Apa Itu Tradisi Melukat yang Jadi Agenda di World Water Forum?

Apa Itu Tradisi Melukat yang Jadi Agenda di World Water Forum?
info gambar utama

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menawarkan tradisi melukat dari Bali sebagai salah satu side event saat World Water Forum berlangsung ke-10 pada 18-25 Mei 2024 nanti. Tradisi ini disebut telah diketahui oleh sebagian peserta WWF dan mereka merasa tertarik.

Tradisi melukat ini semakin dikenal luas setelah penyanyi Amerika Serikat, Usher melakukan melukat ketika berwisata di Bali pada awal Maret 2024 dan diunggah di media sosial.

Menparekraf Sandiaga Uno menuturkan tradisi melukat atau penyucian diri akan ditawarkan ke sekitar 35 ribu peserta World Water Forum (Forum Air Dunia/WWF)

“Ini sudah banyak permintaannya,” kata Sandiaga Uno di sela rapat koordinasi persiapan WWF ke-10 di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (20/4/2024).

Rencananya tradisi melukat akan digelar sebagai salah satu kegiatan pendukung pada hari pertama atau sekitar 18 Mei 2024.

Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya mengatakan pihaknya telah memetakan sejumlah tempat untuk melukat bagi para delegasi WWF, salah satunya Pura Tirta Empul di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

“Ada beberapa tempat, nanti biar mereka (memilih), kami tawarkan. Sejumlah tempat melukat juga tersebar di beberapa kabupaten di antaranya di Badung dan Bangli," kata Mahendra.

Melukat di Tirta Empul, Simak Aturan dan Tata Caranya

Melukat Jadi Daya Tarik Wisata Spiritual

Melukat merupakan tradisi yang bertujuan untuk menyucikan diri, baik jasmani maupun rohani dari hal-hal yang bersifat kotor dan negatif. Ritual ini dipercaya dapat memberikan manfaat positif jika dilakukan dengan benar dan rutin, misalnya setiap purnama, tilem, atau kajeng kliwon.

Akan tetapi, hal yang perlu diingat bahwa melukat bukanlah cara untuk menebus dosa. Bagi umat Hindu, hukum karma hanya akan berhenti bila seseorang sudah mengalami moksha atau pembebasan sempurna.

Dalam kepercayaan masyarakat Bali, ada tujuh jenis upacara melukat, yaitu melukat astapungku untuk membersihkan dan menyucikan malapetaka akibat pengaruh hari kelahiran dan Tri Guna (Satwam, Rajas, Tamas) yang tidak seimbang.

Kemudian ada melukat surya yomana untuk melepas noda dan kotoran pada bayi; melukat gini ngelayang untuk pengobatan penyakit; melukat prabu untuk memohon agar para pemimpin mendapatkan kemakmuran; melukat gomana; melukat semarebada; serta melukat nawa ratna.

Melukat biasanya dilaksanakan di tempat-tempat bersejarah, pura, tempat pemandian, dan laut yang ada di Bali. Salah satu tempat melukat yang terkenal di Pulau Dewata adalah Pura Tirta Empul di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.

Melukat menjadi kegiatan religi bagi umat Hindu. Meski demikian, Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, Profesor I Gde Pitana mengatakan bahwa siapa saja boleh melakukan ritual melukat dengan mengikuti aturan dan norma yang ada.

Saat ini, melukat bahkan menjadi daya tarik wisata spiritual bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Mengenal Tradisi Melukat, Ritual Penyucian Diri Khas Masyarakat Bali

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini