Menteri Keuangan ASEAN Sepakati Visi Baru Single Window, Apa itu?

Menteri Keuangan ASEAN Sepakati Visi Baru Single Window, Apa itu?
info gambar utama

Para menteri keuangan dan gubernur negara-negara ASEAN menyepakati visi baru ASEAN Single Window dalam AFMGM ke-11 pada 7 April 2024 di Luang Prabang, Laos. Visi baru ini bertujuan untuk mempermudah konektivitas dan pertukaran dokumen perdagangan elektronik.

“Pertemuan tersebut mencatat kemajuan Hasil Ekonomi prioritas (PED) pada kajian teknis Generasi Baru ASEAN Single Window (ASEAN) dengan tujuan menetapkan visi baru bagi ASW untuk menjadi lebih terbuka, inklusif, dan interoperable,” demikian isi pernyataan bersama AFMGM ke-11, dikutip dari asean.org.

Studi pada kajian teknis generasi baru ASEAN Single Window juga akan dilengkapi tujuan utama Peta Jalan Bandar Seri begawan bagi ASEAN untuk mempercepat inisiatif di bidang fasilitas perdagangan dan digitalisasi. Hal ini sejalan dengan tujuan Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN (DEFA).

Kinerja perekonomian ASEAN

AFMGM ke-11 melakukan pertukaran pandangan dengan Kantor Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO), Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai prospek ekonomi global dan regional, serta risiko dan tantangan di kawasan.

Perekonomian ASEAN sempat diproyeksikan menguat menjadi 4,9 persen pada tahun 204 yang kemudian direvisi turun berdasarkan proyeksi terbaru. Ini menggambarkan hambatan yang lebih besar bagi perekonomian ASEAN. Namun, kinerja perekonomian kawasan tercatat lebih baik dari perkiraan.

Kinerja ekspor di sebagian negara ASEAN juga membaik di tengah rendahnya harga komoditas global dan lesunya permintaan global. Sementara antisipasi kembalinya sektor pariwisata ke tingkat sebelum pandemi diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan.

Baca juga RI Hibah Rp6,5 Miliar ke Laos, Dukung Program Keketuaan ASEAN

Antisipasi ketegangan geopolitik

Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank ASEAN juga menyadari adanya risiko-risiko yang dapat berdampak negatif, terutama dampak buruk finansial akibat ketegangan geopolitik, ketidakstabilan harga komoditas global, dan melemahnya pertumbuhan ekonomi di China.

Selain itu, ada pula permasalahan struktural yang diperkirakan terus mempengaruhi perkembangan ekonomi di kawasan ASEAN adalah perubahan iklim, digitalisasi yang pesat, dan populasi yang menua. Karena itu, penguatan integrasi dan konektivitas di ASEAN sangat penting untuk menghadapi lingkungan global yang penuh tantangan.

Baca juga AEM Retreat ke-30, RI Dorong Peningkatan Pasar Karbon di ASEAN



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini