Ahli Temukan Kepiting 3 Warna di Kalbar, Terakhir Tampak pada 1920

Ahli Temukan Kepiting 3 Warna di Kalbar, Terakhir Tampak pada 1920
info gambar utama

Peneliti berhasil menemukan kepiting tiga warna Lepidothelphusa jenis baru bernama Lepidothelphusa menneri di Gunung Kelam, Borneo, Kalimantan Barat. Penemuan ini digagas dan dipublikasikan oleh Daisy Wowor dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN bersama Peter NG Kee Lin, profesor dari National University of Singapore, dalam jurnal Zootaxa Nomor 5397 Volume 2 pada 4 Januari 2024.

Dalam catatan literasi ilmiah, kepiting marga Lepidothelphusa pernah ditemukan Guiseppe Colosi, ahli zoologi Italia, pada 1920 di Sarawak, Malaysia. Kepiting langka ini berukuran mini, sekitar 10 mm x 8,8 mm. Karapas atau punggungnya bertekstur licin dengan pola tiga warna kontras, menimbulkan kombinasi warna yang sangat cantik.

Sepertiga bagian tubuhnya—dari bagian kepala dan mata—berwarna kuning cerah hingga oranye. Bagian tengah tubuhnya berwarna coklat tua hingga hitam keunguan, sedangkan sisa sepertiga bagian posteriornya berwarna pucat hingga biru cerah.

Ilmuwan Temukan Kembali Belida Chitala Lopis yang Terakhir Tampak pada 1851

Daisy menggambarkan, keunikan lain kepiting ini dapat dilihat dari ukuran capit kanannya yang lebih kecil daripada capit kiri. Kondisi ini terjadi bukan karena pernah terpotong, tapi memang ciri khas morfologinya begitu.

”Dapat dipastikan kepiting ini bukan jenis pemanjat. Untuk menemukannya pun perlu ketelitian karena kepiting ini hidup di tepi anak sungai yang dangkal dengan substrat kerikil dan batu. Kepiting ini sangat suka bersembunyi di balik serasah daun dan akar,” jelas Daisy dalam keterangan tertulis di Cibinong, Sabtu (9/3/2024).

Daisy kemudian menerangkan bahwa genus ini terbagi dalam enam spesies, di antaranya: Lepidothelphusa (L.) cognettii, L. flavochela, L. limau, L. loi, L.padawan, dan L. sangon. Semuanya berasal dari Sarawak bagian barat, Malaysia Timur.

62 Tahun Hilang, Echidna Paruh Panjang Attenborough Ditemukan di Papua

Secara etimologi, L. menneri diambil dari nama Jochen K. Menner. Dialah orang yang memberi tahu Daisy dan Peter tentang keberadaan spesies ini di Kalimantan, kemudian memfasilitasi pengumpulan spesimen dengan penduduk di Sintang. Menurut Daisy, penetapan status konservasi L. menneri masih sulit dilakukan karena wilayah penyebarannya belum diketahui secara tepat.

Kolektor lokal saat ini juga sedang marak mengumpulkan L. menneri untuk diperdagangkan ke Singapura, China, dan Eropa. Sebagian besar spesies Lepidothelphusa mempunyai ukuran induk yang kecil dengan kemampuan bertelur terbatas, yakni sekitar 21 butir.

”Diperkirakan eksploitasi jenis ini sebagai peliharaan tentu berpotensi menimbulkan ancaman, sehingga status spesies ini perlu dipertimbangkan dianggap rentan,” pungkas Daisy.

Peneliti Temukan 3 Ngengat Baru, Petani Cengkeh Perlu Waspada

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini