62 Tahun Hilang, Echidna Paruh Panjang Attenborough Ditemukan di Papua

62 Tahun Hilang, Echidna Paruh Panjang Attenborough Ditemukan di Papua
info gambar utama

Sebuah kamera jebakan (trap) merekam seekor landak semut atau Echidna Paruh Panjang Attenborough di Pegunungan Cyclops, Papua. Tim ekspedisi berhasil menemukan kembali spesies mamalia ini setelah 62 tahun dinyatakan hilang.

Echidna Paruh Panjang Attenborough (Zaglossus attenboroughi) pertama kali diidentifikasi oleh ahli botani Belanda, Pieter van Royen, di Gunung Rara, Pegunungan Cyclops, pada 1961. Ia ditemukan lagi saat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan aktivitas training biodiversity bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua (KLHK), Universitas Cenderawasih, dan Universitas Oxford, pada Juni hingga Juli 2023 lalu. Kegiatan ini bertajuk Ekspedisi Cylops.

James Kempton, peneliti dari Departemen Biologi Universitas Oxford, mengatakan bahwa keabsahan penemuan tersebut telah diperkuat oleh pernyataan dua ahli mamalia terkemuka asal Australia, Kristofer Helgen dan Tim Flannery. Kedua profesor itu mengonfirmasi sosok yang tertangkap kamera sebagai Echidna Paruh Panjang Attenborough.

Burung Kuau Raja, Hewan yang Dinyatakan Punah Ditemukan Lagi di Aceh

Masuk daftar merah terancam punah

Echidna terkenal sulit ditemukan karena aktif pada malam hari, hidup di liang, dan cenderung sangat pemalu. Echidna Paruh Panjang Attenborough belum pernah tercatat di luar Pegunungan Cyclops. Saat ini ia dikategorikan Sangat Terancam Punah dalam Daftar Merah IUCN.

James mendeskripsikan, Echidna memiliki duri landak, moncong trenggiling, dan kaki tikus tanah. Namanya sama dengan makhluk mitologi Yunani yang berwujud setengah manusia, setengah ular. Ia memiliki kloaka, tapi tidak punya puting susu.

“Alasan mengapa mamalia ini terlihat sangat berbeda dengan mamalia lain adalah karena ia merupakan anggota monotremata, kelompok bertelur yang terpisah dari mamalia lainnya sekitar 200 juta tahun lalu,” ucapnya dalam keterangan resmi Universitas Oxford, Jumat (10/11/2023).

Ukuran hewan ini sekitar 48—64 cm dengan berat 4—9 kg. Sampai sekarang, hanya ada lima spesies monotremata di dunia yang masih hidup, yakni Platipus paruh bebek (Ornithorhyncus anatinus), Echidna Paruh Pendek (Tachyglossus aculeatus). Lalu, Echidna Paruh Panjang Timur (Zaglossus bartoni), Echidna Paruh Panjang Barat (Zaglossus bruijnii), dan Echidna Paruh Panjang Attenborough (Zaglossus attenboroughi).

Menyelamatkan Tumbuhan Endemik Pulau Nusakambangan yang Terancam Punah

Ekspedisi empat minggu di hutan

Tim mengerahkan lebih dari 80 kamera jejak, menghabiskan empat minggu di hutan, mendaki beberapa gunung, bahkan lebih dari 11.000 meter dan melampaui ketinggian Everest. Sepanjang ekspedisi, para anggota diserang nyamuk dan kutu, serta terus-menerus menghadapi bahaya ular juga laba-laba berbisa.

Echidna berhasil terekam pada hari terakhir saat kapasitas kartu memori hampir penuh. Penemuan ini, kata James, terwujud berkat kerja keras dan perencanaan selama tiga setengah tahun. Para peneliti telah lama membangun hubungan dengan masyarakat Yongsu Sapari, sebuah desa di lereng utara Pegunungan Cyclops, dengan bantuan pengurus Yayasan Pelayanan Papua Nenda (YAPPENDA).

“Kepercayaan di antara kami adalah landasan kesuksesan kami karena mereka berbagi dengan kami pengetahuan untuk menavigasi pegunungan berbahaya ini dan memungkinkan kami melakukan penelitian di daratan yang belum pernah diinjak oleh kaki manusia,” tukas James.

Ikan Kodok Maluku Daya Tarik Wisata Ambon yang Terancam Punah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini