Segenggam Lemper yang Jadi Simbol Persaudaraan Orang Jawa

Segenggam Lemper yang Jadi Simbol Persaudaraan Orang Jawa
info gambar utama

Lemper merupakan makanan tradisional dari beras ketan yang cukup populer di Indonesia. Lemper dikenal hampir di seluruh Indonesia, namun panganan ini banyak ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.

Dinukil dari Kompas, lemper berbentuk seukuran genggaman tangan dan dibungkus dengan daun pisang sehingga mempunyai aroma khas. Sementara itu bahan utama untuk membuat lemper adalah beras ketan yang dimasak dengan santan kelapa.

Hampir Mirip! Ini Filosofis Jajanan Pasar Lemper dan Semar Mendem

Hingga kini belum diketahui pasti kapan lemper ditemukan, tetapi pada awalnya makanan ini tak berisi daging giling ayam, sapi atau ikan. Ketika itu lemper berisikan serundeng yang disebut gebingan atau kelapa.

“Karena pada saat itu, harga daging mahal,” jelas Dini Daniswari.

Namun setelah populer, isi lemper menggunakan daging sapi, daging ayam, atau daging ikan yang sudah digiling. Hal ini dilakukan supaya semakin praktis, lemper juga bisa diisi dengan abon.

Filosofi lemper

Bagi orang Jawa, lemper ternyata tak hanya sekadar makanan tetapi mempunyai nasihat yang mendalam. Pada lemper terdapat sebuah falsafah yakni yen dilem atimu ojo memper yang artinya jika disanjung jangan tinggi hati atau sombong.

Lemper yang mempunyai tekstur yang lengket juga melambangkan persaudaraan erat. Lemper yang dihidangkan pada sanak saudara atau tamu yang hadir juga dimaksudkan agar tali persaudaraan semakin erat.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa lemper merupakan lambang rezeki yang akan melekat, sehingga dalam hajatan makanan ini menjadi lambang rezeki yang akan terus berdatangan. Karena itu lemper selalu ada dalam acara penting.

3 Resep Bagea, Kue Tradisional Khas Indonesia Timur

Dimuat dari Etnis, makanan ini menjadi salah satu sajian wajib ritual Rebo Pungkasan. Upacara tersebut dilakukan pada Rabu akhir dari bulan Safar sebagai peringatan pertemuan Kyai Usman Faqih (tokoh agama di Pleret dengan Sri Sultan Hamengkubuwana I.

Dalam beberapa acara penting di Jawa, lemper juga tak pernah absen menemani keseruan hajatan itu. Bagi orang Jawa, pemilihan lemper memang tak hanya rasanya enak, tetapi ada simbol ajaran para leluhur.

Jadi warisan budaya

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menetapkan lemper bersama gudeg manggar dan ritual adat Nyadran Agung Makam Sewu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia,

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) Bantul Nugroho Eko Setyanto mengatakan hal ini dilakukan sebagai wujud pelestarian warisan budaya yang ada di Bantul. Sekaligus memperkuat karakter masyarakat.

“Dengan adanya itu (WBTB) diharapkan bisa mensejahterakan masyarakat,” kata Nugroho.

Selain dijadikan WBTB, ada juga festival lemper yang dilakukan secara rutin oleh warga di Padukuhan Murtigading. Festival kampung lemper ini diawali dengan lomba memasak lemper dengan peserta dari siswa SD hingga SMP.

Sedang Berdiet? Ini Menu Lokal Indonesia yang Ampuh dan Berserat Tinggi!

Keseruan Festival Kampung Lemper juga terlihat dengan pembagian 2000 lemper gratis bagi peserta dan pengunjung yang datang. Ketua Panitia, Falah Akbar mengatakan ini sebagai upaya mewujudkan kampung berbudaya.

“Festival Kampung Lemper ini dapat melestarikan warisan budaya dan menguatkan Sanden sebagai sentra lemper,” pungkasnya.

Referensi:

  • Kompas, Lemper, Panganan dari Beras Ketan, Latar Belakang dan Filosofi https://regional.kompas.com/read/2022/09/29/143459578/lemper-panganan-dari-beras-ketan-latar-belakang-dan-filosofi?page=all#page2
  • Etnis.id, Bagi Orang Jawa, Lemper Bukan Sekadar Makanan https://etnis.id/bagi-orang-jawa-lemper-bukan-sekadar-makanan/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini