Mengenal Iwel-Iwel, Jajanan Tradisional yang Wajib Ada dalam Upacara Bayi di Jawa Timur

Mengenal Iwel-Iwel, Jajanan Tradisional yang Wajib Ada dalam Upacara Bayi di Jawa Timur
info gambar utama

Dalam tradisi dan budaya Jawa, kelahiran bayi dianggap sebagai momen yang penting. Setiap bayi yang lahir menjadi harapan baru bagi orang tua mereka. Masyarakat Jawa menggambarkan harapan tersebut melalui jajanan tradisional yang disebut iwel-iwel.

Iwel-iwel adalah jajanan tradisional Jawa yang terbuat dari campuran tepung ketan, tepung beras, garam, dan parutan kelapa. Kemudian, diisi dengan gula merah di tengahnya.

Sejarah dan Makna Iwel-Iwel

Asal usul iwel-iwel berkaitan erat dengan budaya Jawa dan filosofinya. Secara etimologis, nama iwel-iwel berasal dari bahasa Jawa yaitu kemiwel yang berarti menggemaskan. Biasanya, bayi yang baru lahir dibuatkan iwel-iwel dengan harapan agar bayinya menjadi sehat, lucu, dan menggemaskan.

Meskipun demikian, sebagian masyarakat juga melihat iwel-iwel sebagai hasil akulturasi antara Islam dan budaya Jawa. Konon, kata iwel-iwel berasal dari potongan doa kepada kedua orang tua, 'rabbighfirli waliwalidayya'. Namun, karena lidah masyarakat Jawa mengalami kesulitan ketika mengucapkan kata ‘waliwalidayya’, maka terbentuklah istilah iwel-iwel.

Legenda Watu Gandul, Batu Penentu Nasib Desa Ngluyu di Nganjuk

Selain namanya yang unik, tampilan makanan ini juga mengandung berbagai filosofi. Bentuknya yang menyerupai piramida dengan lima sisi melambangkan rukun Islam. Ujung piramida yang runcing menandakan arah menuju Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, bentuk piramida juga melambangkan keutuhan dan kesempurnaan. Di dalamnya terdapat harapan agar bayi bisa tumbuh dengan sempurna dan sejahtera.

Isian gula kelapa yang terasa manis merupakan wujud dari harapan orang tua agar anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang manis dalam bertutur kata maupun bertingkah laku kepada semua orang. Rasa manis ini juga melambangkan harapan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan keberuntungan.

Adapun bahan dasar kue iwel-iwel yang berupa tepung ketan dan parutan kelapa diibaratkan sebagai simbol hubungan antara orang tua dan anak. Kemudian, teksturnya yang lengket merepresentasikan kelekatan dan kasih sayang antara orang tua dan anak.

Bahan dan Cara Membuat Iwel-Iwel

Iwel-iwel memiliki julukan yang berbeda di beberapa daerah di Jawa Timur. Di daerah Nganjuk, kue ini akrab disapa dengan nama mbel-mbel. Sedangkan di daerah Kediri, iwel-iwel tetap menjadi nama yang populer. Iwel-iwel menjadi kue tradisional favorit banyak orang karena mudah dibuat dan bahan-bahannya pun mudah untuk ditemukan. Bahan utamanya terdiri dari tepung ketan, tepung beras, parutan kelapa, garam, dan gula merah.

Langkah pertama dalam pembuatannya adalah mencampurkan semua bahan kecuali gula merah. Kedua, letakkan adonan di atas daun pisang. Kemudian, tambahkan isian gula merah dan bungkuslah dengan bentuk menyerupai piramida. Langkah selanjutnya, kukus adonan iwel-iwel hingga matang. Setelah itu, angkat iwel-iwel dan sajikan selagi hangat.

5 Takjil Khas Nganjuk yang Wajib Dicoba saat Ramadan, Dijamin Menggugah Selera!

Bukan Sekedar Kue Tradisional

Kedalaman makna filosofis yang terkandung dalam iwel-iwel menjadi alasan mengapa kue tradisional ini tidak boleh diabaikan dalam upacara selamatan atau syukuran untuk sang buah hati. Kue tradisional ini biasanya disajikan saat upacara dalam rangka pertumbuhan bayi, mulai dari hari kelahiran atau brokohan, sepasaran (usia bayi satu minggu), selapan (usia bayi lima puluh hari), telonan (usia bayi empat bulan), bayi pitu (usia bayi delapan bulan), dan setahunan.

Selain menjadi simbol harapan dan doa dari orang tua kepada anaknya, iwel-iwel juga memiliki peran penting dalam mempererat hubungan antar sesama manusia. Hal ini terlihat dalam proses pembuatan kue tersebut yang biasanya melibatkan banyak orang dengan tugasnya masing-masing, misalnya tugas memasak dan membungkus iwel-iwel.

Lebih lanjut, iwel-iwel tidak hanya untuk konsumsi pribadi, melainkan juga dihidangkan kepada tamu dan dibagikan kepada tetangga sekitar bersamaan dengan nasi berkat atau acara kendurian. Dengan demikian, bukan hanya orang tua yang berdoa agar sang buah hati tumbuh menjadi pribadi yang baik. Namun, saudara maupun tetangga juga turut memberikan doa dan dukungan untuk sang anak.

Asem-Asem Kambing khas Nganjuk, Cita Rasa Autentik khas Nganjuk

Iwel-iwel bukan sekedar kue tradisional, tetapi sebagai pembawa harapan orang tua dan makna filosofis dalam tradisi Jawa. Simbolisme dan kelezatannya membuat kue tradisional ini menjadi elemen penting dalam menyambut kehidupan baru dan menjadi doa untuk masa depan yang cerah bagi sang buah hati.

Sayangnya, iwel-iwel tidak dapat ditemukan di lapak penjual jajanan pasar. Pada umumnya, masyarakat Jawa membuat kue tradisional ini sendiri ketika ada anggota keluarga atau tetangga yang baru melahirkan.

Karena proses pembuatannya tidak rumit, jadi Kawan GNFI bisa membuatnya sendiri jika ingin mencicipi kue tradisional ini.

Referensi:

Wulandari, H. M., Renanda, J. D., & Sulistiyowati, T. I. (2024, 2 3). Makanan Olahan Ketan (Oryza sativa L. Var. Glutinosa) dan Maknanya dalam Berbagai Tradisi Adat Jawa Timur untuk Menyambut Kelahiran Bayi. Seminar Nasional Sains, Kesehatan, dan Pembelajaran 3, 132-136.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AL
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini