10 Tahun Gempa, BPBD Bentuk Sekolah Siaga Bencana di Bantul

10 Tahun Gempa, BPBD Bentuk Sekolah Siaga Bencana di Bantul
info gambar utama

Gempa bumi tahun 2006 lalu tidak hanya menyebabkan kerusakan bangunan rumah warga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Guncangan bumi itu juga membuat beberapa bangunan sekolah ambruk, terutama di Kabupaten Bantul yang mengalami kerusakan paling parah.

Belajar dari pengalaman itu, selama 10 tahun ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul telah membentuk sekolah siaga bencana di beberapa tempat.

"Selama kurun waktu 10 tahun, kita sudah membentuk beberapa sekolah tangguh bencana di Kabupaten Bantul," ujar Kepala BPBD Kabupaten Bantul Dwi Daryanto, dikutip dari Kompas.com.

Dwi mengungkapkan, sekolah siaga bencana ini dibentuk mulai dari tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), maupun sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Selain struktur gedung sekolah yang sesuai dengan standar wilayah rawan gempa bumi, sekolah siaga bencana ini juga memberikan pemahaman kepada para siswa mengenai ancaman bencana alam yang ada. Termasuk apa yang harus dilakukan siswa untuk melindungi diri ketika bencana datang.

"Siswa dan guru dibekali pengetahuan mengenai kebencanaan dan pengurangan risikonya. Sekolah juga membuat jalur evakuasi dan titik kumpul," ujarnya.

Dwi menuturkan, sekolah siaga bencana ini dibentuk karena berkaca pada musibah tahun 2006. Gempa bumi bermagnitudo 6,3 itu tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga merenggut hidup 4.121 penduduk Bantul.

"Ada lebih dari 75 gedung sekolah di Kabupaten Bantul roboh total," katanya.

Bisa dibayangkan bagaimana jika gempa bumi sedahsyat itu terjadi pada jam belajar sekolah. Akan ada berapa ribu siswa yang akan menjadi korban karena tertimpa material bangunan sekolahan yang ambruk?

"Akan banyak anak-anak generasi muda kita yang menjadi korban jika kejadiannya jam sekolah. Maka, edukasi terhadap sekolah menjadi sangat penting," ujarnya.

Menurut Dwi, edukasi di sekolah tidak cukup hanya dengan memasukkan kurikulum berbasis penanggulangan bencana, tetapi juga harus menciptakan sekolah yang nyaman dan aman bagi siswa dan pengajar ketika terjadi bencana alam, salah satunya gempa bumi. Sebab, bencana alam seperti gempa bumi tidak dapat diprediksi. Tidak menutup kemungkinan gempa bumi bisa saja terjadi pada jam-jam sekolah.

"Kita tidak tahu kapannya (bencana datang) sehingga salah satu hal yang terpenting adalah menciptakan sekolah aman dan nyaman," ucapnya.

Dengan demikian, sebut dia, orang tua tidak panik seandainya bencana alam datang pada jam sekolah. Sebab, para orang tua mengetahui bahwa anak-anak mereka aman di sekolah.

"Kalau sekolah aman, ada bencana, orang tua tidak perlu panik. Mereka merasa nyaman karena anak-anak terlindungi dan aman di sekolah," ujar Dwi.




Sumber : kompas.com
Sumber Gambar Sampul : rappler

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini