Menikmati Surga Kuliner Ikan ketika Berkunjung ke Palangkaraya

Menikmati Surga Kuliner Ikan ketika Berkunjung ke Palangkaraya
info gambar utama

Masyarakat khas Kalimantan ternyata mempunyai segudang kuliner ikan. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah ditemukan belasan menu ikan sungai, seperti jelawat, lais, saluang, dan ikan patin yang lezat.

Dimuat dari Kompas, ikan ini dimasak dengan cara bakar, goreng, tanak (dimasak dengan kuah santan kental dan kayu bambu), pepes, kandas alias dipenyet bersama dengan sambal dan juhu (dimasak berkuah bersama sayur seperti inti rotan muda).

Segenggam Lemper yang Jadi Simbol Persaudaraan Orang Jawa

“Semua masakan kami baru dimasak setelah ada pesanan agar segar dan lezat,” kata Hoream, pemilik Rumah Makan Palangka.

Biasanya makanan ini akan terhidang dan meja akan sesak oleh sayur umbul rotan (inti rotan muda), tumis kalakai alias pakis, ikan jelawat goreng, tanak patin, juhu rimbang, tumis bajel, ikan saluang yang digoreng, dan wadi patin.

Hanya ada di Kalimantan

Disebutkan oleh Hoream, jelawat yang biasanya disajikan dengan cara dibakar ini hanya ada di Kalimantan. Saluang merupakan teri tawar serupa wader. Wadi patin ialah ikan patin fermentasi yang digoreng dan dikukus.

Sambal juga menebar aroma khas serai menemani nasi ladang yang berasa tawar. Aroma khasnya padu menemami rasa asin dan asam dari wadi ikan patin goreng. Asin dan asamnya wadi ikan patin berbeda dari asamnya buah.

“Pasangan pasnya memang pedasnya serai yang dilumat lembut dalam sambal serai,” paparnya.

3 Resep Bagea, Kue Tradisional Khas Indonesia Timur

Sementara itu, Rumah Makan Samba yang ada juga di Palangkaraya menyajikan menu ikan bakar, mulai dari patin, jelawat, lais, haruan, atau ikan gabus, juga baung yang menyerupai lele berukuran raksasa.

Bidong TH Asin yang membuka rumah makan itu pada 1996 juga menyediakan sajian khas Dayak, seperti telur ikan masak kuning yang kenyal baik jenang dan berasa manis, gulai ikan jelawat ataupun sayur asam ikan baung.

“Saya dari Desa Tumbang Samba, di pinggir Sungai Ketingan. Ketika kecil, makanan inilah yang kami santap di Tumbang Samba. Ragam bumbunya saya modifikasi, tapi bahan dasarnya sama.

Santapan harian

Antropolog Marko Mahin menyebutkan ikan telah menjadi makanan harian masyarakat Dayak karena dahulu mudah ditemukan. Diketahui masyarakat Dayak dahulunya bertempat tinggal di pinggir sungai.

Disebutkan oleh Mahin, meski dahulu menjadi santapan harian, ikan justru tidak menjadi bagian dari hewan persembahan dalam upacara masyarakat adat Dayak. Hewan persembahan berasal dari darat yakni, sapi, kerbau, dan babi.

“Masyarakat Dayak meyakini Yang Maha Kuasa menciptakan berbagai binatang darat, baru kemudian menciptakan manusia. Hewan darat dianggap saudara tua manusia. Persembahan dalam upacara harus yang sederajat dengan manusia, maka hewan darat yang dikorbankan. Itu sebabnya, ikan tidak menjadi bagian dari hewan persembahan,” kata Marko.

Sedang Berdiet? Ini Menu Lokal Indonesia yang Ampuh dan Berserat Tinggi!

Tetapi Kalimantan kini telah berubah, ikan sungai, berbagai sayuran sudah jarang jadi santapan sehari-hari. Sekarang beberapa ikan mulai jarang ditemukan dan dicari dari alam bebas Kalimantan.

Padahal cita rasa ikan budidaya dan ikan tangkap beda. Karena itulah Marko menyadari semakin jarangnya kuliner tradisional masyarakat Dayak disantap pasalnya telah rusak oleh pertambangan dan perkebunan.

“Berbagai bahan makanan kuliner Dayak nyatanya memang berasal dari sungai dan sekarang sungai-sungai di Kalimantan telah rusak oleh pertambangan dan perkebunan,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini