Saya Ingat Cucu-cucu Saya

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

Saya Ingat Cucu-cucu Saya
info gambar utama

Setiap saya melihat berita TV internasional seperti TV Al-Jazeera, Russian Today dan RTV – Turkiye, saya tanpa sadar menghitung jumlah korban warga Gaza Palestina korban kebiadaban tentara Israel. Pada waktu ramai-ramainya pandemi covid-19 tahun 2020-2021, saya juga tanpa sadar menghitung jumlah orang yang meninggal dunia, yang terpapar virus yang mematikan itu. Waktu itu hati saya sedih mendengar sahabat karib satu kampus, tetangga wafat karena covid-19 itu.

Namun dalam kasus perang di Gaza Palestina ini, hati saya lebih terkoyak, begitu banyaknya jumlah korban meninggal dan luka-luka warga Palestina itu. Ketika saya menulis artikel ini jumlah kematian warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 21.320 dengan 55.603 terluka, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Kalau tidak salah, dari jumlah itu lebih dari 8.000 nya adalah anak-anak kecil termasuk bayi.

Hati saya menangis melihat tayangan ketiga saluran TV diatas (TV-TV pihak barat tidak banyak yang melaporkan kasus ini karena negara-negara barat berpihak pada Israel) – terutama menyaksikan anak-anak kecil Palestina yang wajahnya cantik, ganteng dan lucu-lucu, rambut mereka ikal, mata lebar dengan bulu mata yang lentik, kulitnya putih – bersimbah darah disekujur tubuhnya akibat pemboman tentara Israel IDF yang membabi buta itu. Saya juga menangis melihat tayangan di mana ada gadis kecil yang wajahnya penuh dengan debu reruntuhan bangunan rumahnya – mengusap wajah adiknya yang mungil yang penuh dengan darah. Nampak wajah si gadis kecil ini sangat tegar. Saya yakin bagi siapapun yang memiliki putra–putri kecil atau cucu-cucu memiliki perasaan sedih seperti perasaan saya bila melihat wajah anak-anak Palestina itu.

Banyak kalangan yang memprotes serangan IDF itu dengan mengatakan bahwa yang terjadi di Gaza Palestina itu “it is not a war, but an onslaught” – bukan sebuah peperangan tapi pembantaian manusia. Israel melakukan tindakan keji itu sepertinya karena malu bukan kepalang karena sebagai negara yang terkenal dengan kekuatan militernya yang modern, dan kecanggihannya badan intelijennya Mossad yang setara dengan CIA – tidak bisa berbuat apa-apa ketika tanggal 7 Oktober 2023 pagi kecolongan pasukan Hamas menerobos dinding negaranya yang tinggi dan tebal, lalu menyerang target militer Israel dan menculik warga Israel. Negara yang mengklaim sebagai bangsa pilihan Tuhan itu malu karena pasukan Hamas dengan persenjataan apa adanya, bahkan sebagian mereka memakai sandal jepit dan kaos saja bisa melumpuhkan sistem pertahanan Israel yang modern itu. Mereka tidak menyangka Hamas bisa melakukan penyerbuan itu.

Perasaan malu dan kuatnya idelogi zionisme nya membuat pemerintah Israel membalas dendam dengan cara membabi buta melakukan penyerbuan ke Gaza dan mengebom apapun yang dilihatnya tanpa membedakan mana combatant mana warga sipil. Semua gedung perumahan, perkantoran, Masjid, Gereja, sekolah, Rumah Sakit dsb diratakan dengan tanah. Tentara IDF itu tidak perduli apakah yang dibom itu wanita, orang tua, atau anak=anak kecil dan bayi.

Berkat kecanggihan media sosial saat ini, warga dunia menyaksikan pembantaian itu dan membuat ratusan ribu warga di berbagai negara-termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa turun ke jalan memprotes pembantaian Israel terhadap warga Gaza. Mereka yang di Amerika Serikat dan Eropa menuntut pemerintah mereka untuk menuntut Israel menghentikan pembunuhan masal atau genosida dan menuntut diijinkannya bantuan kemanusiaan.

Israel melakukan genosida tidak hanya dengan cara melakukan pemboman, tapi juga dengan cara menutup pasokan air, listrik, bahan bakar dan makanan kepada warga Gaza. Rumah-rumah sakit berhenti beroperasi – disamping sudah hancur karena di bom – juga karena tidak ada pasokan bahan bakar sehingga mengakibatkan “Operating Theater” atau tempat operasi medis berhenti yang mengakibatkan banyak anak-anaka kecil dan bayi meninggal dunia karena tidak mendapatkan penanganan medis.

Entah setan apa yang merasuki jiwa orang-orang Yahudi Israel itu sehingga menyebut pembantaian itu sah-sah saja, apalagi yang dibunuh itu dianggap sebagai “Human Animal”. Para politisi, istri tentara Israel di TV negeri itu terang-terangan mengusulkan agar warga Arab Palestina baik Muslim maupun Kristen dibunuh semua dengan menggunakan bom nuklir. Yang penting kata mereka semua warga Palestina harus lenyap dari muka bumi. Di Amerika Serikat ada pensiunan pejabat Departmen Luar Negeri yang membully pedagang kaki lima di New York dengan berteriak mengatakan bahwa membunuh 4.000 anak-anak Palestina “it is not enough”.

Amerika Serikat sebagai sahabat abadi Israel malah selalu mem-veto keputusan sidang Dewan Keamanan PBB yang menunttk adanya genjatan senjata. Amerika bahkan selalu mensuply Israel dengan uang milyaran dolar dan bantuan persenjatan agar Israel meneruskan pembantai warga Gaza itu. Saya heran, kenapa para pejabat pemerintahan AS dan negara-negara Eropa tidak memiliki hati, empati terhadap kematian puluhan warga Palestina termasuk anak-anak dan bayi itu.

Semoga rakyat Palestina di tahun 2024 dan seterusnya dilindungi Allah SWT dan mendapatkan kembali hak-haknya untuk merdeka dan semoga semua warga Gaza Palestina yang gugur itu sebagai syuhada, gugur syahid yang akan dijamin surga oleh Allah SWT. Dan semoga anak-anak Palestina yang cantik, ganteng dan imut-imut itu bisa mendapatkan kembali hak-hak mereka sebagai anak-anak.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

Terima kasih telah membaca sampai di sini