Festival Danau Sentani ke-9 Semarak dan Disambut Antusias

Festival Danau Sentani ke-9 Semarak dan Disambut Antusias
info gambar utama

Danau Sentani tiba-tiba menjadi riuh dan semarak. Warga papua khususnya Jayapura dan sekitarnya berbondong-bondong datang ke danau ini untuk menyaksikan agenda akbar tahunan. Festival Danau Sentani (FDS), sebuah festival yang menampilkan kekayaan budaya dan tradisi tanah Cendrawasih.

Tahun ini Festival Danau Sentani bertema Satu Dalam Keanekaragaman Untuk Kejayaan yang diadakan di Khalkote dibuka oleh Bupati Jayapura, Matheus Awoitauw S.E M.Si pada hari Minggu 20 Juni 2016 telah ramai didatangi berbagai penunjung. Berbagai pertunjukan budaya juga ditampilkan sebagai awalan even akbar ini. Lapak-lapak pameran juga telah penuh menyesaki area festival untuk memanjakan para pengunjung. Diakhir pembukaan, pada malam hari para pengunjung diajak untuk menerbangkan 100 lampion sebagai perwujudan doa agar Danau Sentani dapat terus memberikan keberlimpahan bagi masyarakat.

Even pembukaan Festival Danau Sentani diakhiri dengan menerbangkan 100 lampion dengan harapan keberlangsungan Danau Sentani, Save Lake Sentani. #harumkanindonesiadaripapua. #bersamauntukindonesia #indonesia #GoodNews #GoodNewsFromIndonesia #GNFI

A photo posted by Good News From Indonesia (@gnfi) on

Pada hari Senin 21 Juni, secara resmi Festival Danau Sentani juga dibuka oleh Menteri Pariwisata yang diwakili oleh Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural Hari Untoro Drajat. Dirinya menyatakan bahwa FDS merupakan even yang telah menjadi ikon papua dan menjadi salah satu even penting yang dimiliki Indonesia sebab tidak banyak festival yang mampu diselerenggarakan secara rutin tahunan seperti FDS. Sanjungan juga disampaikan pada pemerintah Kabupaten Jayapura yang dianggap memiliki perhatian terhadap nilai budaya-budaya papua.

Hal serupa juga disampaikan oleh Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal S.E, MM. yang menyatakan bahwa FDS merupakan salah satu festival yang terus mengalami kenaikan tren dan semakin populer. Dirinya berharap FDS akan dapat terus diselerenggarakan sehingga akan menjadi nilai budaya yang menarik perhatian masyarakat dan juga wisatawan untuk datang ke Papua.

"FDS begitu penting dan strategis karena pelaksanaannya berlangsung di Jayapura yang merupakan wajah dari Papua. Orang luar kalau ingin mengetahui Papua hanya perlu datang ke kabupaten ini (Jayapura) dan pasti akan mengetahui Papua secara utuh apakah sudah maju atau tidak," jelas Klemen.

Festival ini tidak hanya didukung oleh pemerintah setempat dan pemerintah pusat. Namun juga didukung oleh Badan Nasional Narkotika yang mengkampanyekan anti-narkoba dan beberapa perusahaan nasional serta pertambangan.

Berbagai karya-karya kerajinan khas papua dipameran di festival ini. Karya kreatif asli papua seperti lukisan diatas kulit kayu Gnetum Gnemon atau yang juga sering dikenal sebagai melinjo di jawa, banyak ditemui. Termasuk karya rajutan yang telah terkenal sebagai warisan dunia UNESCO, Noken. Sebuah tas rajutan yang juga dibuat dari serat kayu pohon melinjo.

Penampilan utama dalam FDS mempertunjukkan tarian kolosal bertajuk "Merajut Kasih Menggapai Cita" yang menampilkan tarian persatuan yang mencerminkan Papua sebagai bagian yang satu dengan Indonesia. Pakaian-pakaian adat dari beberapa wilayah nusantara disampilkan bersandingan dengan adat papua. Semuanya dilakukan oleh para pemuda dan perempuan.

Selain itu juga ada tarian Isosolo yang merupakan ikon paling khas dari FDS, sebuah tarian yang dilakukan oleh masyarakat adat kampung disekitar Danau Sentani yang membawa hasil buminya dengan perahu menuju panggung. Beriringan dengan suara tifa dan tarian untuk mempersembahkan kekayaan kampung yang nantinya akan dimasak bersama dan dimakan beramai-ramai saat penutupan festival berlangsung.

Isosolo diatas perahu di Danau Sentani (Foto: Bagus DR / GNFI)
info gambar

Penari Isosolo (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Penampilan khusus juga ditunjukkan oleh masyarakat adat yang datang dari daerah lain seperti Suku Kamoro yang datang jauh-jauh dari Timika. Sekitar 25 orang Kamoro mempertunjukkan tarian khas pesisir dan memamerkan hasil ukir-ukiran kayu besi yang indah di salah satu lapak pameran. Suku kamoro adalah suku yang belakangan ini gencar dibina dan telah promosikan oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK) dan PT Freeport Indonesia ke berbagai negara seperti Belanda dan Brazil.

Suku Kamoro di ajang FDS (Foto: Bagus DR / GNFI)
info gambar

Suku Kamoro di ajang FDS (Foto: Bagus DR / GNFI)
info gambar

Festival ini akan terus berlangsung sampai 23 Juni esok. Jadi untuk kawan yang masih belum sempat berkunjung dan menikmati indahnya danau Sentani, masih ada kesempatan untuk memanjakan diri sampai hari Kamis. Jangan lewatkan kesempatan satu tahun sekali ini.

Sumber : GNFI
Sumber Gambar Sampul : Bagus DR / GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini