Tantraz Kenalkan Budaya Indonesia Pada Dunia Lewat Komik

Tantraz Kenalkan Budaya Indonesia Pada Dunia Lewat Komik
info gambar utama

Budaya, seringkali salah didefinisikan sebagai seni warisan leluhur. Maka ketika seseorang berbicara budaya, yang terlintas dalam banyak pikiran adalah tentang seni tradisional, pakaian tradisional, hingga rumah tradisional. Maka jangan heran jika banyak yang berprasangka bahwa berbudaya identik dengan kolot atau ketinggalan zaman. Padahal budaya sendiri lebih tentang nilai-nilai dan cara hidup. Walaupun memang diwariskan oleh para generasi pendahulu, namun nilai-nilainya seringkali masih relevan dan dapat diterapkan pada kehidupan masa kini.

Budaya bukanlah soal fisik yang tampak tradisional –tanpa menampik fakta bahwa budaya fisik juga perlu dilestarikan. Warisan budaya yang utama lebih bersifat ruhaniah, warisan nilai, yang dapat kita pelajari dari warisan fisik. Maka bukan masalah seberapa tradisional kehidupan kita, tapi tentang bagaimana cara kita berpakaian, berumah tangga, bertetangga, beribadah, hingga bagaimana kita makan dan minum sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan pendahulu kita.

Hal itulah yang menjadi cita-cita dari CEO Tantraz Komik, Putu Gede Ary Wicahyana. Saat berkunjung ke kantor Tantraz di daerah Tanjung Bungkak kota Denpasar dengan Citilink dan Citilink Cars, tim redaksi GNFI diberi kesempatan untuk bertemu dan berbincang dengan CEO muda yang penuh semangat tersebut.

Ary menyebutkan bahwa sebenarnya Indonesia kaya akan sejarah, budaya, serta kisah-kisah sarat hikmah yang dapat menjadi pelajaran bagi banyak orang. Indonesia pun juga tidak kekurangan bakat jika kita berbicara masalah ilustrator. Maka visi dari Tantraz adalah untuk menyebarkan nilai-nilai budaya tersebut melalui media komik yang banyak digandrungi oleh anak-anak muda pada saat ini.

Proses Pewarnaan
info gambar

“Anak-anak zaman sekarang ini kalau disuruh baca buku pelajaran sejarah kan bosan mas, maka dari itu kami mencoba melakukannya dengan media yang menyenangkan seperti komik ini,” jelas Ary.

Tantraz sendiri memiliki makna tunjukkan pada dunia, dimana hal ini juga sesuai dengan misi Tantraz untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Saat ini pun komik Tantraz masih banyak diproduksi dengan bahasa Inggris karena pembelinya mayoritas masih orang-orang dari Eropa.

“Orang-orang luar negeri itu tertarik sekali dengan budaya Indonesia. Kalau kita jual komik dengan budaya Indonesia yang kaya ini, mereka akan banyak membeli. Tapi kalau kita buat dengan tema superhero, gak akan laku. Kita akan kalah dengan komik-komik superhero yang sudah ada di Barat,” jelas Ary.

Salah satu komik andalan produksi Tantraz yang sudah banyak mendapatkan tempat di hati pembaca adalah komik berjudul Baladeva, Chronicle of Calonarang. Karena banyak permintaan, Tantraz sendiri menerbitkan dua versi komik Baladeva. Satu versi lebih bersifat serius dengan cerita yang cukup mendalam, dan versi satu lagi lebih ringan dengan grafik yang fun dan banyak diselipi humor dengan judul Epic Tale of Baladeva.

“Jadi ceritanya, protagonis dari cerita Baladeva ini (Calonarang, red.) adalah orang yang dihitamkan. Ini cocok dengan kondisi sekarang, seringkali kita lupa berpikir apakah yang hitam benar-benar hitam dan yang putih benar-benar putih. Kita masih banyak tertipu dari penampilan luar saja, tanpa tahu kebenaran yang sesungguhnya,” jelas Ary.

Staff Tantraz
info gambar

Walaupun saat ini komik-komik Tantraz masih berkutat dengan tema kebudayaan Bali, namun Ary bercita-cita bahwa suatu saat Tantraz mampu menerbitkan banyak komik dengan tema berbagai kisah dan kebudayaan dari seluruh penjuru Nusantara. Oleh karena itu, Dia mengharapkan akan ada penulis komik dari daerah lain yang bersedia untuk membuat komik bertemakan kisah dan budaya dari daerah asalnya. Jika memang ada, Ary menyebutkan bahwa Tantraz siap untuk menjadi partner, menyempurnakan karyanya, hingga menerbitkannya.

“Saat ini Tantraz masih berkutat di seputar budaya Bali karena saya sebagai penulis cerita dan staff-staff lain kebanyakan orang asli Bali, walaupun bisa tapi kami tidak mampu memahami dan menuliskan budaya daerah lain dengan kedalaman yang sama jika ditulis orang asli sana,” jelas Ary.

Ary juga menambahkan bahwa dengan segala potensinya Indonesia sebenarnya mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia. CEO yang suka membaca buku sejarah untuk bahan penulisan komiknya tersebut menceritakan bahwa peninggalan-peninggalan nenek moyang kita seperti penanggalan waton, Candi Borobudur, sistem perbintangan hingga teknik pembangunan kapal menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sebenarnya adalah bangsa yang mampu dan beradab.

“Di era informasi sekarang ini kesempatan akan semakin terbuka, tinggal kita mau atau tidak. Sampai kapan kita terus menjadi konsumen tanpa berusaha menjadi produsen?” tambahnya.




Sumber : Tim GNFI
Sumber Gambar : Dokumentasi GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini