Museum Radya Pustaka, Menelusuri Peninggalan Sejarah di Tengah Modernitas

Museum Radya Pustaka, Menelusuri Peninggalan Sejarah di Tengah Modernitas
info gambar utama

Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, ada sebuah tempat yang tetap mempertahankan warisan budaya dan sejarah dari masa lalu. Tempat itu adalah Museum Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia yang terletak di Kota Solo, Jawa Tengah.

Museum Radya Pustaka didirikan pada tahun 1890 oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, yang pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Museum ini awalnya merupakan tempat penyimpanan surat-surat kerajaan, yang kemudian berkembang menjadi museum yang menyimpan berbagai macam koleksi peninggalan

Baca juga: 7 Masjid Terapung dan Terindah di Indonesia, Jadi Objek Wisata Religi

Museum ini memiliki bangunan yang unik, karena sebelumnya merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar. Bangunan ini masih dipertahankan bentuk aslinya, dengan hanya mengubah beberapa bagian untuk mendapatkan ruang pameran yang lebih luas.

Artikel ini akan mengajak Kawan untuk berkeliling secara virtual di Museum Radya Pustaka. Simak terus artikel ini sampai selesai, ya!

Halaman Depan

Di halaman depan museum, terdapat patung Ronggowarsito, seorang pujangga besar yang hidup di Surakarta pada abad 19. Patung ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1953.

Teras Ruang Depan

Kawan akan disambut oleh pintu utama museum yang berarsitektur kolonial. Pintu, jendela, dan pilar-pilar yang terbuat dari kayu jati yang kokoh menambah keindahan ruangan ini. Di dalam ruangan ini, Kawan akan disambut oleh patung K.R.A. Sosrodiningrat IV, pendiri museum yang juga pernah menjadi Patih Keraton Surakarta.

Ruang Tosan Aji

Ruang ini menyimpan koleksi senjata tradisional dari berbagai daerah, seperti Jawa, Bali, Madura, dan Sumatra. Kawan bisa melihat keris, tombak, pedang Amangkurat II dan tombak Pancasula yang berlapis emas, yang terpajang dengan indah di bawah cahaya lampu.

Koleksi ini sebagian merupakan warisan dari Pakubuwono X dan sumbangan dari masyarakat. Benda-benda tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-8 sampai abad ke-18. Di luar ruang ini, terdapat sebuah meriam tempur dari zaman Pakubuwono X yang terbuat dari perunggu, dengan roda besi yang kokoh.

Baca juga: Cerita Pemeliharaan Bahasa Amarasi: Heronimus Bani dan Terbitnya Kamus Maruna’

Ruang Keramik

Di ruang ini, Kawan akan melihat koleksi keramik yang berasal dari masa penjajahan Belanda. Ada gerabah Jawa, gerabah Thailand, piring China, gelas dan peralatan makan dari kristal, hingga lampu dari kristal dihiasi dengan porselin Napoleon Bonaparte untuk Pakubuwono IV pada tahun 1811. Berbagai peralatan makanan ini merupakan simbol status sosial dan persahabatan antarkerajaan. Selain itu, ada juga piring sewon yang dibuat khusus untuk mengenang 1.000 hari meninggalnya seseorang, biasanya anggota kerajaan.

Ruang Perunggu

Di ruang ini, Kawan akan melihat koleksi benda-benda bersejarah yang terbuat dari perunggu. Ada arca, genta, lampu gantung gamelan, lonceng kecil yang digunakan untuk beribadah dan lempengan prasasti yang bertuliskan aksara Jawa Kuno.

Kebanyakan koleksi perunggu ini berasal dari abad ke-9 dan abad ke-10. Koleksi terbaik Museum Radya Pustaka adalah Relung Rambut Sang Buddha, sebuah kotak kecil dari emas yang berisi rambut Buddha Gautama. Peninggalan sejarah ini adalah benda suci yang sangat dihormati oleh umat beragama Budha.

Ruang Manuscript

Buku-buku kuno yang ditulis dengan aksara Jawa dan bahasa Belanda dapat Kawan baca di ruang ini. Ada buku-buku yang menceritakan tentang wayang, sejarah, ramuan jamu, tari, musik, gamelan, pawukon, dan lain-lain. Ada juga koleksi buku Jawa Cap, yaitu buku-buku lama yang dicetak dengan huruf Jawa.

Selain itu, terdapat naskah-naskah yang berisi tentang berbagai hal, seperti petunjuk pemerintahan, wiracarita, perjuangan, dan pengetahuan. Beberapa naskah yang terkenal adalah Wulang Reh karangan Pakubuwono IV dan Serat Rama karangan Yasadipura I.

Di ruang ini, Kawan juga bisa menggunakan teknologi E-RAKA DIMAS untuk melihat salinan digital dari buku-buku kuno ini. E-RAKA DIMAS adalah singkatan dari Elektronik Radyapustaka Digital Manuskrip, yang bertujuan untuk melestarikan dan mengalihmediakan koleksi buku-buku kuno yang berharga dan rentan rusak.

Dengan menggunakan E-RAKA DIMAS, Kawan dapat memilih dan membaca buku-buku kuno yang ditulis dengan aksara Jawa dan bahasa Belanda, tanpa harus menyentuh buku aslinya.

Ruang Tengah

Di ruang ini, Kawan akan melihat koleksi karya seni dan benda-benda yang digunakan oleh para bangsawan dan raja di masa lalu. Beragam koleksi wayang seperti wayang beber, wayang golek, wayang suket, dan wayang kulit dari zaman Pakubuwono X sebagai hiburan rakyat yang menggambarkan filosofi kehidupan yang mendalam. Ada juga satu set gamelan ageng Radya Pustaka yang merupakan milik K.R.A. Sosrodiningrat IV.

Canthik Rajamala (Kepala Kapal Rajamala)

Benda pusaka keraton yang dipercaya memiliki kekuatan gaib yang dapat melindungi dan menghindarkan pemiliknya dari bahaya. Benda ini berupa hiasan perahu pesiar istana dengan kepala raksasa berambut yang dibuat oleh putra mahkota PB IV, Raden Mas Sugandhi (K.G.PA.A. Mangkunegoro III) pada zaman pemerintahan PB IV (1788-1820).

Baca Juga: Bahasa Jawa Ngoko sebagai Bahasa Jawa Sehari-hari

Ruang Belakang

Di ruang ini, Kawan dapat melihat koleksi miniatur, busana adat Jawa, dan gambar-gambar Pawukon. Ada miniatur Makam Imogiri, Masjid Agung Demak, Panggung Sangga Buwana, dan lain-lain. Miniatur ini menggambarkan bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Jawa.

Pawukon

Pawukon adalah sistem penanggalan tradisional Jawa yang digunakan oleh masyarakat agraris, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pawukon juga disebut sebagai petung, yaitu perhitungan yang dapat menentukan waktu yang baik untuk melakukan berbagai usaha.

Perpustakaan

Museum Radya Pustaka memiliki perpustakaan yang terbuka untuk umum dengan koleksi buku yang beraneka ragam. Sebagian besar buku yang ada berkaitan dengan kebudayaan, kesenian, dan sejarah. Kawan dapat menemukan ratusan buku, baik yang berbahasa Indonesia maupun asing.

Ruang Arca

Di ruang ini, Kawan dapat menyaksikan koleksi arca dari abad ke-7 yang berasal dari masa pemerintahan Hindu-Budha, seperti arca Rara Jonggrang, Dewi Durga, Boddhisatwa, dan Siwa. Kebanyakan arca yang ada ditemukan di Candi Prambanan dan sekitarnya. Arca-arca ini merupakan peninggalan sejarah yang menunjukkan kemajuan peradaban di masa itu.

Nah, bagi kawan yang sudah tertarik untuk mengunjungi museum ini, bisa langsung mengunjungi website resmi museumsolo.com untuk reservasi tiket. Museum ini buka dari hari Selasa sampai Jumat pukul 08.00 WIB—16.00 WIB.

Museum Radya Pustaka merupakan tempat yang wajib dikunjungi oleh kawan yang ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah dan budaya Kota Solo. Museum ini juga menjadi saksi bisu dari perjalanan waktu yang telah melahirkan berbagai perubahan di tengah masyarakat. Dengan mengunjungi museum ini, kita dapat menghargai dan melestarikan warisan budaya dan sejarah yang telah diwariskan oleh para leluhur.

Sumber Referensi:

  • Keunikan Museum Radya Pustaka – Pemerintah Kota Surakarta
  • Museum Radya Pustaka, Museum Tertua di Indonesia - Indonesia Kaya
  • Instagram @museumradyapustakasurakarta

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini