Makassar yang makin melaju

Makassar yang makin melaju
info gambar utama

Di kalangan masyarakat awam, Ubud Writers Festival mungkin bukan sesuatu yang asing. Tapi mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa diam-diam Makassar telah menjadi tuan rumah dari festival penulis tingkat internasional melalui event Makassar International Writers Festival sejak 2011 lalu. Bertindak sebagai penyelenggara adalah Rumata’ Makassar Artspace, sebuah rumah seni dan budaya yang didirikan oleh sutradara terkenal kelahiran Makassar Riri Riza dan penulis wanita asal Makassar, Lily Yulianti Farid di awal 2010.

Rumata’ dalam bahasa Makassar bermakna “rumah kita”. Nama Rumata’ dipilih karena para pendiri dan aktivisnya berharap agar Rumata’ menjadi tempat untuk mewadahi kreatifitas serta inisiatif komunitas seni di Makassar. Rumata’ diharapkan memainkan peran penting untuk memperkenalkan Makassar sebagai pusat seni dan budaya melalui berbagai kegiatan yang profesional dan berkesinambungan, dengan menciptakan iklim berkesenian yang sehat, dinamis, namun hangat, akrab, egaliter dan terbuka.

Di penghujung 2011 lalu, dalam sebuah acara pertukaran kebudayaan dengan koreografer tari asal Amerika Serikat, Jonathan Hollander dari Battery Dance company saya berkesempatan berkunjung dan berdiskusi langsung dengan Mbak Lily, beserta teman-teman seniman Makassar mengenai Fundraising and Arts Management. Acara berlangsung sederhana ala lesehan di rumah budaya Rumata’ yang masih dalam proses konstruksi. Meski sarana listrik belum terpasang, tembok dan lantai masih berupa plesteran, tapi semangat para seniman yang notabene anak-anak muda Makassar patutlah diacungi jempol. Acungan jempol juga harus diberikan kepada Mas Riri yang mendonasikan rumah masa kecilnya di jalan Bontonompo 12 Makassar menjadi bangunan Rumata’ dan Mbak Lily yang menjadi motor kegiatan Rumata’ sebagai bentuk kepedulian terhadap kampung halaman mereka.

Di bangunan Rumata inilah nantinya akan dibangun gallery pameran seni yang representatif, teater dengan kapasitas 200 orang, bahkan residensi untuk para seniman. Meski masih ‘terengah’ dalam pembangunan gedung, pengelola Rumata sudah mulai beraksi dengan berbagai kegiatan seni skala lokal maupun internasional. Di awal tahun 2011, tepatnya 18-21 Februari Rumata menggelar serangkaian kegiatan “Makassar adalah Rumata’”dengan serangkaian program diskusi, pameran foto, dan pemutaran film.

Beberapa bulan kemudian, tak tanggung-tanggung Rumata’ langsung menggebrak dengan menggelar Makassar International Writers Festival yang digelar 13-17 Juni 2011 lalu. Mengambil tema “Celebrating the World of Words with The Locals”, Rumata’ menyelenggarakan festival tersebut bermitra dengan Writer Unlimited, sebuah embaga yang berkedudukan di Den Haag, Belanda yang selama 15 tahun terakhir aktif mengadakan festival sastra dan tur penulis internasional, baik di Belanda maupun di negara-negara lainnya. Festival ini sukses menghadirkan penulis dan penyair dari Belanda, Turki, Mesir, Amerika, Australia dan para penulis dari Makassar.

Dengan dukungan media cetak dan pihak swasta yang cukup solid, festival internasional tersebut berlangsung sukses dan menyemangati Rumata’ untuk bersiap menyelenggarakan Makassar International Writers 2012 pada 13-17 Juni nanti. Sementara itu pembangunan gedung Rumata juga terus dikebut dengan harapan bulan Februari 2012 ini bangunan Rumata mulai bisa ditempati.

Jika selama ini Makassar identik dengan demonstrasi mahasiswa yang sering berujung pada kerusuhan, kini saatnya Makassar unjuk gigi menjadi kota seni dunia. Mas Riri, Mbak Lily, Mas Abdi, Mbak Wulan dan teman-teman pengelola Rumata’ sudah memulai dengan langkah kecil bermodalkan semangat dan kecintaan terhadap seni dan kampung halaman. Makassar sungguh sebuah kota dengan potensi seni yang luar biasa. Tentu kita masih ingat tahun lalu sutradara termahal ketiga di dunia Robbert Wilson “membawa pulang “ karya sastra terpanjang di dunia Sureq Lagaligo – yang panjangnya mencapai 6000 halaman! –di tanah kelahirannya, lewat pementasan teather di Benteng Rotterdam Makassar.

Semoga pemerintah, masyarakat, sektor swasta dan pihak-pihak lain juga bisa mengapresiasi inisiatif ini dan memberikan dukungannya. Karena untuk sebuah kemajuan, semuanya dimulai dari satu kata, kepedulian!

Esti Durahsanti (durahsanties@yahoo.com) Ditulis untuk goodnewsfromindonesia.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini