Mengapa Sulit untuk Tidak Jatuh Cinta Pada Tanah Jawa?

Mengapa Sulit untuk Tidak Jatuh Cinta Pada Tanah Jawa?
info gambar utama

Jakarta. Ibu kota Indonesia. Sebuah daerah metropolitan yang terkenal sekali dengan kemacetannya. Sebuah daerah yang sering kali tidak membuat orang nyaman untuk tinggal di dalamnya meski banyak yang berpikir bahwa tinggal di ibu kota akan membuat hidup lebih makmur. Selain Jakarta, ada pula kota besar lainnya yang menunjukkan gemerlapnya dunia. Surabaya dan Yogyakarta di antaranya, dua kota favorit para pelancong untuk berlibur.

Jakarta, Yogyakarta, Surabaya. Masih bagian dari Jawa, sebuah pulau yang amat padat penduduknya. Sebuah pulau yang memiliki gravitasi bernama keindahan yang mampu memikat siapapun yang berkunjung kesana. Di Jawa, kita akan mudah sekali menemukan sawah hijau penghasil beras, gunung dan bukit yang berjajar dari ujung barat sampai ke timur, tak ketinggalan hamparan luas Samudera Hindia di sebelah selatan. Jawa hampir punya semuanya. Sulit bagi kita untuk tidak mencintainya.

Caption (Sumber Gambar)
info gambar

Gunung yang fenomenal itu ada di Jawa, Krakatau. Gunung yang pernah meletus dahsyat pada tahun 1883. Yang suara letusannya didengar dan gempanya dirasakan oleh hampir seluruh penjuru dunia. Bahkan abu vulkaniknya menutupi langit terang sampai ke Eropa. Letusan hebat itu menyisakan pulau-pulau baru dan pada tahun 1928, Anak Krakatau menunjukkan puncuknya ke permukaan Laut Jawa dan terus tumbuh tinggi 5 inchi setiap minggunya.

Krakatau, sebagai sebuah gunung berapi yang aktif pada masanya, tidak sendirian. Di Jawa, sampai saat ini masih memiliki banyak gunung aktif yang bisa saja meletus sewaktu-waktu. Salah satu yang tenar adalah Gunung Merapi di Yogyakarta yang pernah meletus cukup hebat juga pada tahun 2006. Meski tidak sedahsyat letusan Krakatau, namun letusan Merapi telah membumihanguskan setidaknya hampir seluruh kawasan Kabupaten Sleman dan abunya bertebaran hingga Jawa Barat. Sisa letusan hebat yang turut menewaskan juru kunci Merapi Mbah Maridjan tersebut kini dibuat museum terbuka di desa tempat tinggal Mbah Maridjan, Dukuh Kinahrejo.

Berjalan lagi ke arah timur kita akan menemukan Gunung Bromo yang amat terkenal dengan pemandangannya yang sangat indah. Para pelancong datang ke sana untuk menyaksikan matahari terbit atau terbenam yang memang tampak sangat indah dari ketinggian Bromo. Kehidupan di kawasan gunung yang berada di Jawa Timur ini masih menyatu dengan masyarakat lokalnya yang disebut dengan Suku Tengger. Penduduk suku Tengger pun masih meyakini keyakinan Hindu meski kini sebagian besar penduduk Jawa memeluk agama Islam.

Caption (Sumber Gambar)
info gambar

Kehidupan yang beragam, damai, dan toleran dapat kita temukan di tanah Jawa. Meski sebagian besar kini penduduk Jawa adalah muslim, namun tidak sedikit pula pemeluk agama lainnya dengan simbol-simbol keagamaan yang masih berdiri kokoh dan diabadikan pula sebagai cagar budaya. Hindu, agama yang telah lebih dulu masuk ke Indonesia, salah satunya, masih meninggalkan jejak tersebut, yakni Candi Prambanan yang terletak di Klaten, Jawa Tengah. Konon, candi tersebut dulunya dibangun oleh Pangeran Bandungbondowoso hanya dalam waktu semalam demi memenuhi syarat agar ia dapat menikahi Roro Jonggrang.

Keindahan Candi Prambanan di malam hari
info gambar

Candi lainnya yang pernah menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia adalah Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Budha yang terdiri dari ribuan stupa yang menggunung dan merupakan candi Budha terbesar di dunia.

Satu hal lagi yang membuat tanah Jawa sulit untuk tidak dicintai adalah caranya membangunkan para insan yang tengah terlelap semalaman. Setiap pagi, kita akan mendengarkan kicauan burung yang indah. Udara segar di tengah hamparan sawah nan hijau pada pagi hingga senja pun akan menjadi alasan bagi kita untuk jatuh cinta pada tanah ini. Melupakan sejenak kepadatan di tengah kota.


Sumber Gambar : indonesia-tourism.com rri.co.id indonesiaexplorer.net

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini