Merananya Warga Desa Kualat Selat yang Kampung Halamannya Terancam Tenggelam

Merananya Warga Desa Kualat Selat yang Kampung Halamannya Terancam Tenggelam
info gambar utama

Desa Kuala Selat di Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau dikhawatirkan akan tenggelam bila pemerintah tak mengatasi dampak abrasi pantai di wilayah tersebut.

Dampak krisis iklim parah membuat rumah satu persatu hilang, kebun kelapa mati dan terus tergerus. Warga kehilangan pekerjaan dan banyak yang memilih untuk mengungsi keluar kampung. Tidak menutup kemungkinan, tanah leluhur itu akan jadi kampung mati.

“Yang masih bertahan di sini pun, tinggal sudah berjarak dan agak jauh,” kata Lizawati yang dimuat dari Mongabay.

Satu Desa Satu Lapangan, Upaya RI Cetak Atlet Masa Depan

Abdul Rahman mengenang pada 1970-an, sungai di Kuala Selat masih sempit. Kiri dan kanan penuh pohon nipah dengan daun seolah menyatu. Hanya dengan mendayung sampan bisa menyusuri sungai itu, belum ada tanggul dan tanah masih tinggi.

Tetapi, lanjutnya, pada 1980 an daratan mulai terkikis. Ombak terasa makin kuat dan besar. Air pasang makin tinggi. Jalanan mulai tenggelam, ratusan makam hilang. Bahkan pada 1999, Rahman harus mencari daratan baru untuk pindah rumah.

“Bekas rumah saya dulu sudah jadi laut sekitar satu kilometer dari pesisir pantai sekarang. Rumah warga kena ombak tak terhitung lagi. Orang-orang pindah berkali-kali,” kenangnya.

Proses abrasi

Banjir rob atau pasang laut juga makin mengancam kehidupan warga. Antara tahun 1980 hingga 1990, air laut belum pernah memasuki pemukiman. Tetapi setelah itu, laut makin dekat. Sekarang, empat kilometer dari bibir pantai adalah daratan.

Plh Kepala Desa Kuala Selat, Zainal Abidin mengatakan sekitar 2.000 hektare kebun kelapa, sebelah utara desa rusak parah sehingga tak ada yang bisa dipanen. Barisan pohon kelapa gundul, tak lagi berdaun dan berbuah.

Program DSA dan Desa Mangunan: Bentuk Kolaborasi Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Sekitar 144 keluarga petani kehilangan mata pencaharian. Beberapa dari mereka, memilih untuk meninggalkan desa. Sebagian bertahan mengambil upah kupas kelapa yang masih tersisa, di sebelah selatan desa.

“Saat ini, warga petani sebelah selatan masih berupaya menutup lubang. Cuma, kalau musim angin utara tetap was-was jebol. Masyarakat rencana mau bangun tanggul swadaya, sebelum jebol seperti di utara, dua tahun lalu,” kata Zainal.

Langkah konkrit?

Pemerintah desa terus menggelontorkan dana untuk menerjunkan alat berat buat tanggul semampunya. Pekerjaannya swadaya. Masyarakat iuran beli minyak untuk gerakkan eksavator. Swasta dan dinas juga ikut membantu.

“Setidaknya sudah empat lapis tanggul yang dibuat pemerintah desa di titik lokasi yang masih tergolong aman. Terlepas berhasil atau tidak menahan ombak, kami sudah berusaha. Kalau di sebelah utara kami tak berani. Karena pasti tak bertahan lama,” kata Zainal.

Optimalkan Karang Taruna, Mahasiswa KKN Undip Dorong melalui Collaborative Governance

Sekretaris Granko Inhil, Rendra Risaldi mengungkapkan bila pemerintah memang peduli seharusnya mengalokasikan anggaran untuk pembangunan tanggul penahan air pantai. Hal ini supaya air tak memasuki lahan perkebunan dan pemukiman warga.

Dilanjutkannya, bila dampak abrasi pantai tersebut tidak segera diatasi bisa dipastikan Desa Kuala Selat akan hilang dan tidak ada penduduknya, karena sudah terbenam. Sehingga dia pun berharap pemerintah menunjukkan sikap.

“Akankah pemerintah kabupaten Inhil membiarkan Desa Selat Tenggelam?” tanyanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini