Tanpa Awan di Bengkulu, Dunia Kiamat ?

Tanpa Awan di Bengkulu, Dunia Kiamat ?
info gambar utama

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkapkan, bahwa penelitian cuaca dan iklim di Bengkulu yang telah dilakukan pihaknya akan berdampak besar terhadap dunia, karena iklim di Bengkulu dinilai mempengaruhi wilayah lainnya.

 

"Wilayah Bengkulu itu cuacanya tidak sederhana, kenapa kita riset di Bengkulu, karena iklim dan cuaca di Bengkulu kami lihat mempengaruhi wilayah lain," kata Ketua Tim Peneliti iklim Benua Maritim Indonesia (BMI), Fadli Syamsudin.

 

Ia mengatakan, iklim di Bengkulu dinilai merupakan yang paling kompleks di Benua Maritim Indonesia dan menjadi tempat berawalnya cuaca untuk daerah lain.

 

Di Bengkulu, lanjutnya, menjadi tempat pertemuan empat arus laut yang akhirnya menjadi daerah tempat proses terjadinya penguapan pembentukan awan hujan yang menjadi musim hujan atau kemarau dan mempengaruhi iklim dunia. "Jadi bagaimana cuaca di Bengkulu, bisa mempengaruhi cuaca di daerah lain, awal mulanya dari Bengkulu ini, hal itu yang ingin kita lihat," ujarnya.

 

Penelitian penting terhadap Benua Maritim Indonesia tersebut, merupakan hasil kerjasama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pemda Provinsi Bengkulu bersama Japan Agency For Marine-Earth Science and Technology (JAMSTEC), yang dilakukan sepanjang 9 November 2015 hingga 25 Desember 2015 lalu.

 

Dalam penelitian tersebut, pengamatan dilakukan dengan meluncurkan balon udara dengan dilengkapi kamera yang dilakukan setiap 3 jam di dua titik yakni BMKG Fatmawati dan Mess Pemda. Penelitian tersebut, lanjutnya, merupakan tahap awal untuk pengamatan lebih intensif pada tahun 2017-2019 di wilayah Bengkulu. 

 

"Kompleksnya cuaca dan iklim di Bengkulu, menurutnya, bahkan terlihat selama penelitian dilakukan, peneliti dari Jepang saja terkaget-kaget melihat anomali cuaca di Bengkulu." jelasnya.

 

Tambahnya, dari melihat mekanisme cuaca di Bengkulu, maka bisa menjadi perangkat yang dapat mengetahui mekanisme cuaca di seluruh belahan dunia, terutama di Benua Maritim Indonesia.


Source : rmolbengkulu.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini