Indonesia Satu-satunya Daratan Dunia yang Bisa Menyaksikan Gerhana Matahari Total

Indonesia Satu-satunya Daratan Dunia yang Bisa Menyaksikan Gerhana Matahari Total
info gambar utama

Sejak awal tahun ini, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia diramaikan oleh kabar bahwa pada 9 Maret 2016 akan terjadi gerhana matahari istimewa. Oleh karena itu, baik ilmuwan maupun pemerintah bersiap-siap menyambut terjadinya fenomena alam ini.

Apa yang membuat gerhana kali ini istimewa?

Secara sederhana, gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari. Karena jaraknya yang dekat ke bumi, rata-rata 384.400 kilometer, bulan bisa menghalangi sepenuhnya pancaran sinar matahari walau ukurannya jauh lebih kecil daripada sang surya, yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer dari bumi.

Laman timeanddate menjelaskan, berdasarkan jatuhnya bayangan dan jarak bulan ke bumi saat peristiwa ini terjadi, ada empat jenis gerhana matahari yang bisa terjadi, yaitu total, sebagian, annular, dan hybrid.

Nah, yang bakal terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada 9 Maret nanti adalah gerhana matahari total (GMT) yang sangat jarang terjadi. Bagi Indonesia, GMT ini adalah yang kedua sejak 11 Juni 1983 dan menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin kepada Tempo.co, diperkirakan baru akan terjadi lagi pada 2023.

Menurut Premana W Premadi dari Universe Awareness (UNAWE) Indonesia Observatorium Bosscha, semakin hari bulan bergerak semakin menjauh dari bumi. Kondisi ini membuat momen gerhana matahari total semakin hari juga semakin langka.

"Bulan begerak menjauhi bumi, anak-anak, cucu-cucu kita yang hidup miliaran tahun mendatang tidak akan bisa melihat gerhana matahari total," ucap Premana seperti dikutip Detik.

Indonesia menjadi satu-satunya wilayah daratan di dunia yang bisa menyaksikan gerhana kali ini. Wilayah lainnya adalah Lautan Hindia dan Pasifik.

Gerhana dengan durasi sekitar 2-3 menit tersebut akan melintasi 12 provinsi di Indonesia, di antaranya Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. 

Kawasan Maba, Halmahera Timur disebut sebagai lokasi perlintasan terlama (3 menit 17 detik). Daerah lain di Indonesia masih bisa menyaksikan gerhana, namun tidak akan terlihat total seperti di 12 provinsi tersebut. Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 07.20 WIB, 08.33 WITA, dan 09.50 WIT.

Daya tarik wisata

Berbeda dengan mitos yang kerap beredar, gerhana matahari total bukanlah fenomena berbahaya bagi manusia. Selama ini, beberapa daerah masih mempercayai bahwa GMT adalah suatu peristiwa yang menandakan akan terjadinya suatu bahaya. Bahkan, sebagian masyarakat masih percaya bahwa keluar ruangan saat terjadi GMT sangat berbahaya.

Ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa fenomena alam ini tak berbahaya, jika tahu cara menyikapinya, dan justru bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Pemerintah sadar akan potensi tersebut. Menteri Pariwisata Arief Yahya, dalam laman resmi Kemenpar, menyatakan ingin meniru keberhasilan Queensland, Australia, yang berhasil menarik 60.000 turis, termasuk 1.200 peneliti saat terjadi gerhana matahari total pada 2012. Angka ini masih ditambah 20 juta orang di dunia yang juga menyaksikannya lewat siaran langsung Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Semua daerah yang dilintasi gerhana matahari total pun sudah mempersiapkan diri guna menjaring wisatawan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini