Kisah Masjid Jami Al-Makmur, Wakaf dari Raden Saleh yang Berdiri Kokoh di Cikini

Kisah Masjid Jami Al-Makmur, Wakaf dari Raden Saleh yang Berdiri Kokoh di Cikini
info gambar utama

Masjid Jami Al-Makmur, Cikini setiap harinya selalu ramai dikunjungi oleh warga sekitar dan para pengendara yang melewati Jalan Raden Saleh. Syahdu shalawat Nabi Muhammad SAW terdengar dari pengeras suara masjid.

Masjid Jami Al-Makmur yang terletak di lokasi strategis di kawasan Cikini ini diperkirakan sudah ada sejak 1860. Bangunan bercat dominan putih dan hijau itu berdiri di Jalan Raden Saleh Raya Nomor 30, Cikini Menteng.

Tetapi sebelum dipindah ke lokasi saat ini, masjid itu sebelumnya berada di dalam kompleks rumah Raden Saleh. Lokasinya 80-100 meter dari tempat berdirinya masjid saat ini. Lokasinya yang lama sekarang menjadi asrama RS PGI Cikini.

Keindahan Masjid Al Alam, Karya Megah yang Terapung di Teluk Kendari

Abdul Baqir Zein dalam buku Masjid Masjid Bersejarah di Indonesia menuliskan bahwa Masjid Al Makmur berdiri di atas tanah kosong milik Raden Saleh. Sebelum hijriah kei Bogor, Raden Saleh mewakafkan sebagian tanahnya untuk dibangun masjid.

“Dari cerita turun temurun warga Cikini Binat (Jalan Raden Saleh), saat masjid dipindahkan ke lokasi sekarang, warga beramai-ramai menggotong bangunan itu,” ujar Syahlani, Ketua Pengurus Masjid Jami Al Makmur yang dimuat Kompas.

Dipindah secara gotong royong

Ketika hijrah ke Bogor, Raden Saleh menjual seluruh tanah miliknya, termasuk bangunan masjid kepada keturunan Arab, keluarga Alatas. Tetapi tidak lama, tanah itu kemudian dijual kembali kepada Yayasan Ratu Emma, yayasan misionaris Kristen Belanda.

Karena itulah Masjid Cikini lalu dipindahkan beberapa meter dari tempat asalnya dengan cara menggotongnya secara bergotong royong. Sempat ada permintaan agar masjid itu direlokasi lebih jauh, tetapi ditolak oleh HOS Cokroaminoto, Agus Salim dan lain-lain.

Wisata Religi di Masjid Kasunyatan: Hadiah Sultan untuk Para Ulama Banten

“Agus Salim memasang lambang bulan sabit dan bintang agar Belanda tidak berani mengganggu. Lambang itu kini masih ada di bagian depan masjid,” jelasnya.

Tahun 1993, Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto menetapkan Masjid Jami Al-Makmur sebagai benda cagar budaya. Kini, masjid tidak hanya menjadi rumah ibadah, tetapi juga memiliki sekolah dan madrasah.

Direnovasi

Arsitektur Masjid Jami Cikini banyak dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Atap masjid ini berbentuk limas terpancung dengan lengkung di ujung atap mirip bangunan kelenteng. Lalu di bagian belakang masjid tersebut ada sebuah kubah berbentuk bulat.

Bangunan masjid juga terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas (baru) dan bawah (lama). Saat hari biasa, masjid bangunan lama dibuka untuk shalat berjamaah dan melayani para pengunjung untuk beribadah.

Syahlani menuturkan saat dipindahkan ke lokasi sekarang, jemaah masjid lebih mudah mengambil air wudhu karena lokasinya berdekatan dengan Sungai Ciliwung. Apalagi, saat Syalani kecil, air Sungai Ciliwung masih bersih.

Keunikan Masjid dengan Bentuk Kubah Berbentuk Kupiah Tradisional di Aceh

“Tahun 1980-an, masjid direnovasi, lalu tangga yang menghubungkan antara masjid dan tempat wudhu ditangkap,” jelasnya.

Masjid juga sudah beberapa kali mengalami renovasi. Kini Masjid ini tegak berdiri meski ada beberapa kerusakan, seperti atap yang kerap bocor. Walau begitu beberapa tokoh, seperti Abdurrahman Wahid hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah datang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini