Benarkah Candi di Gunung Lawu ini Lebih Tua dari Candi-candi Suku Maya?

Benarkah Candi di Gunung Lawu ini Lebih Tua dari Candi-candi Suku Maya?
info gambar utama
Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Magetan, Jawa Timur menyimpan sejuta misteri.

Tak hanya Gunung Lawu yang penuh dengan misteri, bangunan yang ada di lereng Gunung Lawu inipun juga diselimuti misteri.

Seperti Keberadaan dua candi purba yang masih menjadi satu rangkaian dari misteri Gunung Lawu masih mendapat banyak respons dari para peniliti lokal maupun asing.

Kehadiran para peneliti ini banyak menimbulkan spekulasi tentang kedua candi ini. Baik dari bentuk candi, batu yang digunakan maupun relief candi.

Menurut sejarahnya, Lawu merupakan gunung purba, dan keberadaannya dibuktikan dengan ditemukannya banyak candi dan batu besar di Kaki Lawu.

Berdasarkan hasil dari penelitian pihak asing, menurut Polet -biasa dipanggil Pak Po, sosok yang sangat dekat dengan Lawu, menyebutkan jika keberadaan Candi Cetho dan Sukuh tersebut bukan dibuat pada zaman Brawijaya.
Candi Sukuh | foto piknik.note.fisip.uns.ac.id
info gambar


Bahkan jauh sebelum era Brawijaya candi ini sudah ada. Saat Prabu Brawijaya menemukan candi ini, raja itu menambahkan beberapa bentuk bangunan atau pahatan pada candi.

"Keanehan lain adalah hasil pahatan yang terdapat pada relief Candi Cetho dan Sukuh sangat simple dan sederhana. Berbeda dengan pahatan jaman Majapahit yang lebih detil juga dan rapi," terang Pak Po di Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
Candi Sukuh | foto screenshot youtube.com
info gambar


Bukti lain yang menunjukkan usia candi di bawah lereng Gunung Lawu ini tertua dibandingkan candi-candi lain di dunia, saat utusan peneliti dari Suku Maya dari Amerika Latin datang ke Candi Sukuh pada tahun 1982 silam.

Menurutnya, ketika itu peneliti dari suku maya ini datang ke candi Sukuh dengan di dampingi oleh pecinta alam asal Australia. Yang sangat tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut adanya candi di Indonesia yang memiliki bentuk sama dengan candi pada peradaban Maya.
Candi Cetho | foto infinitephotos.wordpress.com
info gambar

Mereka sengaja melakukan penelitian untuk mengetahui jarak pembuatan candi di Indonesia dengan candi yang ada di suku maya.

"Mereka mengambil sempel lumut dan batu untuk diteliti pada tahun 1982. Hasilnya sangat mengagetkan peneliti Suku Maya ini. Setelah diteliti, ternyata Candi Sukuh usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan candi milik Suku Maya,"terangnya.

Karena itulah banyak peneliti yang mengamini jika candi yang ada di Lawu bukan peninggalan Brawijaya, justru keberadaanya jauh sebelum Brawijaya ada.
Candi Kukulkan yang dibangun 1000 tahun lalu di peradaban suku Maya | foto Daily Mail
info gambar



Tak hanya itu, berbeda dengan candi lainnya, hanya candi di bawah lereng Gunung Lawu inilah yang menghadap ke arah kiblat atau ke arah barat. Sedangkan kebanyakan candi lain di Indonesia selalu menghadap ke timur.

Lokasi candi yang terletak di ketinggian kaki Gunung Lawu seringkali diselimuti kabut tebal yang turun dengan tiba-tiba, memiliki kesan mistis yang membuat penasaran bagi yang melihatnya.

Yang sangat menarik dari penelitian pada kedua candi adalah pahatan yang ada di candi ini bila diamati dan diteliti sudah membentuk pahatan tiga dimensi. Ini menunjukkan bahwa peradaban zaman dahulu sudah lebih dulu mengenal bentuk tiga dimensi.

Selain itu ada fenomena lain yang terjadi di sekitar Lawu. Menurut Pak Po, masyarakat sekitar lereng Gunung Lawu sering melihat sekelebat sinar (cahaya) yang membentuk portal (gerbang) yang berasal dari tiap sudut candi yang berbentuk segi delapan membentuk seperti gerbang ke atas.

"Waktu zamannya Soekarno cahaya itu sering muncul. Zaman Soeharto pun juga sering terlihat. Namun, saat ini sudah jarang terlihat," jelasnya.

Dan masyarakat kata dia, meyakini itu adalah portal atau gerbang gaib. Bahkan penelitian dari NASA, Amerika Serikat (AS), melihat bentuk bentuk Candi Sukuh dari luar bumi itu terlihat sangat beraturan.

Membentuk segi delapan. Dan dari sisi tersebut muncul cahaya di waktu-waktu tertentu membentuk suatu titik.

"Bagi yang sering keluar malam ada obyeknya sendiri yakni wisata spiritual. Diyakini itu sebagai pintu masuk dimensi lain. Namun, tidak ada yang berani mendekat. Masalahnya dulu ada yang hilang," terangnya lagi.

Menurut cerita, dahulu di Gunung Lawu ada suatu desa yang hilang. Bahkan sampai sekarang tidak pernah diketahui keberadaannya.

"Yang tersisa dan diketahui hanya dari barang peninggalannya saja seperti lumpang, peralatan dapur yang terbuat dari gerabah yang di gunakan pada abad pertengahan masih banyak yang berceceran. Tepatnya di pertengahan puncak Lawu," jelasnya.

Justru penemuan peralatan dapur yang di atas seperti lumpang dan alat makan banyak terbuat dari batu, dan kemungkinan berasal dari zaman batu.
Okezone.com
gambar utama: damasusaldonugroho.blogspot.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini