Mendulang Litium dari Limbah Panas Bumi

Artikel ini milik zonaebt dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Mendulang Litium dari Limbah Panas Bumi
info gambar utama

Indonesia, secara global, dikenal sebagai negara yang memiliki potensi sumber daya panas bumi terbesar. Berdasarkan data resmi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2016, potensi energi panas bumi mencapai angka yang tinggi, yaitu sekitar 29.543,5 Mega Watt (MW). Proses pemanfaatan energi panas bumi ini melibatkan kegiatan pengeboran dan eksploitasi untuk memperoleh uap panas bumi yang nantinya digunakan sebagai penggerak turbin dalam Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Sebagai sumber energi terbarukan, panas bumi menawarkan alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Namun, perlu kita ketahui bahwa PLTP juga memliki limbah yang memerlukan strategi mitigasi yang tepat.

Secara umum, limbah yang dihasilkan oleh industri Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu limbah padat berupa lumpur (sludge), limbah cair (air kondensasi dan brine) dan limbah gas. Limbah tersebut umumnya akan dibuang sesuai prosedur yang berlaku. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa brine panas bumimengandung beberapa mineral berharga khususnya litium yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Litium memiliki manfaat luas di berbagai bidang, termasuk sebagai bahan baku untuk baterai kendaraan listrik di Indonesia. Permintaan litium diprediksi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan listrik. Berdasarkan wacana di atas, brine yang dihasilkan dari industri PLTP berpotensi untuk menghasilkan litium. 

Litium adalah logam alkali yang menjadi primadona dalam beberapa dekade terakhir. Ditemukan dua ratus tahun yang lalu, mempunyai nomor atom 3, mempunyai keterdapatan yang sangat rendah di kerak bumi mencapai 21 µg/g. Litium adalah logam penting yang digunakan dalam kehidupan modern kita sehari-hari. Berbagai macam peralatan elektronik (laptop, tablet, smart phone) dilengkapi dengan baterai litium. Ketika kita mengendarai kendaraan listrik atau kendaraan hybrid, kendaraan tersebut juga dilengkapi dengan baterai yang mengandung litium. 

Baterai litium merupakan teknologi dinamis yang umum digunakan karena mengemas banyak energi dalam volume yang kecil. Litium mendominasi pasar elektronika jinjing dan kendaraan listrik yang sedang tumbuh saat ini. Meskipun telah banyak kemajuan selama beberapa dekade, litium masih menghadapi banyak tantangan.

Baterai litium telah banyak dipuji karena kontribusinya dalam menjaga lingkungan, memungkinkan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang memberatkan karbon dan beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan seperti kendaraan listrik. Namun, sumber daya yang diperlukan untuk pembuatan baterai ini, seperti litium, menimbulkan tantangan lingkungan tersendiri. Proses ekstraksi logam ini dapat berpotensi merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini