Menilik Apa itu Lebaran Ketupat Tradisi Masyarakat Jawa

Menilik Apa itu Lebaran Ketupat Tradisi Masyarakat Jawa
info gambar utama

Apa itu Lebaran ketupat yang menjadi tradisi masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa? Momen ini adalah perayaan yang dilaksanakan pada 7 hari atau seminggu setelah Idulfitri menurut kalender Hijriah. Tradisi Lebaran ketupat biasa dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Muslim di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Pada awalnya, kebiasaan tersebut dipraktikkan oleh masyarakat di daerah Durenan, Trenggalek.

Menurut masyarakat Jawa, Lebaran ketupat yang juga disebut sebagai Syawalan itu melambangkan kebersamaan. Tradisi ini memiliki makna bahwa kita saling mengakui kesalahan dan bermaaf-maafan dengan silaturahmi. Nah, Kawan GNFI, kita simak yuk, apa itu lebaran ketupat dari sisi sejarah, makna dan filosofi hingga kebiasaan yang dilakukan.

Sejarah

Sejarah dan asal -usul perayaan Lebaran ketupat dicetuskan oleh salah satu Wali Songo, yakni pemuka agama yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Wali tersebut adalah Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai seseorang yang berdakwah dengan cara berbeda dari lainnya. Sebab, ia sering menggabungkan unsur budaya Jawa dalam penyebaran agama Islam.

Salah satu metode penyebaran yang terkenal adalah penggunaan wayang kulit dan tembang Lir-ilir. Selain itu, Sunan Kalijaga jugalah yang mencetuskan Lebaran ketupat dengan maksud mengajarkan puasa Syawal selama 6 hari. Hal ini sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Sunan Kalijaga kemudian memperkenalkan ibadah puasa sunnah di bulan syawal selama 6 hari mulai dari tanggal 2-7 syawal. Lalu pada tanggal 8 Syawal, masyarakat kembali merayakan hari lebaran atau Lebaran Ketupat.

Lebaran Ketupat: Tradisi Sepekan Setelah Lebaran

Makna dan Filosofi Ketupat

Bagi masyarakat Jawa, ketupat bukan hanya sekadar hidangan yang tersaji saat perayaan Lebaran. Namun, terdapat filosofi dan makna mendalam. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak KH M. Jadul Maula, kata ketupat dalam bahasa Jawa diucapkan sebagai kupat.

Kupat jika diuraikan adalah ngaku lepat, yakni artinya mengaku salah dan laku lapat yakni empat tindakan amal. Lebih lanjut lagi, laku empat yang dimaksud adalah adalah Lebaran (selesai puasa), luberan (zakat fitrah), leburan (bermaafan), dan laburan (kembali putih, fitri).

Dengan demikian, ketika seseorang silaturahmi ke rumah kerabat lalu disuguhi ketupat dan ketupat tersebut dimakan artinya mereka saling memaafkan.

Ketupat sendiri merupakan makanan berbahan beras yang dibungkus dengan daun kelapa muda (janur kuning). Janur kuning menurut pemahaman orang Jawa memiliki simbol sebagai penolak bala. Janur juga kerap dipakai dalam berbagai acara penting.

Janur yang membungkus ketupat dengan dianyam melambangkan belitan dosa dan kesalahan. Untuk itu, ketupat harus dibelah agar tampak berwarna putih lambang kesucian dari dosa. Adapun bentuk ketupat yakni segi empat juga cerminan prinsip “kiblat papat lima pancer”. Hal ini berarti ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT.

Selain ketupat, santan dalam opor sebagai hidangan yang disajikan bersama ketupat juga kurang lebih memiliki makna sama, yakni permohonan maaf. Santan atau 'santen' menjadi akronim dari "nyuwun pangapunten" bahasa Jawa dengan arti meminta permohonan maaf.

Inilah Makna Ketupat dan Lebaran Ketupat di Indonesia

Tradisi Lebaran Ketupat di Jombang, Jawa Timur

Setelah mengetahui apa itu ketupat, Kawan GNFI bisa mengetahui beragam tradisi atau kebiasaan apa saja yang dilakukan masyarakat Jawa saat perayaan Lebaran ketupat, misalnya, di Jombang, Jawa Timur. Sehari sebelum perayaan Lebaran ketupat, warga di desa dihimbau agar menyetorkan nama arwah dari masing-masing jamaah mushala, serta pengumuman untuk membawa berkat sebanyak dua atau tiga.

Adapun berkat yang dimaksud adalah ketupat atau lontong lengkap dengan sayur bersantan seperti kare, opor, atau lodeh. Bisa juga ditambahkan lepet (jajanan berbahan ketan dan kelapa). Berkat ini diletakkan pada baskom plastik yang kemudian dikumpulkan di mushala untuk dibagikan ke masing-masing jamaah dan sebagian dimakan bersama-sama.

Berkat-berkat tersebut dibagikan secara acak setelah pembacaan tahlil dan doa yang dipimpin oleh imam mushala. Setiap jamaah yang mengikuti doa di mushala tadi akan membawa pulang berkat ketupat yang telah dikumpulkan tadi. Selain itu, masyarakat juga bisa berbagi berkat ketupat satu sama lain dengan mengantarkan langsung ke rumah tetangga dan saudara.

Menu Lebaran Ketupat dalam Sukacita Hari Raya Idulfitri

Nah, Kawan GNFI, itu tadi penjelasan mengenai apa itu lebaran ketupat baik dari sisi sejarah, makna, filosofi, hingga tradisi yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya pada masyarakat di wilayah Jombang, Jawa Timur.

Menariknya, Lebaran ketupat selain mengutamakan silaturahmi dan permohonan maaf, juga identik dengan tradisi berbagi di kalangan tetangga dan saudara. Harapannya tradisi ini dapat terus lestari dan memberikan manfaat agama dan sosial bagi masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini