Ada banyak sekali hewan di bumi pertiwi, bahkan banyak pula yang masih belum kita jumpai. Semua hewan tersebar di seluruh Indonesia, lebih banyak lagi di daerah-daerah seperti pegunungan, hutan, hingga pulau tak berpenghuni. Tentu saja, karena memang di sanalah habitat asli mereka.
Di samping itu, akan terdapat banyak perbedaan jenis hewan pada masing-masing wilayah. Salah satunya monyet. Meskipun mungkin saja semua orang pernah melihat monyet, tapi ada jenis monyet yang hanya bisa ditemukan di beberapa wilayah seperti Sumatra Utara.
Monyet Kedih
Sebenarnya, populasi asli monyet kedih bukan hanya di Sumatra Utara, lebih tepatnya di Pulau Sumatra. Meliputi Provinsi Aceh, Riau, juga Pulau Sumatra bagian Utara.
Di Aceh sendiri, monyet kedih berada di kawasan Hutan Aek Nauli sampai Suaka Marga Satwa Rawa Singkil. Ada pula penelitian yang mengungkap persebarannya di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, terutama di Bahorok dan Ketambe.
Monyet Kedih memiliki nama latin Presbytis thomasi yang masuk ke dalam kategori ordo primata. Dalam bahasa Inggris, monyet yang satu ini disebut Thomas Langur Monkey. Sementara nama lokalnya lebih beragam, ada yang menyebutnya monyet rungka, bodat, kek-kia, dan sebagainya.
Dari segi fisik, monyet kedih tidak jauh berbeda dengan monyet-monyet lain. Seluruh tubuhnya diselimuti rambut yang berwarna abu-abu kehitam-hitaman. Sedangkan bagian dadanya (dorsal) berwarna putih dan ekornya panjang. Kerennya, bagian kepala monyet kedih memiliki jambul yang gayanya mirip rambut mohawk.
Monyet kedih hidup secara berkoloni yang dipimpin oleh satu pejantan. Seperti kegemaran monyet pada umumnya, yaitu memanjat, mereka senang hidup di pepohonan.
Khasiat Hewan Undur Undur Untuk Obat Diabetes
Keunikan Monyet Kedih
Perilaku monyet kedihh terbilang unik. Mereka hidup berkelompok antara 4—17 individu yang dipimpin oleh seekor jantan yang dominan. Sang jantan ini seringnya tidur di tempat paling tinggi. Tujuannya untuk memantau predator, atau jantan dewasa yang berkemungkinan menjadi pesaing.
Satu lagi, daya tarik monyet kedih ini juga disebabkan oleh paras wajahnya yang terlihat sedih.
Arwin, manager Stasiun Penelitian Ketambe yang masuk Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, menceritakan perilaku unik dan menarik dari primata tersebut.
Arwin mengungkap, biasanya jantan dominan dari hewan ini akan mengusir jantan muda, kemudian mereka membentuk kelompok sendiri sesama kalangan muda. Kedih jantan muda itu nantinya akan berlatih agar kuat melawan jantan dominan. Sudah jelas, tujuannya untuk menguasai betina.
Apa bila jantan dominan kalah, maka ia harus meninggalkan kelompok dengan membawa anaknya yang jantan, agar membentuk kelompok jantan yang baru.
Monyet kedih berkomunikasi dengan suaranya yang khas. Mereka mengeluarkan suara saat predator datang, kadang juga hanya sekadar adanya kelompok kedih lain. Jadi, keluarnya suara mereka sama halnya sebagai peringatan.
Ada yang lebih unik lagi. Monyet kedih memang memakan buah, tapi tidak sembarangan. Mereka lebih menyukai buah yang asam dan pahit. Sebaliknya, buah yang sekiranya mengandung gula tinggi atau manis dihindari mereka.
Burung Beo Nias, Benarkah Hanya Ditemukan di Pulau Nias?
Keadaan Monyet Kedih Saat Ini
Monyet kedih masuk ke dalam kategori satwa yang kehidupannya dilindungi di Indonesia. Landasannya berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Selain itu, Lembaga Konservasi Dunia (IUCN) memasukkan Thoma’s Langur dalam status Tentan (Vulnerable/VU).
Lebih sedihnya lagi, Monyet kedih tak jarang diburu. Masyarakat menganggap mereka sebagai hama. Hal itu dikarenakan masuknya binatang tersebut ke areal perkebunan. Namun, habitat asli mereka yang rusak juga menjadi alasan mengapa hidup primata ini terancam.
Bayi Gajah Sumatra Lahir di PKG Sebangau Riau
Referensi:
- https://www.mongabay.co.id/2022/06/25/foto-kedih-primata-berjambul-khas-sumatera/
- https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/kedih-monyet-rungka-bodat/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
