Melihat Akulturasi Budaya Lewat Masjid Layur Semarang yang Berusia Dua Abad

Melihat Akulturasi Budaya Lewat Masjid Layur Semarang yang Berusia Dua Abad
info gambar utama

Membicarakan sejarah di kawasan Semarang memang tidak ada habisnya. Selain pengaruh Belanda dan Tionghoa, pengaruh dari Arab juga cukup kuat di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini. Salah satu peninggalan bersejarah dari kawasan Arab adalah Masjid Layur.

Masjid Layur yang berada di Semarang menjadi salah satu bagian dari cagar budaya religi. Bukan tanpa sebab, masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di Nusantara yang dibangun pada 1802 Masehi. Artinya, masjid ini telah berusia sekitar dua abad.

Masjid Layur berada di Kampung Layur, yang merupakan kawasan dari Kampung Melayu. Tepatnya berada di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara. Dinamakan Kampung Melayu karena kawasan ini sebagian besar ditinggali oleh suku Melayu sejak tahun 1743.

Kisah Gedung "Setan" yang Kini Berubah Jadi Masjid Megah di Kota Bandung

Sejarah Masjid Layur

Masjid Layur juga dikenal Masjid Menara Kampung Melayu. Disebut sebagai Masjid Menara karena terdapat menara yang menjulang tinggi di depan bangunan masjid. Bangunan masjid ini sendiri mempunyai luas lahan sekitar 270 meter persegi.

Sejarah berdirinya Masjid Layur Semarang pun cukup unik. Masjid ini dibangun oleh sekumpulan saudagar dari Yaman yang melakukan perjalanan dagang ke Nusantara. Oleh karena itu, Kampung Layur, tempat masjid ini didirikan biasa disebut sebagai "Arabische Kamp" mengingat jumlah populasi warga keturunan Arab, khususnya yang berasal dari Hadramout, Yaman cukup banyak di kawasan ini.

Masjid Layur menjadi salah satu bukti juga saksi bisu masuknya orang-orang Timur Tengah ke wilayah Jawa. Para pedagang dari Timur Tengah singgah, menetap dan berdagang di kawasan ini karena wilayah ini pada saat itu menjadi jalur transportasi utama perdagangan.

Masjid Gede Mataram Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakarta

Desain Interior Masjid Layur Semarang

Masjid Layur merupakan masjid kuno dengan ciri khas gaya arsitrektur yang memadukan budaya Arab, Melayu, dan tradisional Jawa.

Ciri budaya Arab-Melayu dapat dilihat dari bentuk menara dan gapura pintu gerbang yang berbentuk kubah. Sementara itu, gaya tradisional Jawa dapat dilihat dari atap masjid yang berbentuk tumpang tiga yang disangga tiang kayu jati.

Masjid Layur memiliki menara yang menjulang tinggi. Oleh karena itu, Masjid Layur juga dikenal sebagai Masjid Menara Kampung Melayu. Dulunya, menara masjid ini digunakan sebagai mercusuar. Fungsinya ialah untuk mengawasi lalu lintas kapal dan perahu-perahu besar yang melintas di Kali Semarang, saat pelabuhan Semarang masih berada di “Kleine Boom”, di sekitaran Sleko-Jembatan Berok.

"Ada menara pengawas yang membuat unik. Di sana juga ada Kopi Arab dan tidak digunakan untuk Shalat Jumat," jelas Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christanto kepada Kompas.com, Kamis (30/1/2023).

Menara Masjid Layur Semarang © RRI
info gambar

Seiring berjalannya waktu, bangunan mercusuar yang ada di Masjid Layur dialihfungsikan menjadi menara dan masjid oleh warga sekitar.

Masjid ini dahulu terdiri dari dua lantai. Akan tetapi karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan dan kerap terkena banjir, akhirnya lantai satu diurug. Saat ini, masjid ini hanya memiliki satu lantai yang dahulu merupakan lantai dua.

Masjid Jokowi di Abu Dhabi Diresmikan, Potret Kemesraan Indonesia dengan Uni Emirat Arab

Pantangan Saat Berada di Masjid Layur

Di Masjid Layur ini ada kepercayaan unik yang masih dipegang oleh masyarakat sekitar. Masjid ini hanya boleh dimasuki jamaah pria dan tidak boleh dimasuki oleh jamaah perempuan.

“Masjid ini hanya dikhusukan laki-laki saja, jadi jamaah perempuan tidak boleh masuk,” ungkap Ali Pengurus Masjid Layur, Rabu (27/9/2023) sebagaimana dikutip dari RRI.

Sebenarnya, larangan memasuki Masjid Layur oleh jamaah perempuan secara khusus ditujukan kepada perempuan yang sedang haid. Akan tetapi, larangan tersebut justru dimaknai secara luas dan menjadi kepercayaan sampai sekarang.

“Sekarang sudah dibangun khusus tempat ibadah buat perempuan, tetapi karena sudah terlanjur kental akan kebiasaan tidak salat di masjid akhirnya sama aja sepi,” kata Farhan, salah satu warga sekitar.

Masjid Jamik Minangkabau jadi Indonesian Islamic Tourism Center: Ikon Pariwisata Halal

Rute Menuju Masjid Layur Semarang

Selain menjadi tempat ibadah, Masjid Layur juga menjadi salah satu destinasi wisata di Semarang. Untuk mencapai tempat masjid ini pun cukup mudah. Kawan GNFI hanya dengan melewati Pasar Johar ke arah Kota Lama kemudian melalui Kantor Pos yang berada di Jalan Pemuda, lalu belok kiri sebelum Jembatan Berok.

Kawasan Pasar Johar dan Kota Lama memang menjadi saksi bisu akulturasi berbagai budaya yang terjalin di kawasan Semarang. Bahkan, berbagai kawasan, seperti Pecinan, Kauman, dan Kampung Melayu berada di sekitar Kota Lama.

Meski demikian, masyarakat dan pemerintah kota menyederhanakan istilah Kota Lama Semarang sebagai wilayah Litle Nederland.

Sebagai bagian dari cagar budaya, Masjid Layur masih mempertahankan struktur bangunan seperti awal dibangunnya masjid tersebut. Hanya ada sedikit perbaikan seperti penggantian genteng dari sebelumnya berupa ijuk, dan penambahan ruang untuk pengelola pada sisi kanan kompleks masjid.

Berusia 133 Tahun, Masjid Agung Semarang yang Pertama Kumandangkan Kemerdekaan RI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini