BDS dan Sanksi

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

BDS dan Sanksi
info gambar utama

Masyarakat dunia menyaksikan sekarang ini ada senjata baru yang dimiliki Amerika Serikat dan sekutunya negara-negara barat. Senjata itu bukan senjata tank, artileri, pesawat tempur, peluru kendali nuklir dan sebagainya, namun senjata ini adalah senjata yang menargetkan pada bidang eknomi, yaitu sanksi atau sanction.

Bagi negara-negara yang tidak patuh pada kepentingan Amerika Serikat, maka negara itu terkena sanksi. Kalimat Either with Us, o r Againts Us atau “ikut kami atau menjadi musuh kami” itu adalah kebijakan luar negeri Amerika Serikat kepada negara-negara lain. Sejak tahun 1998 sudah ada 20 negara yang terkena sanksi Amerika Serikat, diantaranya yang sering diingat orang adalah negara Iran dan Rusia. Sanksi itu bertujuan untuk melemahkan kondisi ekonomi suatu negara dengan menyasar individu, pejabat, politisi, pejabat militer, direktur perusahaan dsb.

Sekarang ada lagi senjata baru, senjata yang bukan dimiliki suatu negara, namun digagas dan dimiliki kaum muda aktivis Palestina yaitu BDS, kepanjangan dari Boycot Disvestment and Sanction – Boykot Disinvestasi dan Sanksi. Gerakan BDS ini dilakukan oleh anak-anak muda Palestina dan menjalar ke seluruh dunia karena melawan Israel tidak bisa dengan senjata, dengan diplomasi dunia, karena apapun kecaman dunia dan keputusan PBB tidak dihiraukan oleh Istrael dan tetap melakukan pendudukan dan genosida di Palestina.

Ratusan ribu orang diberbagai kota di dunia ini turun ke jalan untuk memprotes kekejaman Israel di Gaza Palestina tidak digubris oleh Israel (dan tentu oleh Amerika Serikat juga). Menurut Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata, sebuah organisasi nonpemerintah yang mengkhususkan diri dalam pengumpulan data konflik, dari 7 Oktober hingga 24 November, setidaknya ada 7.283 protes pro-Palestina yang terjadi di lebih dari 118 negara dan wilayah.

Karena itu mau tidak mau melawan Israel dengan cara lain yaitu BDS itu dengan cara memilih untuk mengekspresikan kecaman mereka menggunakan daya beli mereka, memilih untuk memboikot produk dan layanan yang mendukung Israel, yang pada gilirannya memicu gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang didirikan pada tahun 2005 oleh koalisi kelompok masyarakat sipil Palestina. Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) ini adalah gerakan yang dipimpin aktivis Palestina yang mempromosikan boikot, divestasi, dan sanksi ekonomi terhadap Israel. Tujuannya adalah untuk menekan Israel agar memenuhi apa yang digambarkan oleh gerakan BDS sebagai kewajiban Israel di bawah hukum internasional, yang menuntut penarikan diri dari wilayah pendudukan, penghapusan penghalang pemisah di Tepi Barat, kesetaraan penuh bagi warga Arab-Palestina Israel, dan "menghormati, melindungi, dan mempromosikan hak-hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah dan properti mereka".

Seperti namanya, ada tiga jenis kampanye yang diserukan oleh BDS untuk menghadapi kolonialisme Israel. Boikot berarti menarik dukungan untuk rezim apartheid Israel, keterlibatan lembaga olahraga, budaya dan akademik Israel, serta dari semua perusahaan Israel dan internasional yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia Palestina. Divestasi berarti mendesak bank, dewan lokal, gereja, dana pensiun dan universitas untuk membatalkan investasi mereka di Israel dan semua perusahaan Israel dan internasional yang mendukung kebijakan apartheid Israel. Kemudian sanksi mengambil bentuk menekan pemerintah untuk memenuhi kewajiban hukum mereka untuk mengakhiri kebijakan apartheid Israel — tidak membantu atau membantu pemeliharaannya — dengan melarang bisnis di permukiman ilegal Israel, mengakhiri perdagangan militer dan perjanjian perdagangan bebas, dan menangguhkan keanggotaan Israel di forum internasional seperti badan-badan internasional. Badan-badan PBB dan FIFA.

Gerakan ini diorganisir dan dikoordinasikan oleh Komite Nasional BDS Palestina setelah terinspirasi model Gerakan Anti-Apartheid di Afrika Selatan. Mereka membandingkan penderitaan orang-orang Palestina dengan orang-orang kulit hitam Afrika Selatan era apartheid. Protes dan konferensi untuk mendukung gerakan ini telah diadakan di beberapa negara. Maskotnya, yang ditampilkan pada logotype-nya, adalah Handala, simbol identitas Palestina dan "hak untuk kembali". Asal-usul BDS bermula di Forum LSM pada Konferensi Dunia Melawan Rasisme di Afrika Selatan 2001 (Durban I). Di forum tersebut, aktivis Palestina bertemu dengan veteran anti-apartheid yang mengidentifikasi kesejajaran antara Israel dan apartheid Afrika Selatan dan merekomendasikan kampanye seperti yang mereka gunakan untuk mengalahkan apartheid. Forum ini mengadopsi sebuah dokumen yang berisi banyak gagasan yang kemudian muncul kembali dalam BDS Call 2005.

Aktivis BDS memperkenalkan applikasi yang bernama "No Thanks" di mana dengan aplikasi ini konsumen diseluruh dunia bisa melacak produk yang dihasilkan perusahaan dunia yang diketahui membantu rezim Israel. Dengan mengetahui asal produk dan perusahaan, maka konsumen bisa melakukan keputusan tidak membeli produk itu.

Beberapa merek dagang terkenal yang telah ditargetkan untuk boikot termasuk McDonald's, Starbucks, Burger King dan Puma. Yahoo Finance pada 5 Desember 2023 melaporkan bahwa nilai saham Starbucks menurun selama 11 hari berturut-turut di tengah pembicaraan tentang aksi boikot dan mogok yang diluncurkan oleh serikat pekerjanya. Selain perusahaan-perusahaan diatas banyak lagi perusahaan skala dunia juga mengalami kerugian besa.

.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

Terima kasih telah membaca sampai di sini