Apa Makna Penyelenggaran World Water Forum Ke-10 untuk Kota Banjarmasin?

Apa Makna Penyelenggaran World Water Forum Ke-10 untuk Kota Banjarmasin?
info gambar utama

Air merupakan unsur penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Senyawa yang tergolong kovalen polar ini berperan penting sebagai pelarut untuk hampir semua kebutuhan kita sehari-hari. Kawan GNFI bayangkan saja, bagaimana kita bisa mencuci baju jika tidak ada air?

Secara komunal, air juga menjadi bagian dari budaya sebuah daerah, seperti di Kota Banjarmasin misalnya. Kota yang mendapat julukan sebagai Kota Seribu Sungai ini telah menjadikan air sebagai tonggak kebudayaan sekaligus penopang pariwisata berbasis sungai.

Permasalahan Air di Kota Banjarmasin

Pergeseran fungsi sungai di Kota Banjarmasin telah menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Seperti yang Kawan GNFI ketahui, destinasi pariwisata sangat rentan terhadap permasalahan sampah. Begitu pula halnya dengan destinasi berbasis sungai. Tidak sedikit volume sampah total di Kota Banjarmasin didominasi oleh sampah dari lokasi wisata.

Degradasi lahan dan bencana ekologis yang banyak terjadi pada bagian hulu di Kalimantan Selatan juga menyebabkan pencemaran air di bagian hilir (Kota Banjarmasin). Selain itu, maraknya aktivitas membuang sampah anorganik dan limbah sabun cuci rumah tangga ke sungai turut mengakibatkan rendahnya kualitas air sungai di Kota Banjarmasin.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, pencemaran air mengakibatkan dampak buruk terhadap ketersediaan air bagi masyarakat. Hal ini mengingat bahwa pengelolaan dan pendistribusian air baku di Kota Banjarmasin sangat bergantung pada kualitas air sungainya.

Jika air sungai semakin tercemar, maka air yang diolah untuk dialirkan kepada masyarakat akan melewati lebih banyak prosedur penjernihan. Penambahan prosedur tersebut tentu menambah biaya produksi, sehingga tarif yang dibebankan kepada masyarakat juga akan bertambah.

Penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali pada bulan Mei mendatang merupakan momen yang sangat tepat untuk merefleksikan permasalahan air dunia. Ada banyak stakeholder yang akan terlibat, lo Kawan GNFI. Kehadiran pemerintah, akademisi, peneliti, teknisi, advokasi hingga pemangku kepentingan dari berbagai negara diharapkan mampu melahirkan solusi yang efektif untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan air.

Kilas Balik World Water Forum Dari yang Pertama Hingga Ke-9

Peluang Positif dari World Water Forum ke-10 untuk Kota Banjarmasin

Dalam perhelatannya nanti, para pakar, pengusaha, dan investor dari berbagai negara juga akan hadir, lo, Kawan GNFI. Mereka akan berbagi pengetahuan, pengalaman, dan upaya-upaya penanggulangan terkait isu air yang telah mereka lakukan sebelumnya. Dengan adanya momen tersebut, berbagai kota di dunia, khususnya kota-kota di Indonesia, diharapkan mampu melahirkan framework baru untuk melakukan upaya preventif maupun represif mengenai permasalahan air.

Hasil yang diharapkan dari World Water Forum ke-10 adalah kesepakatan penting dan konkret untuk menjaga keberlangsungan air dan lingkungan global melalui Ministerial Declaration. Selain itu juga akan disertai dengan concrete deliverables yang meliputi proyek, inisiatif, dan aksi bersama, lo, Kawan GNFI.

Mengusung tema Water for Shared Prosperity, World Water Forum ke-10 menyoroti tentang urgensi tata kelola air secara tepat yang mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi semua orang. Tema tersebut sangat cocok untuk upaya tata kelola air di Kota Banjarmasin yang sampai sejauh ini dinilai belum optimal.

Pelaksanaan World Water Forum ke-10 juga dapat menjadi peluang bagi Kota Banjarmasin untuk berbenah, termasuk meningkatkan upaya pengelolaan air sungai. Concrete deliverables, khususnya untuk proyek dan inisiatif, dirasa mampu menjadi pintu kerjasama multisektoral.

Kehadiran para pengusaha dan investor dapat mengakomodir sumber daya terkait tata kelola air yang lebih efektif dan efisien. Mengingat bahwa sejauh ini masih ada beberapa keterbatasan dari aspek fasilitas pengolahan sampah, seperti tidak adanya mesin daur ulang sehingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih berstatus overload. Mesin pengangkut sampah di sungai Martapura yang ada di Kawasan Siring Menara Pandang juga belum efektif, meskipun telah dioperasikan secara rutin.

Indonesia Tawarkan Proyek Air Senilai Rp154 Triliun di 10th World Water Forum

Keterlibatan pihak peneliti, akademisi, dan advokasi juga dapat membuka kerjasama dalam perumusan kebijakan daerah. Keterlibatan tersebut mendorong Kota Banjarmasin untuk memiliki peraturan daerah yang tidak hanya mengikat, tetapi juga mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Kota Banjarmasin.

Sejauh ini kasus membuang sampah anorganik dan limbah sabun cuci rumah tangga ke sungai masih belum teratasi. Oleh sebab itu, selain merumuskan kebijakan, edukasi juga perlu untuk dilakukan. Melibatkan para pakar lingkungan, khususnya mereka yang berfokus pada tata kelola air tentu akan membantu mekanisme pelaksanaan edukasi yang lebih optimal.

Optimisme menyambut perhelatan World Water Forum ke-10 di Bali nanti semoga tidak hanya membawa kebermanfaatan bagi kota-kota tertentu saja, ya, Kawan GNFI.

Mari kita ramaikan dan sukseskan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini