Andaliman Asal Sumut, si Rempah Kecil yang Tidak Berkhasiat Kecil

Andaliman Asal Sumut, si Rempah Kecil yang Tidak Berkhasiat Kecil
info gambar utama

Sebagai orang Indonesia, mungkin sudah tidak heran lagi bahwa tumbuhan di negara tercinta kita ini sangat beragam. Setiap daerah mempunyai tanaman khas yang belum tentu bisa dijumpai di daerah lain atau walaupun bisa, pasti tetap ada yang membedakannya, misalnya kopi. Mungkin ada banyak jenis kopi di Indonesia, tapi sebagian besar orang paling mengidamkan kopi yang berasal dari Aceh.

Sementara tanaman yang tidak tumbuh di berbagai daerah, salah satunya bernama andaliman, itir-itir, atau tuba. Bahkan, di Indonesia sendiri katanya, tanaman ini hanya tumbuh di beberapa daerah di Sumatra Utara. Andaliman merupakan rempah yang seringnya menjadi andalan masyarakat Batak untuk membuat sambal atau pun masakan seperti arsik.

Andaliman si Merica Batak, Mengandung Citarasa yang Kuat

Andaliman mempunyai nama latin Zanthoxylum acanthopodium DC. Ia masuk ke dalam keluarga jeruk (Rutaceae) yang bentuknya kecil bergerombol seperti lada atau merica. Inilah kenapa andaliman juga disebut sebagai "Merica Batak". Hampir semua masakan khas Batak tidak melupakan tuba ini.

Meski sebelumnya disebutkan bahwa andaliman termasuk keluarga jeruk, perlu diketahui bahwa cita rasanya tidak mengandung asam, melainkan segar yang meninggalkan sensasi khas yang kuat dan pedas. Saat mencicipinya, maka lidah kita akan disapa oleh rasa getir, kelu, dan terkesan mati rasa atau kebas.

Rasa kebas yang ditimbulkan dari rempah tersebut disebabkan adanya kandungan hydroxy-alphasanchool yang dikenal juga sebagai sichuan pepper atau Indonesian lemon pepper.

Adapun masakan khas Sumatra Utara yang menggunakan andaliman sebagai pelengkap utama masakan yaitu ikan arsik, dekke na niura, mie gomak, saksang, dan aneka sambal.

Monyet Kedih, Primata Berjambul Asal Sumut yang Dilindungi!

‘Tempat Tinggal’ Andaliman

Andaliman banyak tumbuh secara liar di beberapa wilayah hutan di Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Dairi. Rupa pohon itir-itir adalah batangnya dipenuhi duri yang tingginya bisa mencapai 5 meter. Andaliman tumbuh dengan subur pada rentang suhu 15—18 derajat celcius di ketinggian antara 1200—1500 meter di atas permukaan laut.

Secara fisik, andaliman sendiri berbentuk biji sebesar merica yang berwarna hijau cerah yang nantinya akan menghitam bila sudah tua. Daunnya tersebar, bertangkai, majemuk menyirip, dan beranak daun gasal yang mengandung kelenjar minyak. Uniknya, pada bagian bawah, daun dari pohon andaliman berwarna kemerahan.

Rempah itu baru bisa dipanen ketika berumur 1,5 tahun. Bila kondisi tanaman dalam keadaan baik dan tidak terganggu dengan cuaca, pada tiap batangnya mampu menghasilkan 5 hingga 7 kg. Andaliman akan terus berproduksi hingga umur 10—15 tahun.

Kekurangan dan kelebihan pada tumbuhan ini adalah pada perawatannya. Pemberian pupuk kimia maupun organik hanya akan mengakibatkan umur tanaman menjadi lebih singkat. Maka dari itu, andaliman lebih baik dibiarkan tumbuh alami secara liar. Karena pada dasarnya, andaliman tidak perlu perawatan ekstra untuk hidup subur.

Hutan Ranjuri Nan Luhur: Hutan Purba yang Jaga Desa Beka dari Bencana Alam

Manfaat Andaliman dari Sisi Kedokteran

Ternyata benar, rupa tidak selamanya menjadi acuan penilaian. Begitu pula jika melihat wujud andaliman yang kecil-kecil. Namun, siapa yang menyangka, jika rempah ini justru menyimpan segudang khasiat.

Dilansir dari Alodokter, andaliman memuat senyawa flavonoid, terpen, pyrroloquinoline, quaternary, soquinoline, dan alkaloiid porphyrine yang membawa manfaat bagi kesehatan.

Berikut ragam fungsi andaliman bagi kesehatan:

  • Meningkatkan imunitas tubuh, sebab mengandung vitamin C dan memiliki sifat antibakteri.
  • Mendukung kesehatan tulang karena terdapat kandungan kalsium dan fosfor.
  • Menyembuhkan luka. Di dalam ekstrak atau minyak andaliman, terdapat senyawa bioaktif seperti flavonoid, steroid, saponin, dan tanin.
  • Terdapat pula kandungan zat besi untuk memproduksi hemoglobin sebagai pencegah anemia.
  • Mengatasi sakit gigi. Hal ini karena sifat antibakteri dari andaliman.
  • Meredakan radang sendi, sebab terdapat senyawa antiradang golongan monoterpenoid, seperti limonene, cintronellal, dan geranyl acetate.
  • Mencegah penyakit kanker, mampu meminimalkan risiko terkena penyakit kanker karena mengandung karoten yang bersifat antioksidan.
Bukit Lawang, Desa Utama Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser

Referensi:

https://indonesia.go.id/kategori/seni/2189/andaliman-harta-terpendam-tano-batak?lang=1

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini