Sepenggal Bali di Kota Hujan

Sepenggal Bali di Kota Hujan
info gambar utama
Siapa tak kenal Bali? Bahkan di dunia, suka tidak suka, Bali lebih dikenal daripada Indonesia sendiri. Pulau yang mendapat julukan Pulau Dewata itu keindahannya memang tak bisa dielakkan lagi. Pantai-pantai yang cantik dan budaya umat Hindu yang kental menjadikan wisatawan tak henti-hentinya menginjakkan kaki di Pulau Bali. Jika Anda belum pernah ke Bali atau rindu dengan Pulau Dewata, berjarak sekitar 14 kilometer dari Kota Bogor, Anda akan menemukan sepotong Bali kecil di kaki Gunung Salak. Tepatnya di daerah Taman Sari. Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Pura yang lebih dikenal dengan nama Pura Jagatkartta ini merupakan pura agama Hindu Nusantara yang terbesar di Jawa Barat. Bahkan pura ini termasuk pura terbesar di Indonesia setelah Pura Besakih, Bali.
Konon, pura ini dibangun sebagai persembahan untuk Prabu Siliwangi dan para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang dulu pernah berada di wilayah Parahyangan. Pakuan Pajajaran merupakan wilayah ibu kota Kerajaan Sunda Galuh, yaitu kerajaan Hindu terakhir di Nusantara yang mengalami masa keemasannya di bawah pemerintahan Prabu Siliwangi. Kawasan pura ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan (nista mandala), bagian tengah (madya mandala), dan bagian utama (utama mandala). Di bagian teras depan sebelum memasuki nista mandala, Anda diharuskan melepas alas kali dan menyimpannya di rak yang telah disediakan. Setelah itu, Anda juga harus memakai kain yang nantinya diikatkan di bagian pinggang menutupi pusat. Pengunjung yang sedang haid tidak diperkenankan memasuki pura. Bagi yang ingin berwisata disediakan jalur khusus untuk menuju bagian tengah pura. Pintu masuk ada di bagian samping, dibedakan dengan pintu masuk utama tempat ingin beribadah. Karena pura ini memang tempat beribadah, para wisatawan hanya bisa masuk sampai bagian madya mandala. Pihak pengelola pun sampai memasang pagar pembatas dari rafia untuk mempertegas batasan yang boleh dilewati wisatawan. Dari posisi tersebut, wisatawan bisa berfoto dengan latar belakang bangunan pura yang cantik dan megah. Jika cuaca sedang cerah, pemandangan puncak Gunung Salak pun akan terlihat jelas dari sini. Sementara untuk yang ingin beribadah, Anda akan masuk melalui pintu utama. Setelah melewati patung Ganesha dan sembahyang harian di Pelinggih Ratu Gede Dalem Ped Gunung Salak, Anda bisa melanjutkan langkah menuju utama mandala, yaitu zona paling suci di bagian pura. Setelah menaiki puluhan anak tangga, bagian utama pura, tempat beribadah pun bisa terlihat jelas. Tanah lapang dengan rumput yang hijau dan beberapa pohon yang berpencar tampak membuat suasana semakin asri. Di utama mandala ini Anda juga bisa menemukan Padmasana, Pelinggih Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan. Saat saya mengunjungi pura ini, terlihat dua orang pengunjung yang sedang beribadah dengan khusyuk. Mereka duduk bersila menghadap altar dan terlihat berdoa. Katanya, mereka berasal dari Bali. Kedua laki-laki itu mengendarai sepeda motor dari Bali demi beribadah di Pura ini. Angin semilir mengembus, udara yang sejuk, suasana yang hening, menemani aktivitas beribadah menjadi lebih khidmat. Belum lagi jika ada suara burung-burung yang menjadi latar belakang. Betapa indahnya alam semesta. Dari sini Anda juga dapat melihat bangunan pura dengan patung macan berwarna putih dan hitam di kedua sisinya. Konon pura ini merupakan lambang penghormatan terhadap Prabu Siliwangi. Sementara pura lain di sisi sebalah kanan merupakan Pura Padma. Pura Jagatkartta mulai dibangun pada tahun 1995 dan merupakan hasil kerja gotong royong umat Hindu Nusantara. Pura batu ini diresmikan pada tahun 2005. Selain Pura Jagatkartta, di kawasan ini juga ada Pura Melanting dan Pura Pasar Agung. Pura ini dibuka untuk umum sejak pukul 11.00 sampai pukul 15.00. Untuk berwisata di pura ini tidak dikenakan biaya masuk, namun pengunjung bisa melakukan donasi seikhlasnya. (CNN Indonesia)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini