Kehadiran Platform Film Digital, Apakah Bisa Menggantikan Bioskop?

Kehadiran Platform Film Digital, Apakah Bisa Menggantikan Bioskop?
info gambar utama

Jika mendengar kata “digital”, yang pertama terlintas di otak kita pastilah hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi. Di abad ke-21 ini, perkembangan teknologi dan digitalisasi sudah mulai memengaruhi berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari, mulai dari pendidikan, komunikasi, ekonomi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Perkembangan-perkembangan ini menawarkan kepraktisan, efisiensi, dan kemudahan. Salah satu hal yang dekat dengan kita dan tidak luput dari digitalisasi dari perkembangan zaman adalah film.

Film merupakan salah satu alat komunikasi yang biasa digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan kepada audiens melalui cerita. Selain itu, industri film adalah salah satu industri hiburan yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Pada awal masa pandemi, industri film menjadi salah satu industri yang terdampak, ditandai dengan ditutupnya bioskop-bioskop akibat pembatasan sosial skala besar. Hal tersebut membuat orang-orang di industri perfilman harus memiliki alternatif yang kreatif agar industri tersebut tidak tergerus.

Bursa Komoditas RI Catat Transaksi 129 Ribu Lot di Hari Pertama Perdagangan 2024

Di zaman serba digital ini, industri film memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada untuk memasarkan dan mempromosikan film yang diproduksi, sekaligus menjadi salah satu solusi untuk mengatasi pandemi. Kehadiran platform film digital seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Vidio, Viu, iFlix, dan sebagainya menjadi titik awal kehadiran industri film digital.

Kehadiran layanan streaming digital yang berbasiskan aplikasi ini tentunya membawa pengaruh besar pada industri perfilman. Ketika masa pandemi, kehadiran layanan streaming ini membantu mengurangi kerumunan orang di ruang publik karena banyak orang yang mulai beralih pada layanan streaming film digital untuk mencari hiburan di tengah pandemi.

Dengan tarif berlangganan mulai dari Rp30 ribu hingga Rp200 ribu per bulan, pelanggan sudah bisa menikmati film-film terbaru yang diproduksi oleh rumah produksi film Indonesia maupun luar negeri.

Saat masa pandemi, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan jika industri perfilman terbuka dengan peluang baru berupa layanan streaming berbasis platform digital dengan video on demand.

Berdasarkan data statistik, pendapatan dari langganan video on demand indonesia mencapai USD 411 juta di tahun 2021 dengan penetrasi pengguna sebesar 16% di tahun 2021 dan diperkirakan akan naik menjadi 20% di tahun 2025. Selain itu, layanan streaming ini menjadi peluang baru bagi industri perfilman Indonesia karena bisa menjangkau pasar dan audiens yang lebih luas lagi hingga taraf internasional.

Pengamat film sekaligus anggota Komite Film Kesenian Jakarta Hikmat Darmawan, juga mengatakan hal yang serupa jika platform digital atau layanan streaming film merupakan peluang untuk membangkitkan industri perfilman Indonesia, terutama di masa pandemi kemarin ketika banyak bioskop yang harus ditutup.

Selain membuka peluang untuk sineas dalam menghadirkan karya-karya kreatifnya, kehadiran layanan streaming film legal dapat menjangkau bukan hanya penonton di dalam negeri, tapi juga internasional.

“Apakah layanan streaming dapat menggantikan eksistensi bioskop di Indonesia?” Pertanyaan ini kerap kali didengar jika kita berbicara tentang kehadiran layanan streaming film digital.

Tak dapat dipungkiri jika layanan streaming film menawarkan biaya berlangganan yang murah. Film yang ditawarkan pun beragam, mulai dari film Indonesia sampai film luar negeri. Selain itu, platform streaming film membuat khalayak bisa menonton film di mana saja dan kapan saja karena film yang ditawarkan juga tersedia on demand, sehingga film yang sudah selesai ditonton dapat ditonton kembali di lain waktu. Terakhir, platform film digital juga bisa membuat kita lebih berhemat karena kita tidak memerlukan biaya transport untuk pergi ke bioskop.

Namun, platform streaming film ini memiliki tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku industri film. Hal ini dikarenakan platform ini hadir dari kemajuan teknologi yang diikuti dengan perubahan gaya hidup masyarakat di era digital. Perubahan gaya hidup ini diikuti juga dengan keinginan dan permintaan masyarakat yang terus berkembang dan di antaranya harus dijawab oleh para pelaku industri perfilman.

Para pelaku industri perfilman bukan hanya harus beradaptasi pada platform yang digunakan oleh khalayak, tapi juga beradaptasi pada proses produksi, salah satunya penentuan ide cerita.

Hal ini dikarenakan dalam platform digital, film-film Indonesia berada pada etalase yang sama dengan film-film asing. Pelanggan layanan streaming tersebut bebas memilih film mana yang ingin mereka tonton. Jika pelaku industri film Indonesia tidak memiliki pemikiran yang kreatif dan tidak bisa mengikuti perkembangan gaya hidup, keinginan, dan trend yang ada di tengah khalayak, hal ini dikhawatirkan dapat membuat film Indonesia kalah bersaing dengan film dari luar negeri yang berada dalam satu etalase yang sama di platform streaming film digital.

Lalu, bagaimana dengan bioskop? Apakah kemudahan-kemudahan yang ditawarkan layanan streaming film digital dapat menggantikan eksistensi bioskop di Indonesia?

Jawabannya, bagaimanapun bioskop berperan penting dalam perkembangan industri film, khususnya di Indonesia. Namun, kehadiran layanan streaming film digital ini membuat bioskop harus bisa berbenah.

Bioskop jangan hanya dijadikan tempat yang menyediakan pertunjukan film, tapi bioskop juga harus bisa dijadikan tempat rekreasi yang menyenangkan untuk khalayak. Kualitas film yang disajikan juga harus lebih diperhatikan dan diberikan beberapa inovasi agar masyarakat tetap mau datang ke bioskop untuk mendapatkan pengalaman menonton film yang tidak bisa mereka dapatkan di layanan streaming film digital.

Meskipun sering dibandingkan dan dipersaingkan, tapi poin pentingnya adalah bioskop dan layanan streaming film digital dapat tetap berkembang dengan caranya masing-masing. Hal ini dikarenakan apa yang ditawarkan oleh bioskop dan layanan streaming film dan khalayak yang mereka sasar sangatlah berbeda.

Bioskop menyasar semua kalangan masyarakat dan tidak hanya menawarkan pemutaran film saja, tapi menawarkan pengalaman rekreasi untuk individu maupun kelompok dan kualitas audio visual film yang tidak dapat ditemukan di layanan streaming film.

Sementara layanan streaming film digital menyasar konsumen yang tidak memiliki banyak waktu luang untuk pergi ke bioskop, tapi mereka tetap bisa menonton film terbaru dengan legal dengan pilihan film yang lebih banyak dan bisa ditonton kapan saja.

Jadi, daripada memperdebatkan dan mempersaingkan bioskop dan layanan streaming film digital, kedua platform ini dapat dikolaborasikan dan dimanfaatkan dengan baik oleh para sineas atau orang-orang di industri film untuk perkembangan produksi dan distribusi film, khususnya film-film di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini