Film Karya Sineas Indonesia Raih Penghargaan di Los Angeles

Film Karya Sineas Indonesia Raih Penghargaan di Los Angeles
info gambar utama

Film produksi sineas anak negeri ternyata tidak kalah dengan film-film karya Hollywoord. Sebuah film drama berjudul DRY karya Jane Lawalata bersama rekannya Stephanie Linus belum lama ini mendapatkan penghargaan Programmaers' Award Narrative Feature dalam ajang Pan African Film Festival 2016 di Los Angeles California.

Sebelumnya, film yang diproduseri oleh lulusan Institut Kesenian Jakarta yang merantau ke Amerika Serikat ini juga mendapatkan penghargaan internasional seperti Africa Magic Viewers Choice Awards 2016 dan dalam Zulu Film Academy Awards 2015.

Jane bersama sutradara sekaligus aktris utama, Stephanie Linus untuk film ini juga mendapatkan predikat Best Protagonist atau tokoh protagonist terbaik. Film berbiaya kurang lebih 250 ribu dolar AS ini juga berhasil lolos dalam official selection atau seleksi resmi untuk diputar di ajang Toronto Black Film Festival 2016, Miami Woman international Film Festival, St. Louis International Film Festival 2015, dan Montreal Black Film Festival 2015.

Film berjudul DRY yang diproduseri oleh Jane Lawalata
info gambar

Perempuan yang menetap di Amerika Serikat sejak tahun 2006 ini juga mengungkapkan bahwa di Afrika film ini banyak memperoleh penghargaan.

“Di Afrika kalau saya enggak salah kita sudah dapat lima atau enam (penghargaan) termasuk best supporting actress (untuk karakter) Halimah, kita dapat (penghargaan) best cinematographer, best social message, dan kita bulan Maret kita masuk 11 nominasi kategori,” katanya.

Seperti dilansir oleh Kantor Berita VOA, film yang menceritakan kisah tentang kemanusiaan dan hak perempuan khususnya anak-anak ini mengekspos tentang bagaimana pernikahan dibawah umur masih marak terjadi di Nigeria. Pernikahan tersebut ternyata tidak hanya membahayakan kesehatan reproduksi anak-anak perempuan tetapi juga menjadi masalah sosial karena penyakit tersebut membuat mereka dikucilkan. Padahal penyakit yang disebut sebagai infeksi saluran obstetri tersebut dapat disembuhkan.

Jane menjelaskan bahwa minimnya kesadaran akibat rendahnya pendidikan dan sulitnya akses pengobatan di rumah sakit menyebabkan masalah ini berlarut-larut dan dibiarkan begitu saja.

Perempuan yang juga sempat menjadi sutradara film komedi Chatterbox tersebut juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor penting untuk menyelesaikan permasalahan ini.

“Intinya juga adalah pendidikan. Kita mau anak-anak muda diberi pendidikan. Kalau menurut filmnya, di Afrika itu kan penduduk menengah ke bawah kadang-kadang enggak punya pendidikan. Jadi selain untuk hak asasi perempuan juga untuk pendidikan,” kata Jane.

Sebagai ko-produser dan editor, Jane berharap akan semakin banyak lagi orang yang menonton film ini agar bisa membuka pandangan mereka. Jane mengatakan berangkat dari keberhasilan film “DRY” di berbagai ajang festival film internasional ternyata berhasil membuka diskusi dan dampak yang positif.

“Film ini membuat orang terbuka, mulai berpikir bahwa ‘oh, enggak boleh,’ kita harus kasih kesempatan buat anak-anak ini. Mereka enggak boleh kawin muda. Kita harus biarkan anak-anak ini bertumbuh,” ujar pecinta olahraga golf ini.

Saat ini film “DRY” tengah diputar di beberapa negara di Afrika. Jane berharap film ini juga bisa diputar kelak di Indonesia.

Sumber : VOAIndonesia
Sumber Gambar Sampul : themoviedry.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini