Cerita Pemeliharaan Bahasa Amarasi: Heronimus Bani dan Terbitnya Kamus Maruna’

Cerita Pemeliharaan Bahasa Amarasi:  Heronimus Bani dan Terbitnya Kamus Maruna’
info gambar utama

Berkat perjuangan Heronimus Bani dan kolaborasinya dengan Owen Edwards, Kamus Maruna' tidak hanya menjadi karya linguistik monumental, tetapi juga warisan budaya yang hidup dan bernafas. Sebuah hasil karya yang tidak hanya sebatas daftar kata-kata, tetapi menjadi suatu simbol keberhasilan dalam mewarisi dan melestarikan kekayaan bahasa daerah Amarasi.

Nama seorang Heronimus Bani mungkin tak begitu banyak dikenal. Namun, di balik itu, ia telah menggores cerita-cerita baik dalam upaya melestarikan warisan kebudayaan Amarasi. Kecintaan besarnya terhadap budaya lokal telah mendorongnya untuk terlibat dalam berbagai langkah konkret guna menjaga dan melestarikan berbagai aspek budaya di daerahnya.

Salah satu bukti nyata dedikasi seorang Heronimus Bani adalah lahirnya Kamus Maruna’ Uab Meto’ Amarasi, yang turut menjadi langkah penting dalam upaya menjaga bahasa daerah Amarasi. Kamus ini disusun dengan format kamus bergambar yang ditulis dalam tiga bahasa, yakni bahasa daerah Amarasi (dialek Kotos), bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

5 Komoditas Ini Tulang Punggung Ekonomi RI, Diborong Jepang-China

Kamus Maruna’ berisi berbagai unsur pengetahuan bahasa (baca dan tulis), ilmu pengetahuan alam (seperti tumbuhan, binatang, anggota tubuh), ilmu pengetahuan sosial (sistem kekerabatan), dan sebagainya. Kata-kata yang terdapat di dalamnya ditulis dan dikelompokkan menurut pola pikir dan pandangan hidup orang Amarasi.

Lahirnya kamus Maruna’ bermula dari pertemuan Heronimus dan Owen Edwards dalam sebuah konferensi bahasa di Denpasar. Owen yang saat itu hendak melakukan kajian bahasa untuk program doktoral di Australian National University (ANU), tertarik untuk mengunjungi Nekmese dan mendalami bahasa daerah Amarasi.

Perjumpaan ini menjadi kemudian menjadi awal dari perjalanan monumental mereka menuju penyusunan Kamus Maruna' Uab Meto' Amarasi. Setelah berdiskusi dan memantapkan ide, proses pengerjaan kamus pun dimulai. Proses dimulai dengan perjalanan Owen dari satu kampung ke kampung lainnya, tinggal di rumah-rumah warga yang menerima kedatangannya dengan hangat.

Owen memotret, membuat daftar kata, dan merekam cerita dari para tetua dan masyarakat setempat. Di sisi lain, Heronimus, dengan pemahaman tata tulis Bahasa Amarasi yang mendalam, bertanggung jawab untuk mentranskripsikan rekaman-rekaman ini.

Perkuat Pertahanan Maritim, PT PAL Siap Lanjutkan Progam Kapal Selam

Tak hanya tentang kata-kata, tetapi proses pembuatan Kamus Maruna' juga melibatkan pemahaman mendalam terhadap pandangan hidup dan pola pikir orang Amarasi. Heronimus dan Owen melibatkan masyarakat secara langsung. Berkali-kali, mereka berdiskusi dengan warga baik secara perorangan maupun kelompok. Setiap gambar, setiap kata, diuji dan diverifikasi, guna memastikan keakuratan nama dan konteks budaya.

Owen dan Heronimus juga berdiskusi berulang kali untuk menentukan topik-topik yang akan dimasukkan ke dalam kamus. Gambar-gambar dalam kamus tidak hanya sekadar ilustrasi, melainkan juga ekspresi dari kearifan lokal dalam memandang dunia, seperti pengelompokkan binatang, burung, dan ikan menurut pandangan hidup masyarakat Amarasi.

Proses perjalanan dari satu kampung ke kampung lainnya membawa mereka lebih dekat dengan masyarakat. Kedalaman pemahaman Heronimus tentang Bahasa Amarasi dan pandangan hidup masyarakatnya turut menjadi kunci keberhasilan pembuatan kamus ini. Heronimus pun tidak hanya sekadar mentranskripsikan rekaman, tetapi juga menjaga agar esensi bahasa Amarasi tetap hidup dan kuat dalam kamus tersebut.

Kerja keras dan kolaborasi mereka akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2019, Kamus Maruna' akhirnya terbit. Suatu karya monumental yang memadukan bahasa daerah Amarasi, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris dalam suatu format yang unik: kamus bergambar.

Keduanya berharap agar kamus ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang, terutama dalam konteks pengenalan dan pelestarian bahasa daerah Amarasi. Mereka kemudian mencetak 500 eksemplar dan mendistribusikannya secara gratis, terutama di sekolah-sekolah. Respons yang mereka terima menjadi sinar harapan. Guru dan murid menyukai kamus ini dan perlahan makin menyadari kekayaan bahasa daerah mereka sendiri.

Kapal Rumah Sakit TNI Berangkat ke Palestina

Heronimus Bani dan perjalanan Kamus Maruna' kini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Mereka bukan hanya melestarikan sebuah bahasa; mereka membuka pintu ke dunia kearifan lokal, membantu generasi muda untuk menghargai akar budaya mereka sendiri. Lewat kamus ini, mereka tidak hanya belajar kata-kata, tetapi juga memahami konsep kehidupan dalam pandangan orang Amarasi.

Bahasa daerah, yang selama ini mungkin dianggap sebagai simbol masa lalu, kini menjadi jembatan untuk memahami identitas mereka yang kaya akan warisan budaya.

Melalui perjuangan Heronimus Bani dan kolaborasinya dengan Owen Edwards, Kamus Maruna' tidak hanya menjadi karya linguistik monumental, tetapi juga warisan budaya yang hidup dan bernafas. Bukan hanya daftar kata, tetapi suatu simbol keberhasilan dalam mewarisi dan melestarikan kekayaan bahasa daerah Amarasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

OK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini