Cerita Dua Desa Indramayu yang Larang Pukul Bedug, Apa Hubungannya dengan Siluman Buaya?

Cerita Dua Desa Indramayu yang Larang Pukul Bedug, Apa Hubungannya dengan Siluman Buaya?
info gambar utama

Dua desa di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu memiliki kepercayaan unik yaitu tak diperbolehkan memukul bedug. Karena itu masjid atau di Desa Jatisawit dan Desa Jatisawit Lor tak memiliki bedug dan kentongan.

Hal inilah yang membuat setiap kegiatan keagamaan seperti malam takbiran menjelang Idul Fitri maupun Idul Adha di desa setempat selalu sepi dari suara bedug. Termasuk pula setiap menjelang waktu salat di bulan suci Ramadan.

Batik Paoman yang Keindahannya Menyimpan Jejak Peradaban Nelayan di Indramayu

Pj Kepala Desa Jatisawit, DIdin Nurudin mengatakan pantangan menabuh bedug ini dikarenakan masih kentalnya mitos buaya yang dipercayai masyarakat setempat. Hal ini ternyata terkait sosok siluman buaya.

“Cerita itu berawal dari kisah saat lebe (perangkat) Desa Jatisawit bernama Ki Talun Kanta menemukan anak buaya,” jelasnya yang dimuat dari Tribun.

Sosok siluman buaya

Ternyata ada alasan khusus mengapa di dua desa ini ada larangan untuk menabuh bedug dengan kentongan. Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan dari kisah legenda siluman buaya yang masih dipercayai masyarakat.

Sesepuh Desa Jatisawit Lor, H Casmana menjelaskan pantangan menabuh bedug ini terkait kisah kepala desa pertama, yakni Ki Kuwu. Kepala desa ini memiliki seorang anak perempuan yang bernama Suniah.

Peran Pesta Ngarot: Simbol Regenerasi Petani Muda dari Indramayu

Di sisi lain Kepala Desa Jatisawit, Ki Lebe Talun Kanta memelihara anakan buaya. Ternyata buaya itu adalah seekor siluman buaya. Siluman buaya itu dipersilahkan untuk tinggal di kolam samping rumahnya.

Ketika remaja, buaya tersebut menjelma menjadi manusia lalu memperkenalkan diri dengan nama Ki Jumad. Sosok ini memiliki paras yang tampan dan tubuh yang gagah. Dia juga sering berkunjung ke kediaman Ki Kuwu Jagantaka.

Pindah alam

Karena ketampanan dari Ki Jumad membuat Suniah jatuh hati. Dia meminta kepada ayahnya untuk dinikahkan dengan Ki Jumad yang merupakan jelmaan buaya. Ki Kuwu pun memberitahukan ini kepada Ki Lebe.

Ki Lebe yang mendengar hal tersebut lantas menceritakan bahwa sosok Ki Jumad adalah jelmaan buaya. Namun karena sudah terlanjur jatuh hati, Ki Jumad dan Suniah pun akhirnya tetap menikah.

“Saat keduanya izin pamit pergi ke alam buaya, lalu Ki Jumad juga membuat pantangan kepada Suniah saat berada di sana jangan pernah sesekali naik ke atas rumah, tapi namanya manusia pantangan itu dilanggar dan Suniah kembali ke dunia manusia,” ujarnya.

Pelestarian Budaya lewat Literasi Nusantara

Didin menyatakan Suniah sempat kembali ke kediaman Ki Kuwu. Tetapi karena telah kembali ke dunia manusia, Suniah tak bisa kembali ke dunia buaya. Karena hal itulah Ki Jumad berjanji akan melindungi Suniah dan seluruh warga di Desa Jatisawit.

“Seandainya terjadi musibah menimpa warga Jatisawit, maka tabuhlah bedug, maka para buaya akan ikut mengatasi kesulitan itu,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini