porsinya.

Di Garut, bakso aci biasanya memiliki isian tetelan, maupun gajih sehingga saat digigit, lemaknya langsung pecah di mulut. Kenikmatannya akan bertambah bila diberi saus tomat maupun saus sambal ataupun cabai.

Sudah ada zaman Belanda

Dinukil dari Detik, bakso aci merupakan makanan khas orang Sunda yang sudah ada sejak abad ke 19. Makanan ini dibuat oleh masyarakat di tatar Priangan seperti Garut, Tasikmalaya, sampai Bandung di tengah kondisi sulit era penjajahan.

“Sebenarnya bakso aci sudah ada dari abad 19-an. Sudah ada. Jadi dulu bakso aci itu dibuat ketika orang-orang Sunda enggak bisa makan nasi,” kata Bobby Firdaus dari Jajanan Garut.

Dahulu bakso aci masih bernama cilok. Terbuat dari aci yang diisi daging cincang. Bakso aci ini kemudian disajikan dengan kaldu dari sapi, atau ayam. Karena bahan baku yang murah dan mudah didapatkan, kala itu bakso aci jadi alternatif makanan berat.

Makan Ikan Buntal ? Siapa Takut

Tetapi, jelas Bobby, masyarakat juga menyajikannya sebagai lauk untuk nasi. Setelah itu, bakso aci mulai eksis di kalangan masyarakat. Walaupun saat itu orang Belanda tidak terlalu memperhatikan kuliner tersebut.

“Dulu orang Belanda bingung, gimana cara masukin topingnya. Karena kan nggak ada lubangnya,” ungkap Bobby.

Menyebar

Bakso aci kemudian menjadi salah satu makanan berat yang disukai oleh masyarakat di tanah Sunda. Dari dulu hingga sekarang, bakso aci biasa dibuat di rumah, hingga disajikan untuk menjamu tamu yang datang.

Pada waktu belakangan, bakso aci menjelma menjadi kuliner yang dijual luas, dan diminati berbagai kalangan, tak hanya masyarakat Pasundan. Hal ini terjadi usai banyak pedagang yang menjual bakso aci dengan berbagai cara, ke berbagai daerah.

“Mulai tahun 2000-an. Karena memang sudah banyak (pedagang) yang memakai packaging. Jadi yang tadinya si bakso aci itu cuman isinya abon, atau sinti, sekarang banyak variannya. Mulai dari daging cincang, tulang lunak, dan mercon,” ungkapnya.

Menikmati Surga Kuliner Ikan ketika Berkunjung ke Palangkaraya

Fakta itu kemudian didorong dengan berbagai penelitian yang dilakukan kalangan akademisi. Tri Priyanto menyatakan jika media sosial memberikan dampak yang besar untuk mempromosikan bakso aci di Indonesia.

“Permintaan konsumen yang meningkat terhadap bakso aci, berawal dari media sosial dan promosi antar teman, sehingga banyak masyarakat yang penasaran kepada bakso aci,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini