Pengelolaan Limbah Pangan sebagai Bentuk Penerapan SDGs

Pengelolaan Limbah Pangan sebagai Bentuk Penerapan SDGs
info gambar utama

Darurat sampah menjadi isu global pada setiap tahunnya di berbagai negara. Dari berbagai kriteria jenis sampah, penyumbang terbesar di Indonesia ialah limbah pangan.

Berdasarkan data SIPSN, sampah sisa makanan mencapai 40,9 % dari jumlah total timbulan sampah 15.464.683,44 ton/tahun dengan komposisi limbah 38,1 % berasal dari rumah tangga. Limbah pangan yang melonjak tinggi itu salah satunya diakibatkan oleh masyarakat yang belum memiliki tinngkat kesadaran lingkungan untuk mengurangi dampak negatif limbah terhadap ekosistem.

Selain itu, penanganan sampah yang menggunakan teknologi yang tidak ramah lingkungan seperti aktivitas pembakaran sampah menjadi energi (waste to energy) hingga solusi-solusi biodegradable plastik yang mengancam lebih cepat pencemaran mikroplastik.

Tidak hanya itu, sampah khususnya organik, jika dibiarkan memiliki berbagai dampak negatif baik bagi kesehatan maupun lingkungan. Beberapa masalah yang mungkin muncul antara lain sarang penyakit, pencemaran air hingga polusi udara.

Mahasiswa Mulai Peduli Sampah, Ini yang Bisa Kita Lakukan

Tumpukan sampah organik juga berpotensi menghasilkan gas methane di mana dalam kondisi tertutup, kekurangan sinar matahari serta oksigen bisa menimbulkan ledakan. Dengan demikian, diperlukan resolusi untuk merancang dan melaksanakan kebijakan serta tindakan konkret guna mencapai perubahan positif dalam penanganan darurat sampah.

Salah satu cara terbaik untuk mengatasi hal ini ialah dimulai dari pengelolaan sampah mandiri seperti yang dilakukan oleh kelompok KKNR8477 Universitas Negeri Yogyakarta di Desa Rantewringin.

Desa Rantewringin terletak di Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan sampah mandiri tersebut merupakan salah satu program kerja utama di Desa Rantewringin dengan melakukan observasi terlebih dahulu terhadap desa tersebut.

Di Desa Rantewringin pada sebagian besar masyarakatnya hanya membuang begitu saja sampah-sampahnya termasuk sampah pangan, sebagian yang lain sebagai pakan ternak. Melihat hal tersebut, Kelompok KKNR8477 memberikan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk dari sampak organik, termasuk sampah pangan, pada 30 November 2023.

Hal ini bertujuan untuk menangani masalah sampah pangan yang ada dan memberikan edukasi kepada warga sekitar. Tujuan ini juga sejalan dengan tujuan dalam Sustainable Development Goals mengenai responsible consumption and production. Masyarakat dihimbau untuk mengurangi separuh limbah makanan global per kapita untuk mencitakan produksi dan rantai pasokan yang lebih efisien.

Selain itu, juga mengurangi timbulan sampah secara signifikan melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali, salah satunya dengan pengolahan pupuk organik yang berasal dari limbah pangan.

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pasal 4 berbunyi “Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya”. Dengan begitu, banyaknya manfaat dari pengelolaan sampah, jenis pengelolaan sampah yang diperkenalkan oleh kelompok KKNR8477 di Desa Rantewringin ialah pengelolaan sampah mandiri berbentuk sampah organik dari limbah pangan.

Fakta Menarik Aspal yang Terbuat dari 1000 Ton Sampah Plastik

Dalam pembuatan pupuk organik tersebut, kelompok KKN memilih target, yaitu ibu-ibu PKK dengan tujuan agar anggota PKK dapat dengan paham mengelola limbah pangan dari dapur rumah tangga masing-masing.

Selain itu Kelompok KKNR8477 juga mendatangkan narasumber sekaligus ahli dari BPP Kecamatan Buluspesantren untuk memberikan pengarahan dan melakukan demonstrasi pembuatan pupuk secara langsung.

Beberapa langkah sederhana yang dilakukan dalam pembuatan pupuk yaitu pertama larutkan EM4/MOL dan molase atau gula pasir atau gula merah dengan air. Kemudian bahan-bahan sisa makanan, tanaman atau hijauan dipotong-potong atau dicincang lalu semua bahan dicampur dan tambahkan larutan EM4/MOL sampai benar-benar basah atau lembab.

Langkah selanjutnya, tutup dengan terpal untuk mempercepat penghancuran oleh mikroorganisme. Kemudian kontrol kondisi suhu setelah 3 hari.

Jika terlalu panas, bolak-balikan bahan-bahan tersebut. Jika terlalu basah, tambahkan dedak atau sekam padi. Kemudian, bila terlalu kering, tambahkan larutan EM4/MOL. Selanjutnya, tunggu hingga kompos matang atau jadi.

Demonstrasi yang dilakukan secara bersama-sama ini dapat diterapkan oleh masing-masing rumah tangga terhadap limbah-limbah pangan masing-masing. Hasil demonstrasi yang dilakukan bersama kemudian digunakan untuk pupuk pada tanaman Kelompok Wanita Tani di Desa Rantewringin.

Pengelolaan sampah mandiri ini dapat menjadi panutan bagi desa-desa lain agar memulai pengelolaan limbah pangan dan mulai menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah.

Bersama World Cleanup Day Sumut, Wujudkan Sumut Bebas Sampah

Sumber:

  • https://jdih.menlhk.go.id/new2/uploads/files/UU%2018%20Tahun%202008%20(Sampah).pdf
  • https://www.undp.org/sustainable-development-goals/industry-innovation-and-infrastructure
  • https://www.kompasiana.com/471313/64edc0374addee22083ea9a2/indonesia-darurat-sampah-hingga-konversi-limbah-organik-melalui-maggot?page=1&page_images=1
  • https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini