”Mereka itulah nenek moyang kita. Karena itu, setiap tanggal 9 Agustus kita peringati sebagai The Day of Wong Jawa untuk menghormati para leluhur yang telah banyak berkorban. Dinggo pengeling-eling nek awak dewe isih wong Jawa (untuk pengingat bahwa kita masih orang Jawa),’’ ujar tokoh keturunan Jawa paling populer di Suriname, Paul Salam Somohardjo.
Terus berkembangnya komunitas etnis jawa di Suriname kemudian cukup banyak mempengaruhi kehidupan sosial di suriname. Ada yan berprofesi sebagai dokter, menteri, bahkan sempat terdapat calon presiden pertama yang berasal dari etnis jawa.
Cukup unik ketika kita tidak lagi asing mendengar nama-nama jalan atau daerah yang khas kita temui di pulau jawa. Namun ternyata nama itu juga di gunakan di suriname. Seperti desa purwodadi, bila anda orang kota Malang atau Batu mungkin anda langsung teringat purwodadi adalah lokasi kebun raya yang sudah terkenal. Desa Purwodadi di Suriname ternyata adalah desa yang di huni hampir 100 persen keturunan jawa. Warganya kini hampir mencapai 3000 jiwa yang juga

Adanya tradisi The Day of Wong Jawa bisa jadi merupakan upaya para keturunan Jawa di Suriname untuk tetap mengingat sejarah nenek moyang mereka, namun juga untuk tetap menjaga kelestarian budaya Jada di sana. Bukan hanya lingkungannya yang dijaga agar masih njawani dengan bahasa dan raut wajah Jawa tetapi juga sampai dengan kulinernya pun masih identik dengan apa yang ada di pulau Jawa. Kuliner seperti nasi goreng ataupun gado-gado. Pantas saja bila kemudian Suriname bisa disebut sebagai rumah kedua untuk orang Jawa yang masih kental dengan nuansa Jawa Indonesia.
”Mulane, awak dewe ojo isin dadi wong Jawa. Ojo mung jenenge wae sing Jawa, tapi ora duwe rasa dadi wong Jawa (Maka, kita jangan malu jadi orang Jawa. Jangan hanya namanya yang Jawa, namun tidak punya rasa sebagai orang Jawa),” Paul Salam Somohardjo
Jawapos
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News