Ilmuwan Temukan Kembali Belida Chitala Lopis yang Terakhir Tampak pada 1851

Ilmuwan Temukan Kembali Belida Chitala Lopis yang Terakhir Tampak pada 1851
info gambar utama

Peneliti lintas negara menemukan kembali ikan belida Chitala lopis atau giant featherback di Pulau Jawa. Spesies ini terakhir terekam pada 1851 dan telah dinyatakan punah sejak 2020 oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Hasil temuan itu dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi tinggi pada 30 November 2023 dengan judul “Rediscovery of the giant featherback Chitala lopis (Notopteridae) in its type locality resolves decades of taxonomic confusion”. Sederet lembaga terlibat dalam penemuan ini, di antaranya: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), iFish dari Food and Agriculture Organization, Yayasan Selaras Hijau Indonesia, Universitas Jambi, Charles Sturt University Australia, Museum Vienna Austria, dan Universite Montpellier Prancis.

Penemuan kembali C. lopis mengakhiri kebingungan para ahli taksonomi selama dua dekade. Hasil penelitian justru menunjukkan C. lopis menjadi spesies Chitala yang penyebarannya paling luas di Indonesia.

62 Tahun Hilang, Echidna Paruh Panjang Attenborough Ditemukan di Papua

Pengambilan sampel sejak 2015 di 34 lokasi

Dalam jurnal tertulis bahwa seekor C. lopis pernah tertangkap di Sungai Cisadane, sehingga menunjukkan bahwa ia tidak punah. Fakta tersebut memberi ilmuwan peluang untuk menilai kembali taksonomi spesies Chitala di Indonesia.

Pengambilan sampel dilakukan antara November 2015 hingga September 2022 di 34 lokasi: Kalimantan (17), Jawa (1) dan Sumatra (16). Spesimen dikumpulkan dengan menggunakan bermacam alat tangkap ikan, mulai dari pancing, jaring, bubu, jaring insang, hingga jaring cor. Satu per satu spesimen difoto, lalu informasi geografisnya dicatat sedetail mungkin, termasuk geo-koordinat.

Selanjutnya, spesimen direndam dalam formalin selama diangkut dari area penangkapan ikan ke laboratorium, kurang lebih tujuh hari. Di laboratorium, spesimen dicuci dan direndam dalam air mengalir selama 4 jam, lalu disortir, dan diawetkan dalam alkohol 70 persen. Setelah itu, mereka diukur serta diberi nomor katalog Museum Zoologi Bogor (MZB).

Sampel jaringan disimpan di Pusat Penelitian Konservasi Sumber Daya Air Laut dan Darat (KSALD) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Kami mengumpulkan sampel Chitala dari seluruh distribusinya di Perairan Sunda dan menyusun urutan genetik yang ada dari penelitian sebelumnya,” bunyi pengantar jurnal halaman 287.

Para ilmuwan menggunakan data hasil sekuens Deoxyribonucleic Acid (DNA) barcoding dikombinasikan dengan data genetik global Barcode of Life Data (BOLD) dan karakterisasi morfologi. Kemudian, data itu dibandingkan dengan koleksi spesies Chitala lopis yang tersimpan di Natural History Museum, London. Akhirnya, tim peneliti menyimpulkan bahwa spesies tersebut benar C. lopis.

Penjelajahan Tim Peneliti di Hutan Kalimantan Tengah Temukan 16 Potensi Spesies Baru

Karakteristik C. Lopis

Chitala lopis termasuk famili Notopteridae dan ordo Osteoglossiformes. Kepala Pusat Riset KSALD BRIN Arif Wibowo menggambarkan, ikan purba itu memiliki bentuk sirip seperti kipas. Tinggi tubuhnya posterior dan panjang pre-dorsal yang lebih dominan dibandingkan C. bornensis.

"Evolusi C. lopis diperkirakan terjadi sejak 1.200 tahun yang lalu," ungkap Arif di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (6/12/2023).

Setelah penemuan C. lopis ini terkuak, IUCN perlu merevisi status konservasi dan sebaran C. lopis di Indonesia yang ternyata bukan hanya di pulau Jawa. Selain itu, revisi juga diperlukan untuk status konservasi C. hypselonotus dan C. borneensis dari Least Concern menjadi Critically Endangered (kritis) karena keterbatasan stok dan sebaran.

Malaysia Temukan 2 Arca Abad ke-8 Identik dengan Artefak Kerajaan Sriwijaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini